"Jadi, aku bukan anak mama? Jadi inilah alasan kenapa kalian selalu menganggapku seperti tidak ada?" mata Nathan terlihat berkaca-kaca menahan tangis dan napas yang memburu.
"Nathan!" gumam Arsen dengan wajah yang berubah pucat.
"Kenapa kalian berdua diam? jawab, Kak! Jadi, aku bukan anak mama?" ucap Nathan dengan nada yang menuntut.
"Ya, kamu lahir bukan dari rahim yang sama dengan kami. Kamu lahir dari wanita ular itu!" jawab Angga dengan suara tinggi.
"Kak Angga, hentikan!" teriak Arsen. Kemudian pria itu menoleh ke arah Nathan.
"Kamu jangan dengarkan apa yang dikatakan oleh Kak Angga. Tante Naura mamamu, wanita yang sangat baik. Kamu memang tidak dilahirkan oleh wanita yang kamu kenal sebagai mama kamu, tapi kamu itu tetap adik kami, karena kita memiliki papa yang sama," terang Arsen, berharap Nathan mengerti.
"Hahahaha, wanita baik apa yang mau meninggalkan anaknya yang masih bayi? asal kamu tahu, Nathan. Kamu itu anak yang sangat tidak diinginkan oleh siapapun. Buktinya mama kamu sendiri pergi meninggalkanmu," sindir Angga dengan seringaian sinis di sudut bibirnya.
Nathan tiba-tiba tersenyum, walaupun sebenarnya hatinya sangat sakit. Senyum yang terbit di bibir Nathan sontak membuat Angga dan Arsen mengrenyitkan kening.
"Kenapa kamu tersenyum? apa kamu sudah gila ya? bukannya seharusnya kamu sedih dan menangis?" tanya Angga.
"Buat apa aku menangis? air mata dan kesedihan sudah menjadi temanku sejak dulu. Kenapa aku tersenyum, itu karena aku sudah menemukan jawaban atas pertanyaanku selama ini. Dulu, aku selalu bertanya-tanya kenapa aku berbeda dari kalian, walaupun sebenarnya setiap kakak beradik itu tidak pernah sama. Hari ini aku sudah menemukan jawabannya, tentu saja aku harus bahagia kan?" ucap Nathan tanpa menanggalkan senyumannya.
"Nathan, kamu tidak boleh bicara seperti itu! walaupun kita datang bukan dari rahim yang sama, tapi kita memiliki papa yang sama," Arsen buka setiap kembali.
Nathan kembali tersenyum mendengar ucapan Arsen.
"Tapi sayangnya orang yang kita sebut papa itu dan satu-satunya yang menganggapku ada, sudah pergi. Benar kata Kak Angga, aku memang tidak pernah diinginkan, karena mamaku sendiri meninggalkanku. Jadi, berhubung aku sudah tahu semuanya, aku harus tahu diri. Aku tidak pantas ada di rumah ini," ucap Nathan sembari berusaha mati-matian untuk menahan agar air matanya tidak keluar.
"Nathan, tarik kembali kata-katamu! rumah ini rumah kamu juga," Arsen berucap dengan nada berapi-api.
"Tidak Kak. Ini bukan rumahku. Rumah yang sebenarnya adalah tempat yang membuat kita merasa nyaman, tapi apa yang aku alami justru sebaliknya,"
"Baguslah kalau kamu sudah menyadarinya!" tiba-tiba Murni muncul dan berdiri di anak tangga. Sepertinya wanita setengah baya itu, terbangun mendengar suara ribut-ribut di bawah.
Nathan menoleh ke arah suara, dan kembali tersenyum. "Iya, dan aku menyesal terlambat menyadarinya. Sekarang, anak yang tidak tahu diri ini, dan yang selalu membuat malu ini, akan segera pergi. Kalian tidak akan pernah merasa malu lagi," ucap Nathan tanpa emosi.
"Nathan jangan seperti itu! kamu tidak pernah membuat malu! Kamu tidak boleh pergi kemana-mana, rumah ini rumah kamu juga, karena di dalam darahmu ada darah Aditya Pramono, papa kita," Arsen berusaha mencegah.
"Arsen, buat apa kamu mencegahnya?kalau dia mau pergi ya tinggal pergi. Aku mau lihat sampai berapa lama dia bisa bertahan hidup di luar," Angga buka suara lagi dengan nada yang meremehkan pada Nathan.
"Dan kamu Nathan, sekali kamu pergi, ingat, aku tidak akan mengeluarkan uang sepeser pun untuk biaya kuliahmu nanti," ancam Angga, yakin kalau Nathan akan berpikir seribu kali untuk keluar dari rumah ini.
"Kak Angga! biaya kuliah Nathan sudah disiapkan papa dulu, dan itu adalah haknya. Kakak sama sekali tidak berhak!" ucap Arsen.
"Itu memang haknya, tapi sekali dia melangkah keluar, berarti dia sudah siap dengan konsekuensi yang harus dia terima termasuk putusnya biaya kuliah," sahut Angga lugas tanpa beban.
"Lagian, daripada dihabiskan buat biaya kuliah yang jelas-jelas akan sia-sia buat orang sebodoh dia, lebih baik mama gunakan untuk beli mobil baru atau beli perhiasan," Murni menimpali ucapan Angga dengan bibir yang menyeringai sinis.
