Setannya Kakak

"Bye, Bye malaikatku!" ucap Renata sebelum Nathan menjauh. Tanpa Nathan sadari, bibir yang biasanya kaku untuk tersenyum itu, kini menerbitkan seulas senyuman mendengar Renata memanggilnya malaikat.

"Yeee, ada yang lagi kasmaran nih!" Nathan terjengkit kaget karena kemunculan kedua sahabatnya yang tiba-tiba. Siapa lagi mereka kalau bukan Bastian dan Dava.

Nathan mengrenyitkan kening, berdecak lalu mengembuskan napasnya, mendengar ucapan kedua sahabatnya yang kini sedang heboh.

"Nath, kamu tadi kenapa senyum-senyum sendiri? kamu lagi jatuh cinta ya sama Renata? tidak nyangka si es Nathan bisa dicairkan si culun," ucap Bastian sembari berusaha mensejajarkan langkahnya dengan langkah Nathan.

"Tidak, sama sekali!" jawab Nathan singkat, padat dan jelas.

"Tapi, kenapa aku tidak percaya ya? Dav, kamu percaya nggak?" Bastian melirik Dava.

"Sama, Bas. Aku juga tidak percaya. Kamu dengar sendiri kan kalau Renata tadi memanggilnya, malaikatku? so sweet banget kan?" Dava terlihat lebih heboh dari Bastian.

Nathan akhirnya menghentikan langkahnya dan menatap kedua sahabatnya bergantian.

"Dengar sini!" Nathan mengibas-ngibaskan tangannya memberikan isyarat agar kedua sahabatnya itu mendekat ke arahnya.

"Aku tidak jatuh cinta pada Renata. Kenapa dia memanggilku malaikat, itu karena dia sudah tahu kalau aku sudah menolongnya lepas dari jebakan Roby dan Tania." bisik Nathan memberi pengertian pada kedua sahabatnya itu.

"Wah bagus dong. Tanpa kamu bongkar akhirnya terbongkar sendiri," ucap Dava dengan nada yang sedikit keras.

"Stttt! jangan keras-keras bicaranya. Takutnya ada Tania dan Roby, nanti mereka tahu kalau Renata sudah tahu,"

"Kok aku jadi bingung ya? kenapa Tania dan Roby tidak boleh tahu?" alis Bastian bertaut.

"Iya, aku juga jadi bingung," Dava menimpali ucapan Bastian.

Nathan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Bimbang antara mau berterus terang atau menutupi.

"Renata berencana ingin membalas perbuatan mereka, jadi dia ingin Roby dan Tania tahu kalau dia sudah tahu kebusukan mereka," jelas Nathan masih dengan suara yang sangat pelan.

"Oh, seperti itu?" Bastian mengangguk-anggukan kepalanya, mengerti.

"Sudah, sekarang sebaiknya kita masuk ke kelas. Oh ya, seminggu ini sepulang sekolah, kita sebaiknya jangan kelayapan lagi. Kita harus belajar karena minggu depan kita ujian akhir," tutur Nathan, mengingatkan.

"Tumben,kamu antusias mau belajar," ucap Dava.

"Kamu kan tahu sendiri kalau aku ingin membuktikan pada kakak dan mama tiriku, kalau aku tidak bodoh," jelas Nathan. Ya,kedua sahabatnya itu sudah tahu apa yang sudah menimpa Nathan. Awalnya mereka kesal karena tidak dihubungi ketika dirinya keluar dari rumah, mereka seperti tidak dianggap sahabat oleh Nathan, tapi begitu mendengar penjelasan Nathan, kemarahan mereka akhirnya mereda dan dapat menerima alasan yang diberikan oleh Nathan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Oh, jadi sekarang kamu tinggal di sini ya?" ucap Renata ketika mereka berhenti di depan pintu apartemen Nicholas. Ya, Nathan tadi sudah menghubungi Nicholas dan pria itu sama sekali tidak keberatan.

"Iya. Ayo masuk!" ucap Nathan setelah pintu terbuka.

"Wah, dalamnya Bagus ya? temanmu pasti kaya," ucap Renata sembari mengedarkan pandangannya mengangumi interior di dalam apartemen Nicholas.

"Aku rasa hal seperti ini, sudah tidak asing bagimu, karena lebih dari sini aku yakin sudah pernah kamu lihat dan mungkin kamu miliki," celetuk Nathan, tiba-tiba karena menurutnya reaksi yang ditunjukkan oleh Renata hanya pura-pura saja.

"Ah, kamu serius amat sih, Nath. Sesekali wajahmu itu jagan kencang terus. Kamu nggak capek apa, bersikap serius terus?" protes Renata sembari mendaratkan tubuhnya duduk di atas sofa.

"Oh, kamu sudah datang, Nath?" tiba-tiba Nicholas keluar dari kamar, hingga membuat Nathan dan Renata terjengkit kaget.

"Lho, Kak. Bukannya Kakak bilang tadi ada urusan di luar? kenapa sudah di rumah?" Nathan mengrenyitkan keningnya.

