"Kamu makan yang banyak, Nak. Biar badanmu lebih berisi," Naura menambahkan nasi ke atas piring Nathan, tidak lupa juga lauk-pauknya. Perlakuan Naura benar-benar seperti seorang ibu yang mengkhawatirkan kesehatan anaknya.
Ya, Naura meminta Nicholas untuk membawa Nathan ke rumah utama, karena wanita itu tiba-tiba merasa sangat ingin bertemu dengan pemuda itu lagi. Nathan tentu saja dengan senang hati menerima ajakan Nicholas, karena dia juga ingin melihat wajah wanita yang sudah melahirkannya itu, walaupun memang dia tidak bisa memanggil wanita itu mama, untuk sekarang.
"Udah cukup, Tan.Nanti yang ada bukan badanku yang berisi, tapi perutku yang semakin maju ke depan," ucap Nathan, menyelipkan sebuah candaan. Hal yang hampir tidak pernah dilakukan pria itu. Wajah muram dan sorot mata yang gelap menguap entah kemana di saat dirinya dekat dengan Naura, mamanya.
Semua perubahan Nathan, tentu saja mengundang tanda tanya pada diri Nicholas.
"Hmm, apa Nathan jatuh cinta pada mamaku? karena dia tidak mendapatkan kasih sayang dari mamanya, bisa jadi dia menginginkan cinta seorang wanita dewasa," batin Nicholas menduga-duga.
"Ah,aku tidak boleh berpikir negatif seperti itu. Tidak mungkin dia jatuh cinta pada mama," Nicholas menyangkal kembali pemikirannya.
Hal yang sama juga membuat seorang Rehan, papanya Nicholas, bertanya-tanya, melihat perubahan istrinya yang sangat gembira dan antusias dengan hadirnya Nathan. Bahkan wanita itu sampai mengacuhkannya dari tadi.
"Nak Nathan, kamu tahu tidak kenapa tante mengundangmu ke sini?" Nathan berhenti mengunyah dan menggelengkan kepala,. sebagai tanggapan atas pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut Naura.
"Aku cuma mau kasih kabar gembira buat kamu,"
"Kabar apa, Tan?" Nathan mengrenyitkan keningnya.
"Asal kamu tahu, lukisan yang kamu tunjukkan dan kasih padaku kemarin, sudah laku dengan harga yang lumayan tinggi. Padahal Tante tadinya hanya menggantung saja di galeri.eh seseorang langsung suka dan membelinya dengan harga mahal. Kamu ada bank Account tidak? biar nanti Tante transfer uangnya," ucap Naura dengan raut wajah yang berbinar seakan bahagia sekali, padahal yang terjual itu bukan lukisannya melainkan lukisan seorang pemuda yang jam terbangnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan dirinya. Wanita itu, entah kenapa merasa bangga dengan Nathan.
"Masa sih, Tan?" Mata Nathan berbinar-binar. Baru kali ini dia memperlihatkan sebuah ekspresi bahagia, karena merasa ada yang menghargai bakatnya.
"Iya, Nak! selamat ya! dari awal aku melihat lukisanmu, aku sudah sangat yakin kalau kamu sangat berbakat, dan itu harus benar-benar didukung," Naura mengelus-elus rambut Nathan, seperti seorang ibu yang sangat sayang pada anaknya.
Sementara itu, Nicholas dan Rehan papanya saling silang pandang, bingung melihat interaksi Nathan dan Naura yang terlihat sangat dekat, seperti sudah lama bertemu. Sementara itu, Nabila tidak terlalu memperdulikan sikap mamanya. Remaja perempuan itu justru asyik mengagumi ketampanan wajah Nathan.
"Nanti, kamu kirim no rekening kamu ya, biar Tante langsung transfer uangnya," lanjut Naura kembali.
"Emm, aku tidak punya bank account, Tan," ucap Nathan lirih.
"Hah, tidak punya? begitu ya?" Naura kemudian mengalihkan perhatiannya pada Nicholas.
"Nicho, besok kamu temani Nathan buat urusan bank account ya!" titah Naura, dengan tegas seperti tidak ingin dibantah.
"Eh, tidak usah, Tan. Aku bisa buat sendiri!" sahut Nathan yang merasa tidak enak.