Nathan tidak menjawab sama sekali. Remaja yang didewasakan oleh keadaan itu hanya tersenyum menanggapi ancaman kakak sulungnya dan ucapan-ucapan mamanya. Pria itu menghela napas, dan melangkah naik ke atas menuju kamarnya.
"Tuh, lihat apa aku bilang. Dia pasti tidak bisa pergi kemana-mana, karena dia tidak akan bisa sanggup untuk hidup di luar sana," cetus Angga sembari menatap sinis ke arah perginya Nathan. Sementara itu, Arsen langsung berlari menyusul Nathan adiknya itu.
Dugaan Angga sama sekali tidak benar, karena naiknya Nathan ke kamarnya bukan karena dia tidak jadi pergi, tapi dia hanya ingin mengambil beberapa pakaiannya, dan barang-barang yang sangat berharga baginya.
"Nathan,kamu jangan pergi,dek! abaikan kata-kata kak Angga dan mama," Arsen yang baru masuk ke kamar Nathan berusaha menahan Nathan untuk memasukkan pakaian ke dalam tas ransel.
Nathan mengehentikan kegiatannya dan menoleh ke arah Arsen. "Kak, izinkan aku pergi! tempatku bukan di sini. Percayalah, kalau aku akan jauh lebih baik di luaran sana, dibandingkan jika tetap berada di rumah ini. Setidaknya aku sudah cukup bahagia,merasa kalau aku masih punya kak Arsen yang menyayangiku," ucap Nathan dengan lirih dan tatapan sendu.
"Tapi, bagaimana kamu akan hidup di luar sana, Nath? aku tidak akan pernah bisa tenang memikirkan hidupmu nanti,"
"Kak, aku sudah terbiasa hidup sendiri, melakukan apa-apa sendiri. Aku sudah sangat terlatih berjuang untuk hidup sendiri. Kakak tenang saja, aku pasti mampu melaluinya," jawab Nathan yang kembali memasukkan pakaiannya, tak terkecuali buku-buku dan seragam sekolahnya.
"Tapi, bagaimana dengan sekolahmu? kamu sebentar lagi akan lulus, Nath. Setidaknya kamu bertahan di rumah ini dulu, sampai kamu lulus SMA," Arsen kembali membujuk.
"Kaka tenang saja, aku akan tetap menyelesaikan sekolahku," Nathan menarik resleting tas ranselnya, karena dia rasa semua yang dia butuhkan sudah lengkap.
"Aku pergi dulu, Kak. Terima kasih, sudah membela dan menganggap aku adikmu!". Nathan memeluk Arsen yang sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Nathan mengayunkan kakinya melangkah keluar dari kamar meninggalkan Arsen yang termagu di tempat dia berdiri. Begitu, pria itu tersadar, dia langsung berlari menyusul Nathan ke bawah.
"Oh, jadi kamu jadi angkat kaki dari rumah ini? apa kamu pikir aku main-main dengan ucapanku tadi?" Angga berdiri dari tempat duduknya duduk dan menatap Nathan dengan sorot mata tajam.
"Aku tahu, kalau kakak tidak main-main dengan ucapanmu. Tapi, aku juga tidak main-main dengan apa yang sudah aku putuskan. Aku tidak peduli dengan biaya kuliah itu lagi. Maaf aku pamit pergi!" Nathan melanjutkan langkahnya kembali. Tapi belum 5 langkah,pria itu berhenti kembali dan memutar tubuhnya.
"Oh ya,satu lagi Kak, Ma. Aku tidak bodoh seperti yang kalian katakan selama ini. Aku akan buktikan kalau aku akan bisa sukses dengan bakat yang kumiliki. Bakat yang selalu kalian rendahkan. Satu lagi, aku berjanji tidak akan pernah menginjakkan kakiku lagi di rumah ini, sebelum aku meraih kesuksesan, permisi!" Kali ini Nathan benar-benar beranjak pergi.
Angga tiba-tiba terdiam dan merasa ada sesuatu yang mencubit hatinya. Pria itu merasa sakit mendengar janji adik bungsu yang dia benci itu. Angga seakan tidak rela Nathan mengatakan hal itu.
"Nathan, tunggu Kakak. Kalau kamu keluar dari rumah ini, aku juga akan keluar," Nathan kembali berbalik dan melihat ke arah kakaknya Arsen yang sudah berdiri di belakangnya.
"Kak, biarkan aku pergi sendiri!"mohon Nathan.
"Arsen, kalau kamu ikut anak tidak tahu diri itu, mama akan mati hari ini juga di depan matamu," ancam Murni dengan berapi-api.
"Arghhh!" Arsen mengusap wajahnya dengan kasar, tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Akhirnya pria itu membiarkan Nathan melangkah meninggalkan rumah . Arsen kini hanya bisa menatap punggung Nathan sampai akhirnya adiknya itu benar-benar hilang dari pandangan.
Sementara itu,Angga benar-benar tercenung tidak menyangka kalau Nathan benar-benar pergi.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Riski Khumaira Riski
hadir
2022-09-09
0
Elisabeth Ratna Susanti
hadir 😍
2022-05-08
1
Putu Suciptawati
salut dama.nathan
2022-05-08
0