"Tadi kepalaku mendadak pusing, makanya aku putuskan untuk ke sini. Kamu tahu sendiri kan secerewet apa mamaku kalau aku pulang ke rumah," Wajah Nathan berubah sendu begitu Nicholas menyingung tentang Naura yang bukan hanya mamanya Nicholas, tapi juga mamanya. Jujur di dalam hatinya dia juga sangat ingin merasakan kasih sayang mamanya itu seperti yang dilakukan wanita itu pada Nicholas.

"Oh, seperti itu ya, Kak?" ucap Nathan, lirih.

"Nath, katanya kamu bawa teman perempuan, di mana dia?" tanya Nicholas sembari mengedarkan pandangannya.

"Hai, Kak!" Renata bangun dari duduknya dan tersenyum menyapa Nicholas.

Mulut Nicholas terbuka dan menatap Renata dari atas hingga ke bawah. Kemudian, pria itu mengayunkan kakinya menghampiri Nathan.

"Nath, dia manusia dari planet mana?dia bukan pacarmu kan?" bisik Nicholas yang sayangnya masih bisa didengar oleh Renata.

"Hei, emang kenapa dengan diriku. Jangan pernah lihat orang dari penampilannya ya?" bentak Renata dengan bibir yang mengerucut.

"Waduh, galak ternyata. Ini mah culunnya beda dari yang seperti biasanya," celetuk Nicholas, tanpa filter.

"Emang bedanya apa, Kak?" alis Nathan bertaut penasaran.

"Biasanya, yang aku tahu kalau culun itu, pendiam, malu-malu, lah ini galak," cetus Nicholas, menyelipkan ledekan dalam ucapannya.

"Eh,culun-culun gini aku cantik. Sekali dandan, duniamu akan terbalik," ucap Renata penuh percaya diri.

"Iya, iya kamu cantik," pungkas Nicholas akhirnya mengalah. Sementara itu Nathan bersikap seperti biasa, acuh tak acuh mendengar perdebatan kedua orang itu.

"Makanya kalau menilai orang itu jangan melulu lihat dari fisiknya.Buat apa wajah cantik tapi hati culas kaya temanku. Benar-benar menyebalkan!" Renata masih saja menggerutu, belum puas berdebat dengan Nicholas.

"Lah,kok jadi curhat?" ucap Nicholas.

"Bukan curhat, cuma ngasih tahu aja, biar sekali lagi kakak jangan lihat orang dari casingnya aja," Bibir Renata masih maju mengerucut ke depan.

"Iya, iya, maaf!" ujar Nicholas. "Katanya kalian mau belajar bersama, ayo belajarlah! atau masih mau lanjut berdebat?" lanjut Nicholas, mengingatkan.

Renata akhirnya kembali duduk dan mengeluarkan bukunya. Sedangkan Nathan dari tadi sudah siap untuk belajar.

"Oh ya, Nona yang katanya cantik, nama kamu siapa?" tanya Nicholas lagi, setelah menyadari kalau dirinya belum tahu nama gadis SMA itu.

"Renata! jawab Renata singkat.

"Renata? nama yang ...."

"Kenapa? kakak mau bilang nama yang cantik, nggak sesuai dengan orangnya, gitu?" Renata dengan cepat menyambar ucapan Nicholas.

"Kok kamu tahu?" sahut Nicholas.

"Ya, tahulah. Aku sudah terbiasa mendengar kalimat itu, dan aku sama sekali tidak peduli!" ucap Renata lagi.

"Bagus dong, kalau begitu!" puji Nicholas, jujur.

"Kamu nggak nanya balik siapa namaku?" lanjut Nicholas lagi.

"Tidak perlu! aku sudah tahu dari Nathan," jawab Renata ketus.

"Nathan, seandainya aku nggak datang tadi ke sini, kalian pasti berduaan. Tahu nggak setiap ada orang yang berduaan pasti ada orang ketiga yaitu setan. Kalian berdua nggak takut ya kalau tiba-tiba khilaf?" ucap Nicholas

"Orang ketiganya itu Kakak. Berarti setannya,Kakak lah. Buktinya sekarang sibuk ngeganggu orang lagi belajar. Setan banget kan tuh? " celetuk Renata tanpa filter.

"Asem!" umpat Nicholas, yang tiba-tiba membuat seorang Nathan tertawa.