"Apa kamu punya uang untuk deposit pertama? kalau tidak ada, nanti Tante akan kasih kamu uangnya,"
"Ada kok, Tan." sahut Nathan lagi.Kali ini perasaannya benar-benar tidak enak. Apalagi ketika pemuda itu menyadari kalau Nicholas, Nabila dan papanya dari tadi hanya diam saja.
"Oh ada ya? kalau begitu besok kamu sempatkan waktu kamu, untuk buat rekening ya! biar Tante transfer secepatnya. Bagaimanapun uang pembelian lukisan itu adalah uangmu,"
"Sayang, udah selesai bicaranya? bisa tidak sekarang kamu ambilkan makanan untukku? aku sudah lapar dari tadi," Rehan akhirnya buka suara.
"Astaga! ya ampun! maaf, Pa, aku lupa!" Naura nyengir dan langsung menyendokkan makanan ke dalam piring Rehan yang masih kosong.
Setelah piring semua orang sudah terisi, akhirnya mereka semua pun makan tanpa bersuara. Yang terdengar hanyalah suara dentingan sendok dan garpu yang beradu di atas piring.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Bagaimana? apa kamu sudah mendapatkan sesuatu informasi tentang Nathan?" Rehan langsung bertanya begitu dirinya hanya berduaan saja dengan Nicholas di ruang kerja, sedangkan Nathan sudah kembali ke apartemen.
"Belum sama sekali, Pa. Yang aku aku dapat, hanya dia sering diremehkan dan dibandingkan dengan dua orang kakaknya dalam bidang prestasi. Dia dianggap memalukan keluarga, karena tidak bisa seperti kedua kakaknya. Dia dikatain bodoh dan menjadi beban keluarga, makanya dia bertekad keluar dari rumahnya untuk membuktikan kalau dia tidak bodoh dan bisa hidup tanpa bantuan keluarganya. Itu saja Pa, yang aku dapat," jelas Nicholas panjang lebar. "Emangnya kenapa sih, Pa? kenapa Papa ingin aku menyelidikinya? apa papa curiga dengan Nathan?" lanjut Nicholas dengan alis yang bertaut.
"Papa tahu, Nathan pemuda yang baik. Hanya saja papa merasa ada sedikit yang aneh dengan mamamu yang terlihat sangat sayang pada anak itu, padahal mereka berdua baru saja bertemu. Mereka berdua sama-sama berbakat dalam melukis, kalau papa menatap mata Nathan, papa seakan sedang menatap mamamu. Apa kamu tidak merasakan hal itu?"
"Iya sih, Pa! apa papa takut mama jatuh cinta pada Nathan dan sebaliknya?"
Plak ...
tangan Rehan dengan ringannya melayang memukul kepala putranya itu.
"Apaan sih, Pa? sakit tahu , Pa!" Nicholas menggosok-gosok kepala bekas pukulan papanya.
"Aku kira kamu mengerti maksud papa.Ternyata papa salah. Papa memintamu menyelidiki Nathan bukan karena hal itu. Papa hanya penasaran, apa Nathan merupakan bagian masa lalu mama yang hilang,itu saja," terang Rehan.
"Oh, begitu? iya juga ya? tapi tidak mungkin, Pa. Nathan masih punya mama dan dua orang kakak," ucap Nicholas mematahkan dugaan papanya..
"Kamu selidiki aja dulu. Apa kamu ingat kata kakek kamu, kalau mamamu ini sudah pernah menikah dulu dengan pria yang sudah beristri? makanya kakek kamu tidak suka dan tidak mau mamamu mengingat pria itu lagi? papa selama ini tidak memberi tahukan pada kamu, dan juga kakek Nurdin, kalau mama kamu sebenarnya pernah melahirkan seorang anak, karena waktu nikah dengan mamamu, perut mama terlihat jelas ada bekas kalau mama kamu pernah melakukan Cesar. Papa juga mempertegas ke dokter, dan dokter membenarkan," terang Rehan, memaparkan kecurigaannya.
"Jadi, bagaimana Kalau Nathan benar anak mama? apa yang akan papa lakukan? apa papa akan meminta Nathan pergi jauh, supaya mama tidak ingat kembali masa lalunya?" tanya Nicholas dengan alis bertaut tajam.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Entin Fatkurina
next next author
2022-05-14
2
Priska Jacob
papa rehan terima nathan sebagai anakmu, kk nicho terima nathan sebagai adik laki2 mu. kasian hidupnya sangat kurang kehangatan keluarga
2022-05-14
3