"Beb, bagaimana ini? apa yang harus kita lakukan selanjutnya? rahasia dan rencana kita sudah diketahui oleh Nathan," ucap Tania setelah mereka sudah berada di lantai paling atas gedung sekolah mereka. Tempat yang sering mereka gunakan untuk memadu kasih.
Aku juga bingung, Beb. Aku benar-benar tidak bisa berkutik sekarang," sahut Roby sembari mengusap wajahnya dengan kasar.
"Tadi, Renata curhat kalau kamu bersikap dingin padanya. Sekarang belum saatnya untuk bersikap dingin padanya, Beb. Kamu harus baik-baikin dia lagi,"
"Tapi, aku benar-benar sudah jengah sama dia, Beb. Aku tidak sudah muak dekat-dekat dengan cewek culun seperti dia. Kalau bukan karena dia anak orang kaya, aku ogah pacaran dengan cewek jelek seperti dia. Aku benar-benar ingin menghilang ke planet lain kalau jalan sama dia. Kenapa aku bersikap dingin, karena menurutku sudah tidak ada gunanya lagi aku baik-baikin dia,Nathan sudah mengancam akan membongkar semua rencana kita kalau ada sesuatu yang buruk pada Renata. Dia sudah punya bukti video yang aku memasukkan obat tidur ke minumannya kemarin," ucap Roby panjang lebar tanpa jeda dan tentu saja dengan ekspresi kesalnya.
"Sebenarnya bukan hanya video itu yang dia punya. Nathan juga punya video tentang yang kita lakukan di samping toilet. Dia mendengar semua rencana kita, makanya dia ada di Club malam itu. Dia memang sengaja menjatuhkan minuman Renata sebelum si culun itu meminumnya. Benar-benar menyebalkan!" umpat Tania.
"Apa? jadi gara-gara itu dia ada di sana? Brengsek!" umpat Roby sembari menendang kaleng bekas minuman.
"Sabar Beb! jangan marah seperti itu?" Tania mengelus-elus dada Roby, untuk meredam kemarahan kekasihnya itu.
"Bagaimana aku bisa tenang, Beb. Aku benar-benar merasa terancam sekarang. Aku seperti terintimidasi sama anak yang sama sekali tidak pernah diakui di sekolah ini. Aku benar-benar merasa terhina, Beb!" Roby terlihat sudah sangat emosional.
"Beb, pelankan suaramu! nanti kalau ada orang yang dengar, bagaimana?" tegur Tania sembari melihat ke sekeliling.
"Kamu tenang saja, tidak akan ada yang datang ke sini," jawab Roby di sela-sela rasa kesalnya.
"Sebenarnya aku bingung, kenapa sih Nathan peduli dengan Renata? padahal kan, Renata selalu ketus sama dia? apa menurutmu, Nathan menyukai Renata?" tanya Tania setelah melihat emosi Roby sudah mulai turun.
"Aku tidak tahu, dan tidak mau tahu. Mau si bodoh itu suka sama si culun itu terserah. Cuma sekarang yang membuat aku kesal, aku benar-benar kehilangan kesempatan untuk membuat Renata tunduk dan tidak mau aku tinggalkan, sehingga apapun yang aku minta dia akan kabulkan. Padahal, aku sudah merencanakan semua itu matang-matang," ucap Roby.
"Sudahlah! mau gimana lagi. Tapi aku mau kamu tetap berpura-pura bersikap baik pada Renata ya!"
"Buat apa, Beb? aku benar-benar sudah muak. Aku sukanya perempuan seperti kamu yang cantik dan seksi. Apalagi ini kamu sangat montok," ucap Roby dengan vulgar sembari meremas dua benda bulat dan besar yang menempel di dada Tania.
"Beby, jangan begitu ah!" ucap Tania, tapi tidak menolak perlakuan Roby. Justru gadis itu terlihat menikmatinya.
"Aku tahu kamu muak, Beb. Apa kamu kira kalau aku juga tidak muak? Kita sama. Aku juga benar-benar jengah berpura-pura jadi sahabat yang baik buat perempuan yang buta fashion seperti dia, Beb. Tapi, untuk sekarang aku masih butuh kepintarannya, agar nilai-nilaiku bagus dan aku bisa lulus dengan nilai tinggi. Kamu kan tahu sendiri kalau selama ini, nilaiku bisa bagus karena bantuan si culun itu. Jadi, aku mohon cobalah untuk tetap berpura-pura baik padanya ya , Beb. Biar dia merasa berhutang budi padaku karena telah berhasil membuatmu bersikap hangat lagi padanya. Kita harus memainkan sandiwara ini sampai kelulusan nanti. Mau kan?" nada suara Tania terdengar sangat manja.
"Iya deh. Apa sih yang nggak buat kamu," Roby mengecup bibir Tania dengan mesra. Kecupan yang akhirnya berubah menjadi sebuah ciuman yang ganas.
Tanpa mereka sadari, semua yang mereka bicarakan sudah didengar oleh Renata. Ya, akhirnya Renata memutuskan untuk menyusul dua orang itu. Awalnya dia ingin menghampiri, tapi dia urungkan begitu mendengar apa yang mereka bicarakan.