Tbc

Terpopuler

Comments

Esther Lestari

Esther Lestari

omongan Renata pedes juga ternyata😂

2023-12-06

0

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

joosssss 👍

2022-05-29

1

sella surya amanda

sella surya amanda

lanjut kak

2022-05-13

0

lihat semua
Episodes
1 Selalu dibandingkan
2 Hampir setiap hari
3 Pembelaan Arsen
4 Aku harus mencegahnya
5 Menang
6 Kenyataan yang pahit
7 Pergi
8 Menghadapi geng motor
9 Photo
10 Kekagetan Nathan
11 Cerita Nicholas
12 Kekesalan Renata
13 Niat Renata
14 Malaikatku
15 Setannya Kakak
16 Bab16
17 Kecurigaan Rehan
18 Aku tidak suka dia
19 Aku bukan pencuri
20 Dia wanita yang baik
21 Tuduhan
22 Membongkar
23 Bab 23
24 Ancaman Renata
25 Acara perpisahan
26 Dia mamaku
27 Kalut
28 Sampai kapan?
29 Usul Rehan
30 Kecurigaan Naura
31 Bab 31
32 Sudah jatuh, tertimpa tangga lagi
33 Ancaman Nicholas
34 Menuntaskan kerinduan
35 Bab 35
36 Panik
37 Izinkan aku pergi!
38 Mengaku kalah
39 Aku pegang kata-katamu!
40 Akan pergi
41 Hallo, Naura!
42 Bab 42
43 Diciduk
44 Tentu saja aku mau
45 Pokoknya aku tidak mau!
46 Keputusan Nicholas
47 Pameran
48 Bab 48
49 Pertunangan
50 Kamu jadi sekretarisku
51 Dilema Nurdin
52 Renata bahagia
53 Panggilan video
54 Benar-benar sakit
55 Bab 55
56 Kamu buta ya?
57 Harus tetap Optimis
58 Kekesalan Nicholas
59 Kabar gembira
60 Nathan yang sama
61 Kepanikan Rehan
62 Sosok misterius
63 Kepanikan Rajendra
64 Bab 64
65 Kecurigaan Nicholas
66 Aku bisa melihat lagi.
67 Jangan berkata buruk tentang kakakmu!
68 Sepucuk surat
69 Diary Angga
70 Bertemu
71 Bab 71
72 Jadi bodoh
73 Sebaiknya kamu pulang.
74 Hobby berdebat
75 Fighting
76 Persiapkan dirimu!
77 Meminta Nathan untuk pulang
78 Tiba di Indonesia
79 Nathan menghadiri Acara
80 Tidak tahu malu
81 Flashback
82 Flashback Anisa
83 Jangan macam-macam!
84 Siapa bilang dia tidak punya kekasih?
85 Kita menikah saja!
86 Kekesalan Nicholas.
87 Rasanya pasti akan beda
88 Berat hati
89 Disetujui
90 Salah tingkah
91 Bab 91
92 Malu-malu
93 Ekstra part 1
94 Ekstra part 2(wedding)
95 Ekstra part 3
96 Kado Ulang tahun
97 Epilog (Ending)
98 Cerita Baru
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Selalu dibandingkan
2
Hampir setiap hari
3
Pembelaan Arsen
4
Aku harus mencegahnya
5
Menang
6
Kenyataan yang pahit
7
Pergi
8
Menghadapi geng motor
9
Photo
10
Kekagetan Nathan
11
Cerita Nicholas
12
Kekesalan Renata
13
Niat Renata
14
Malaikatku
15
Setannya Kakak
16
Bab16
17
Kecurigaan Rehan
18
Aku tidak suka dia
19
Aku bukan pencuri
20
Dia wanita yang baik
21
Tuduhan
22
Membongkar
23
Bab 23
24
Ancaman Renata
25
Acara perpisahan
26
Dia mamaku
27
Kalut
28
Sampai kapan?
29
Usul Rehan
30
Kecurigaan Naura
31
Bab 31
32
Sudah jatuh, tertimpa tangga lagi
33
Ancaman Nicholas
34
Menuntaskan kerinduan
35
Bab 35
36
Panik
37
Izinkan aku pergi!
38
Mengaku kalah
39
Aku pegang kata-katamu!
40
Akan pergi
41
Hallo, Naura!
42
Bab 42
43
Diciduk
44
Tentu saja aku mau
45
Pokoknya aku tidak mau!
46
Keputusan Nicholas
47
Pameran
48
Bab 48
49
Pertunangan
50
Kamu jadi sekretarisku
51
Dilema Nurdin
52
Renata bahagia
53
Panggilan video
54
Benar-benar sakit
55
Bab 55
56
Kamu buta ya?
57
Harus tetap Optimis
58
Kekesalan Nicholas
59
Kabar gembira
60
Nathan yang sama
61
Kepanikan Rehan
62
Sosok misterius
63
Kepanikan Rajendra
64
Bab 64
65
Kecurigaan Nicholas
66
Aku bisa melihat lagi.
67
Jangan berkata buruk tentang kakakmu!
68
Sepucuk surat
69
Diary Angga
70
Bertemu
71
Bab 71
72
Jadi bodoh
73
Sebaiknya kamu pulang.
74
Hobby berdebat
75
Fighting
76
Persiapkan dirimu!
77
Meminta Nathan untuk pulang
78
Tiba di Indonesia
79
Nathan menghadiri Acara
80
Tidak tahu malu
81
Flashback
82
Flashback Anisa
83
Jangan macam-macam!
84
Siapa bilang dia tidak punya kekasih?
85
Kita menikah saja!
86
Kekesalan Nicholas.
87
Rasanya pasti akan beda
88
Berat hati
89
Disetujui
90
Salah tingkah
91
Bab 91
92
Malu-malu
93
Ekstra part 1
94
Ekstra part 2(wedding)
95
Ekstra part 3
96
Kado Ulang tahun
97
Epilog (Ending)
98
Cerita Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!