Menghadapi geng motor

Setelah tubuh Nathan sudah tidak terlihat, Arsen langsung menoleh dan menatap tajam ke arah Angga.

"Selamat Kak Angga! tujuanmu sudah tercapai! Sekarang kakak dan mama sudah senang kan?" ucap Arsen dengan nada sinis.

Angga tidak menjawab sama sekali. Pria itu merasa seperti sulit untuk percaya kalau Nathan yang dia anggap lemah bisa senekad dan seberani itu, untuk hidup sendiri di luar sana.

"Sudahlah! biarkan saja dia di luar sana. Mama yakin kalau dia hanya menggertak. Paling, besok atau lusa dia sudah balik ke rumah lagi. Kalaupun dia tidak kembali lagi, kan lebih bagus. Setidaknya beban di rumah ini sudah pergi," ucap Murni dengan sudut bibir yang sedikit naik ke atas.

"Ma, bagaimana bisa Mama tega mengatakan __"

"Stop Arsen! kamu jangan banyak tanya lagi! Mama sekarang mau tidur, mama sudah ngantuk," dengan cepat Murni memotong ucapan Arsen. Kemudian, wanita itu langsung beranjak pergi.

"Hemmmm, sepertinya tidurku akan nyenyak malam ini. Beban pikiranku sudah pergi," Murni masih sempat mengatakan kata-kata itu, sebelum masuk ke dalam kamarnya.

Arsen berdecak dan tanpa pamit pada Angga, langsung berlalu pergi masuk ke dalam kamarnya.

Sementara itu, dengan langkah gontai, Angga naik ke atas hendak menuju kamarnya. Namun, entah kenapa, tatapannya mengarah ke arah arah kamar yang ditempati oleh Nathan selama ini. Kamar itu seakan memanggil Angga untuk melangkah masuk kamar yang hampir tidak pernah dia masuki itu

Angga masuk dan mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan, yang terlihat rapi. Aroma parfum yang sering dipakai oleh Nathan masih tertinggal, sehingga Angga seperti merasakan kalau Nathan masih ada di kamar itu.

Angga menghela napasnya dan tangannya mengarah ke tembok hendak mematikan lampu, namun dia urungkan ketika matanya menangkap selembar kertas yang terjatuh di lantai.

"Apa itu? itu pasti sampah," batin Angga sembari melangkah ingin mengutip kertas yang dia kira sampah itu.

"Hah, siapa yang menggambar ini? kenapa terlihat seperti nyata? ini pasti gambaran Nathan," gumam Angga, kagum melihat lukisan di kertas itu. Lukisan dimana ada dirinya,mama murni dan Arsen yang berdiri berdampingan. Namun hatinya langsung teriris melihat ada sosok Nathan yang menatap dari jauh kebahagiaan mereka. Di atas lukisan itu ada sebuah judul yang diberikan oleh Nathan pada lukisannya itu 'Aku Anak Yang Tak terlihat'. Tanpa sadar, setitik cairan bening keluar dari sudut matanya yang langsung dia seka dengan cepat.

"Buat apa aku sedih? bukannya seharusnya aku senang ya?" batin Angga dengan tangan yang bersiap hendak meremas kertas berisi lukisan Nathan. Namun entah kenapa dia mengurungkannya dan menyimpannya ke dalam lemari.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Nathan melajukan sepeda motornya menyusuri jalanan yang sepi. Air mata yang berusaha dia tahan dari tadi, akhirnya berhasil lolos. Nathan menangis sepuasnya di balik helm yang menutupi wajahnya.

Pemuda itu sekarang benar-benar bingung mau pergi kemana di tengah pagi buta seperti ini. Untuk menghubungi Bastian dan Dava dia merasa tidak enak karena kedua sahabatnya itu pasti sudah tidur sekarang.

"Sebaiknya aku berhenti di taman itu dulu. Besok pagi, baru aku cari kontrakan," batin Nathan sembari menepikan motornya. Pemuda itu sangat bersyukur karena dia masih ada uang hadiah kemenangannya tadi.

