Matahari kini sudah semakin tinggi karena pagi sebentar lagi akan berlalu, dan siang akan menjelang. Namun, Nathan terlihat masih bergelung di bawah selimutnya karena remaja pria itu baru bisa tertidur jam 5 pagi.
Sementara itu Nicholas yang sudah bangun dari satu jam yang lalu, melihat ke arah pintu kamar yang ditempati Nathan.
"Kenapa dia belum juga keluar? apa dia belum bangun? ini kan sudah hampir jam dua belas," gumam Nicholas sembari melihat ke arah jam di dinding.
"Lebih baik aku bangunkan saja dia,". Nicholas nyaris melangkah menuju kamar Nathan, tapi dia menyurutkan langkahnya begitu mendengar bel di pintu berbunyi.
"Sepertinya makanan yang ku pesan sudah datang," batin Nicholas sembari melangkah untuk membuka pintu.
Benar saja, yang sedang menekan bel adalah kurir makanan yang mengantarkan makanan yang dia pesan.
"Ini uangnya, Bang. Sisanya ambil saja!" ucap Nicholas sembari menyerahkan uang.
"Terima kasih banyak, Tuan!" ucap kurir itu sembari beranjak pergi.
Nicholas lebih dulu meletakkan makanan ke meja makan, baru melangkah untuk membangunkan Nathan.
Nicholas menggelengkan kepala melihat Nathan yang masih bergelung di bawah selimut.
"Nathan, ayo bangun! ini sudah siang." Nicholas mengguncang-guncang punggung Nathan dengan pelan.
Nathan terlihat menggeliat dan membuka matanya perlahan. Pemuda itu sontak langsung duduk karena melihat cahaya matahari yang sudah tinggi.
"Astaga,jam berapa sekarang,Kak? aku bangun kesiangan ya?" ucap Nathan merasa tidak enak hati.
"Sekarang udah jam 12 siang. Tidak apa-apa, mungkin karena kamu telat tidurnya. Sekarang kamu bangun,mandi dan kita sarapan siang sama-sama," ucap Nicholas menyelipkan sedikit candaan.
"Sarapan siang? yang ada makan siang Kak," sahut Nathan yang sama sekali belum nyambung dengan candaan yang dilontarkan oleh Nicholas.
"Ini sudah jam 12 siang. Jadi kita sarapan pagi sekaligus makan siang. Jadi namanya aku ganti jadi sarapan siang," jelas Nicholas yang membuat Nathan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Pemuda itu seketika merasa malu.
"Sudah,sana mandi dulu! jangan lama-lama tapi,aku sudah lapar soalnya," Nathan langsung melompat dari atas tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi.
Nicholas menggelengkan kepala, tersenyum seperti memiliki seorang adik laki-laki. Di saat pria itu hendak melangkah keluar, fokusnya langsung tercuri dengan sebuah kertas yang terletak di atas nakas. Pria itu sontak meraih kertas itu dan membaliknya.
Mata Nicholas sontak membesar, menatap kagum hasil lukisan Nathan yang menurutnya sangat sempurna.
"Wah, bagus sekali! ini seperti dilukis oleh seseorang yang sudah memiliki jam terbang yang lama," batin Nicholas mengagumi hasil lukisan Nathan itu.
"Sepertinya dia anak yang berbakat," Nicholas kembali meletakkan kertas itu ke tempat semula dan melangkah keluar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Nih makanan buat kamu. Aku tidak tahu apa yang kamu suka, jadi aku pesan sesuai dengan yang kusuka. Aku harap kamu juga menyukainya," Nicholas mendorong kotak makanan ke arah Nathan.
"Terima kasih, Kak. Aku tidak pemilih dalam hal makanan dan aku tidak punya alergi apapun," sahut Nathan tersenyum tipis.
"Apa kamu sangat susah untuk tersenyum? sepertinya kalau kamu tersenyum selalu terlihat terpaksa," ucap Nicholas sembari membuka kotak makanan miliknya.
Nathan tidak menjawab sama sekali. Pemuda itu hanya mengembuskan napas dan mengikuti apa yang dilakukan oleh Nicholas.
"Aku sudah lama bermusuhan dengan sebuah senyuman tulus, karena yang setia menemaniku selama ini hanya rasa sedih," ucap Nathan yang tentu saja hanya berani dia ucapkan dalam hati.
Nicholas mengalihkan tatapannya dari makanan di depannya, menatap Nathan dengan alis bertaut, karena tidak mendapatkan jawaban dari pria dewasa yang terbungkus oleh tubuh pria remaja itu. Dia melihat tatapan Nathan yang kosong seperti banyak menyimpan beban yang tidak ingin dia bagi pada siapapun.
"Sepertinya dia banyak pengalaman hidup yang buruk. Entah apa yang kamu alami, Nathan sehingga kamu bisa seperti ini," bisik Nicholas pada dirinya sendiri sembari kembali melanjutkan makannya.
Tidak berapa lama, mereka berdua sudah menghabiskan makanan masing-masing.