"Oh, jadi ini permainan kalian berdua! baiklah, kalian jual aku beli. Lihat saja nanti apa yang akan aku lakukan untuk membalas kalian berdua," bisik Renata pada dirinya sendiri. Gadis itu yang awalnya geram dan ingin melabrak keduanya, memutuskan untuk mengurungkan niatnya dan memilih untuk menghancurkan keduanya dengan cara halus.
"Sebaiknya aku sekarang mencari Nathan. Aku harus minta maaf karena sudah berpikir buruk tentangnya dan aku jua harus berterima kasih padanya," Renata memutar tubuhnya dan berjalan dengan sangat hati-hati, agar langkahnya tidak didengar oleh kedua orang berlainan jenis yang sedang memadu kasih itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di luar gerbang sekolah, tampak Nathan sedang berbicara dengan seorang pria yang tidak lain adalah Arsen kakaknya.
Arsen yang merasa khawatir dengan Nathan memutuskan untuk menemui adiknya itu ke sekolah, karena dia tidak tahu dimana Nathan tinggal.
"Kak, sudah aku bilang kalau aku baik-baik saja. Kakak tenang saja, aku bisa hidup dan bertahan di luar sini," ucap Nathan berusaha menyakinkan kakaknya itu.
"Dimana sekarang kamu tinggal? apa makanmu baik?" tanya Arsen.
"Semuanya baik, Kak. Sekarang aku tinggal di apartemen temanku. Jadi, Kakak tenang saja,"
Tanpa mereka sadari interaksi kakak beradik itu dilihat oleh sepasang mata dari dalam mobil, siapa lagi pemilik mata itu kalau bukan Angga. Entah bisikan Malaikat mana, sehingga tanpa sadar mobil yang dia kemudikan melaju ke arah sekolah Nathan. Pria itu khawatir atau hanya ingin melihat sampai sejauh mana Nathan bertahan, hanya dia lah yang tahu.
"Bagus deh! aku tenang sekarang," Arsen mengembuskan napas lega.
Nathan tersenyum tipis. Sebenarnya pemuda itu ingin menceritakan tentang apa yang menimpa mama kandungnya, tapi dia mengurungkannya karena dia takut kalau nantinya Arsen akan menemui mama Naura dan mencoba untuk mengembalikan ingatan wanita itu yang otomatis akan memperburuk kondisi mamanya itu.
"Ya udah, sekarang Kakak mau lanjut ke kampus dulu! ini ada kartu buat kamu. Kalau kamu butuh sesuatu, kamu infoin ke kakak,biar kakak langsung transfer," Arsen memberikan sebuah kartu ATM ke tangan Nathan. Namun tiba-tiba sebuah tangan dengan cepat menyambar kartu itu sebelum berada tepat di tangan Nathan. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Angga.
"Kamu jangan kasih anak tidak tahu diri ini sepeserpun uang! bukannya dia udah berani sombong ingin menunjukkan kalau dia mampu hidup di luaran? kalau kamu memberikannya uang, sama saja kamu memberikan kemudahan untuknya," ucap Angga sembari menatap tajam ke arah Arsen dan Nathan bergantian.
"Kak Angga! kenapa Kakak bersikap seperti itu? bagaimanapun Nathan ini adik kita. Lagian yang akan aku berikan bukan uang kakak tapi uangku," Arsen hendak merampas kembali kartu yang ada di tangan Angga, tapi Angga lebih gesit memasukkannya ke dalam saku celananya.
"Kak Arsen, benar kata Kak Angga. Kalau Kakak tetap memberikan aku uang, itu sama saja aku tidak bisa membuktikan kemampuanku. Jadi, aku juga tidak bisa menerima uang Kakak. Tapi, walaupun seperti itu aku tetap berterima kasih," ucap Nathan mengehentikan perseteruan kedua kakaknya
"Bagus, kalau kamu sadar diri. Aku mau lihat sampai sejauh mana orang bodoh seperti kamu bisa bertahan hidup di luar!" ucap Angga dengan sarkastik.
Nathan berdecih dan mengembuskan napasnya dengan kasar. Kalau bukan karena pria itu adalah kakaknya, mungkin tangan dan kakinya sudah melayang begitu mendengar hinaan kakaknya itu.
"Terima kasih buat hinaannya. Tapi, sekali lagi aku mau tekankan, 'Aku bukan orang bodoh'!" ucap Nathan dengan tegas. Kemudian, dia beralih ke arah Arsen, kakak keduanya.
"Kak Arsen, kalau Kakak memang menyayangiku, aku harap Kakak mendukung semua apa yang aku lakukan. Please jangan memberikan kemudahan buatku!" lanjut Nathan kembali.
Arsen mengembuskan napasnya, dan menganggukkan kepalanya. Sedangkan Angga terdiam tidak tahu mau berkata apa lagi.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
suka 😍
2022-05-29
1
sella surya amanda
lanjut kak
2022-05-12
0
Entin Fatkurina
good job nathan, tunjukkan bahwa kamu mampu hidup tanpa bantuan keluarga mu, lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut
2022-05-11
2