Namun malang tidak bisa dicegah, karena tampak beberapa pria memakai motor menghampirinya. Para pengemudi motor itu adalah para geng motor yang selalu meresahkan masyarakat selama ini.

"Hahahah, ternyata kita dapat santapan lezat kali ini," seorang pria yang memiliki tindikan di telinga dan hidungnya tertawa keras dan turun dari motornya diikuti oleh yang lainnya.

Nathan seketika langsung memasang sikap waspada dan bersiap untuk melindungi hak miliknya.

"Hei, bocah serahkan apa saja yang kamu punya, kalau kamu masih sayang sama nyawa kamu!" seorang pria yang tidak kalah bengis dari pria bertindik tadi, mengarahkan sebuah parang ke arah Nathan.

"Tidak akan!" jawab Nathan tegas berusaha menunjukkan kalau dirinya tidak takut sama sekali.

Suara tawa dari para pria itu seketika pecah memenuhi suasana sepi di taman itu. Mereka terlihat menatap sinis dan meremehkan Nathan.

"Sepertinya kamu memang tidak sayang pada nyawa kamu. Kalau kamu tidak mau menyerahkan dengan sukarela, mau tidak mau kamu kami akan mengambil paksa semua barangmu termasuk motormu itu."

"Silakan kalau berani! Aku tidak akan takut," tantang Nathan dengan mata yang waspada, membaca pergerakan dari pria-pria geng motor itu.

"Serang dan ambil semua barang dia!" titah pria yang bertindik itu, yang bisa dipastikan adalah ketua geng mereka.

Seorang pria dengan golok di tangannya menghambur dan mengayunkan golok itu ke arah Nathan. Namun, Nathan yang sudah bersiap siaga, dengan gesit menghindar dan mengayunkan kakinya memberikan tendangan ke perut pria itu, hingga pria itu terpental jauh.

Hal itu tentu saja langsung memancing amarah para anggota geng motor lainnya. Pria yang berjumlah sekitar delapan orang itu sontak menghambur ingin menghajar bahkan berniat menghabisi Nathan. Nathan sekarang hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya, karena dirinya menyadari kalau dia tidak mungkin akan sanggup menghadapi ke delapan orang itu sendiri. Tapi, dia bertekad untuk tetap berusaha untuk melawan, mempertahankan hak miliknya.

Ketika para anggota geng motor itu sudah mulai mendekat ke arah Nathan, tiba-tiba terdengar bunyi sirene mobil polisi, hingga membuat anggota geng motor itu menghambur naik kembali ke motor mereka dan kabur dengan kecepatan maksimal.

Nathan mengrenyitkan keningnya begitu melihat tidak ada mobil polisi yang melintas.

"Jadi dari mana bunyi sirene mobil polisi datang?" gumam Nathan dengan mata yang mengedar ke segala penjuru.

"Hei, tidak usah mencari lagi, bunyi itu datang dari handphoneku," seseorang menepuk pundak Nathan dari belakang.

Nathan sontak menoleh dan terkesiap kaget melihat sosok pria yang ada di belakangnya.

"Nicholas!" gumam Nathan menyebut nama pria yang menjadi rivalnya di ajang balap liar tadi.

"Kenapa kamu ada di sini?" tanya Nathan dengan alis yang bertaut.

"Untuk jadi malaikat penolongmu," sahut Nicholas santai. "Hehehe, becanda, nggak usah terlalu serius. Tadi aku tidak langsung pulang, aku masih nongkrong dengan teman-temanku. Ini aku sebenarnya mau pulang ke apartemen, dan aku lihat kamu mau dikeroyok geng motor tadi." lanjut Nicholas lagi, menjelaskan.

Kemudian Nicholas melihat ke arah tas besar milik Nathan dan mengrenyitkan keningnya.