"Sini Kak, biar aku aja yang buang ke tong sampah," Nathan meminta kotak makan sekali pakai dari Nicholas.
"Tidak apa-apa nih?" Nicholas memastikan.
"Tidak apa-apa, Kak!" Nicholas akhirnya memberikan kotak makanannya pada Nathan, dan Nathan langsung berdiri dari tempat dia duduk dan melangkah ke arah tong sampah. Kemudian, dia kembali ke tempat dia duduk sebelumnya.
"Nathan, tadi aku melihat sebuah lukisan di kamarmu,apa itu kamu yang lukis?" tanya Nicholas setelah mengingat lukisan yang dia lihat tadi.
"Iya Kak! kenapa? jelek ya?"
"Jelek apanya. Itu sangat bagus, Nath! puji Nicholas, Juju. "Sepertinya lukisan itu menyiratkan sebuah makna ya? sayangnya aku tidak terlalu mengerti soal seni, jadi aku tidak tahu makna yang ada di lukisan itu. Tapi, jujur saja aku sangat suka. Aku yakin kalau kamu jual, lukisan itu akan ditawar mahal oleh orang-orang yang mengerti seni," lanjut Nicholas kembali.
"Ah,Kakak bisa aja! masih banyak yang perlu diperbaiki di lukisan itu Kak. Lukisan itu menyiratkan makna seseorang yang kesepian di tengah keramaian. Itu saja." jelas Nathan sembari merendah.
"Oh, seperti itu?" Nicholas mengangguk-anggukan kepalanya. "Apa yang kamu lukisan itu menggambarkan dirimu sendiri?" Nicholas mencoba untuk mengorek kembali tentang apa yang membuat Nathan sukar untuk tersenyum. Namun lagi-lagi pemuda di depannya itu tidak menjawab.
"Ya udah, sepertinya kamu belum mau terbuka denganku dan aku tidak memaksa kamu untuk bercerita. Sekarang aku mau membawa kamu ke rumahku, aku mau mengenalkan kamu pada mamaku,"
"Untuk apa,Kak?" Nathan mengrenyitkan keningnya.
"Mamaku seorang pelukis. Dia memiliki sebuah galeri yang besar. Bukan hanya di Indonesia tapi juga di luar negeri. Kebetulan keluarga mama memiliki jiwa seni yang tinggi. kamu mau kan? kamu bisa belajar dari mamaku tentunya,"terang Nicholas lugas.
Mata Nathan seketika berbinar merasa ada sebuah harapan. Namun rasa bahagia itu hanya bertahan sepersekian detik, karena detik berikutnya pemuda itu merasa tidak pantas untuk bertemu dengan mamanya Nicholas.
"Tapi,apa nanti mamanya kakak ...."
"Kamu tidak perlu khawatir! mamaku wanita yang sangat baik. Menurutku,bakat yang kamu punya ini harus dikembangkan," Nicholas langsung menyela ucapan Nathan karena dia tahu kalau pemuda itu merasa tidak percaya diri.
Nathan diam sejenak, memikirkan tawaran Nicholas. Seketika dia teringat dengan janji yang dia ucapkan sebelum dia keluar dari rumah tempat dia dibesarkan, kalau dia tidak akan pernah kembali sebelum sukses dan dia sudah mengatakan kalau dia akan membuktikan kalau dirinya akan sukses dengan bakat yang selalu direndahkan oleh wanita yang dia anggap mama dan kakaknya itu.
"Baiklah, Kak. Aku mau!" pungkas Nathan memutuskan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Motor yang dikendarai oleh Nicholas berhenti di depan sebuah rumah yang sangat besar, demikian juga dengan Nathan yang menyusulnya dari belakang.
"Ayo masuk!" Nicholas melangkah menuju pintu masuk dan lagi-lagi Nathan mengekor dari belakang.
"Aku pulang! any body home?" teriak Nicholas.
"Mama,Papa! anak tampan kalian sudah pulang!" kembali Nicholas berteriak karena belum mendapatkan sahutan dari siapapun.
Nathan menggelengkan kepala melihat tingkah Nicholas yang seperti bukan dirinya ketika sudah berada di rumah.
"Emm, sepertinya mereka semua sedang pergi. Aku lupa kalau ini weekend,"Nicholas memukul jidatnya sendiri.
"Pulang juga kamu ternyata anak nakal! kenapa jam segini baru pulang? hah!" terdengar suara seorang wanita yang baru saja muncul dari sebuah ruangan.
Nicholas dan Nathan sontak melihat ke arah datangnya suara. Terjadi reaksi yang berbeda dari kedua pemuda berbeda usia itu. Nicholas dengan senyum manisnya dan Nathan dengan kekagetannya. Bagaimana tidak, wanita yang sedang berdiri di depannya itu adalah wanita yang photonya dikirimkan oleh Arsen kakaknya.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Esther Lestari
jadi Nathan dan Nicholas bersaudara?
2023-12-06
0
Yeni Eka
nah kan
2022-06-16
1
Elisabeth Ratna Susanti
suka 😍
2022-05-29
1