"Kamu bawa tas besar itu mau kemana? kamu diusir dari rumah ya?" tanya Nicholas, sembari menyelipkan sedikit candaan.

"Aku tidak diusir, tapi aku pergi sendiri dari rumah," jawab Nathan sembari meraih tasnya yang sempat terjatuh tadi.

"Kenapa?" alis Nicholas semakin berkerut.

Nathan tidak menjawab sama sekali. "Terima kasih ya, sudah menolongku!" hanya itu yang keluar dari mulut Nathan.

Nicholas mengembuskan napasnya, menyadari kalau pemuda di hadapannya itu, enggan menceritakan masalah yang sedang dia hadapi.

"Emm, sepertinya kamu tidak mau bercerita, dan aku tidak akan memaksa kamu untuk menceritakannya. Sekarang kamu mau kemana?" Nicholas mengalihkan pembicaraan.

"Aku tidak tahu. Aku tadinya hendak istirahat di kursi itu, dan besok pagi akan mencari kontrakan. Tapi, sepertinya tempat ini kurang aman,"

Nicholas tampak mengangguk-anggukan kepala, mengerti. "Begini saja, kamu ikut ke apartemenku saja. Kebetulan aku ingin pulang ke apartemen bukan ke rumah. Karena kamu tahu sendiri kalau aku pulang ke rumah sekarang, aku pasti akan diberondong dengan banyak pertanyaan oleh mama dan papaku," ucap Nicholas terkekeh.

"Kenapa kamu mengajakku? apa kamu tidak takut kalau aku ini orang jahat? kita kan baru kenal," tanya Nathan.

"Aku percaya kamu bukan orang jahat. Sekalipun kamu orang jahat, kamu mungkin tidak akan tega melakukan kejahatan pada orang yang sudah menolongmu. Udahlah, jangan banyak berpikir lagi, ayo ikut aku!" pungkas Nicholas sembari melangkah menuju motornya yang terparkir lumayan jauh.

Tbc

Terpopuler

Comments

...ciayaa

...ciayaa

,,,

2023-07-27

0

...ciayaa

...ciayaa

agak gmn gituuuu😞

2023-07-24

0

April Lia

April Lia

bru eps brpa udah nyesek🤧

2022-10-15

0

lihat semua
Episodes
1 Selalu dibandingkan
2 Hampir setiap hari
3 Pembelaan Arsen
4 Aku harus mencegahnya
5 Menang
6 Kenyataan yang pahit
7 Pergi
8 Menghadapi geng motor
9 Photo
10 Kekagetan Nathan
11 Cerita Nicholas
12 Kekesalan Renata
13 Niat Renata
14 Malaikatku
15 Setannya Kakak
16 Bab16
17 Kecurigaan Rehan
18 Aku tidak suka dia
19 Aku bukan pencuri
20 Dia wanita yang baik
21 Tuduhan
22 Membongkar
23 Bab 23
24 Ancaman Renata
25 Acara perpisahan
26 Dia mamaku
27 Kalut
28 Sampai kapan?
29 Usul Rehan
30 Kecurigaan Naura
31 Bab 31
32 Sudah jatuh, tertimpa tangga lagi
33 Ancaman Nicholas
34 Menuntaskan kerinduan
35 Bab 35
36 Panik
37 Izinkan aku pergi!
38 Mengaku kalah
39 Aku pegang kata-katamu!
40 Akan pergi
41 Hallo, Naura!
42 Bab 42
43 Diciduk
44 Tentu saja aku mau
45 Pokoknya aku tidak mau!
46 Keputusan Nicholas
47 Pameran
48 Bab 48
49 Pertunangan
50 Kamu jadi sekretarisku
51 Dilema Nurdin
52 Renata bahagia
53 Panggilan video
54 Benar-benar sakit
55 Bab 55
56 Kamu buta ya?
57 Harus tetap Optimis
58 Kekesalan Nicholas
59 Kabar gembira
60 Nathan yang sama
61 Kepanikan Rehan
62 Sosok misterius
63 Kepanikan Rajendra
64 Bab 64
65 Kecurigaan Nicholas
66 Aku bisa melihat lagi.
67 Jangan berkata buruk tentang kakakmu!
68 Sepucuk surat
69 Diary Angga
70 Bertemu
71 Bab 71
72 Jadi bodoh
73 Sebaiknya kamu pulang.
74 Hobby berdebat
75 Fighting
76 Persiapkan dirimu!
77 Meminta Nathan untuk pulang
78 Tiba di Indonesia
79 Nathan menghadiri Acara
80 Tidak tahu malu
81 Flashback
82 Flashback Anisa
83 Jangan macam-macam!
84 Siapa bilang dia tidak punya kekasih?
85 Kita menikah saja!
86 Kekesalan Nicholas.
87 Rasanya pasti akan beda
88 Berat hati
89 Disetujui
90 Salah tingkah
91 Bab 91
92 Malu-malu
93 Ekstra part 1
94 Ekstra part 2(wedding)
95 Ekstra part 3
96 Kado Ulang tahun
97 Epilog (Ending)
98 Cerita Baru
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Selalu dibandingkan
2
Hampir setiap hari
3
Pembelaan Arsen
4
Aku harus mencegahnya
5
Menang
6
Kenyataan yang pahit
7
Pergi
8
Menghadapi geng motor
9
Photo
10
Kekagetan Nathan
11
Cerita Nicholas
12
Kekesalan Renata
13
Niat Renata
14
Malaikatku
15
Setannya Kakak
16
Bab16
17
Kecurigaan Rehan
18
Aku tidak suka dia
19
Aku bukan pencuri
20
Dia wanita yang baik
21
Tuduhan
22
Membongkar
23
Bab 23
24
Ancaman Renata
25
Acara perpisahan
26
Dia mamaku
27
Kalut
28
Sampai kapan?
29
Usul Rehan
30
Kecurigaan Naura
31
Bab 31
32
Sudah jatuh, tertimpa tangga lagi
33
Ancaman Nicholas
34
Menuntaskan kerinduan
35
Bab 35
36
Panik
37
Izinkan aku pergi!
38
Mengaku kalah
39
Aku pegang kata-katamu!
40
Akan pergi
41
Hallo, Naura!
42
Bab 42
43
Diciduk
44
Tentu saja aku mau
45
Pokoknya aku tidak mau!
46
Keputusan Nicholas
47
Pameran
48
Bab 48
49
Pertunangan
50
Kamu jadi sekretarisku
51
Dilema Nurdin
52
Renata bahagia
53
Panggilan video
54
Benar-benar sakit
55
Bab 55
56
Kamu buta ya?
57
Harus tetap Optimis
58
Kekesalan Nicholas
59
Kabar gembira
60
Nathan yang sama
61
Kepanikan Rehan
62
Sosok misterius
63
Kepanikan Rajendra
64
Bab 64
65
Kecurigaan Nicholas
66
Aku bisa melihat lagi.
67
Jangan berkata buruk tentang kakakmu!
68
Sepucuk surat
69
Diary Angga
70
Bertemu
71
Bab 71
72
Jadi bodoh
73
Sebaiknya kamu pulang.
74
Hobby berdebat
75
Fighting
76
Persiapkan dirimu!
77
Meminta Nathan untuk pulang
78
Tiba di Indonesia
79
Nathan menghadiri Acara
80
Tidak tahu malu
81
Flashback
82
Flashback Anisa
83
Jangan macam-macam!
84
Siapa bilang dia tidak punya kekasih?
85
Kita menikah saja!
86
Kekesalan Nicholas.
87
Rasanya pasti akan beda
88
Berat hati
89
Disetujui
90
Salah tingkah
91
Bab 91
92
Malu-malu
93
Ekstra part 1
94
Ekstra part 2(wedding)
95
Ekstra part 3
96
Kado Ulang tahun
97
Epilog (Ending)
98
Cerita Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!