Cerita Nicholas

Nicholas menghampiri wanita yang dia panggil mama itu dan langsung memeluknya.

"Mama jangan marah dong! tadi aku telat bangun makanya baru pulang," ucap Nicholas sembari bergelayut manja.

"Tapi kenapa nggak kasih kabar? mama sampai nggak kemana-mana, hanya karena nungguin kamu," mata wanita itu mendelik ke arah Nicholas.

"Mama, kalau marah kenapa tetap cantik sih?" rayu Nicholas, berusaha membuat mamanya itu tersenyum kembali.

"Kamu ini ya,bisa aja buat mama gak jadi marah sama kamu," wanita itu mencubit gemas pipi Nicholas. Tiba-tiba matanya menangkap sosok Nathan. Tatapan mereka seketika terkunci.

Nathan merasakan jantungnya berdetak dengan kencang, walaupun dia masih meragukan apakah orang yang ada di photo sama dengan orang yang ada di depannya sekarang.

"Nicho, kamu bawa siapa,Nak?" tanya wanita itu yang kembali menoleh ke arah Nicholas.

"Oh iya, aku lupa!" Nicholas memukul jidatnya sendiri. " Mari, Ma aku kenalkan sama dia," Nathan menarik tangan wanita cantik setengah baya itu mendekat ke arah Nathan yang terlihat semakin tegang.

"Ma, kenalkan ini Nathan. Nath, kenalkan ini mamaku yang aku ceritakan tadi,"

Nathan mengulurkan tangannya dengan gemetar dan tatapannya tidak lepas dari wajah wanita di depannya. Mencari apakah ada perbedaan wanita itu dengan photo wanita yang ada di ponselnya. Namun pemuda itu sama sekali tidak menemukan perbedaan di antara dua wanita itu.

" Ha-halo Tante,namaku Nathan!" suara Nathan terdengar bergetar.

"Nathan?" wanita itu sedikit menaikkan alisnya. Tapi itu hanya sebentar saja, karena wanita itu langsung memijat kepalanya, yang tiba-tiba pusing.

"Iya, Tante! namaku Nathan," ulang Nathan sembari memperhatikan reaksi wanita itu mendengar nama Nathan.

"Kalau dia benar-benar mamaku, pasti dia akan ingat kalau dia pernah meninggalkan anak yang bernama Nathan," bisik Nathan pada dirinya sendiri.

"Emm, Nathan nama yang bagus. Nama Tante Naura. Kamu bisa panggil tante dengan sebutan Tante Naura!"

Deg

Jantung Nathan seketika berdetak kencang begitu wanita itu menyebutkan namanya.

"Nama itu. Bukankah nama itu nama yang sama dengan ibu kandungku? berarti tidak salah lagi kalau dia ini mamaku. Tapi kenapa dia tidak bereaksi apa-apa mendengar namaku? apa dia benar-benar tidak mengingat anaknya lagi?" ucap Nathan dalam hati.

"Kamu kenapa,Nak? kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Naura dengan alis bertaut.

"Tidak apa-apa, Tan! maaf kalau aku seperti bersikap kurang ajar," sahut Nathan dengan ekspresi datar.

"Emm, Oh ya, duduk dulu! kamu nggak capek berdiri ya?" Naura mendaratkan tubuhnya duduk di sofa disusul oleh Nicholas dan Nathan.

"Tante lihat-lihat, sepertinya usia kamu jauh lebih muda dari anak tante, tapi kenapa kalian bisa berteman?" alis Naura naik ke atas, penasaran.

"Oh, aku baru bertemu dia tadi malam Mah. Aku bawa dia ke sini, karena aku lihat dia sangat berbakat melukis sama seperti Mama," Nicholas buka suara menjawab rasa penasaran mamanya.

"Wow, benaran!" seru Naura antusias, karena dia jarang bertemu dengan orang muda yang berbakat melukis.

"Ah, Kak Nicholas terlalu memuji, Tan! aku tidak sehebat yang dia katakan," ucap Nathan merendah.

"Bisa Tante, lihat lukisannya?" pinta Naura.

Nathan tidak menjawab, pria itu masih belum habis pikir melihat reaksi wanita di depannya, yang terlihat biasa saja mendengar nama Nathan.

"Hem, sepertinya dia benar-benar sudah lupa pada anak sendiri. Dia lupa atau pura-pura lupa? tidak heran kenapa dia bisa pergi meninggalkan papa dan bahkan meninggalkan anaknya yang masih bayi. Ternyata suami barunya sekaya ini? atau jangan-jangan, papa itu selingkuhannya dan papanya Nicholas itu suami pertamanya?" Nathan berbisik pada dirinya sendiri,sibuk menduga-duga.

"Nak kenapa kamu diam lagi? apa tante tidak bisa melihat lukisanmu?" Naura kembali bertanya, menyadarkan Nathan dari lamunannya.

"Aku rasa tidak perlu, Tan! lukisanku tidak pantas dilihat oleh orang sehebat tante. Lebih baik aku pulang sekarang?" Nathan berdiri dari tempat dia duduk. Kemudian pria itu menoleh ke arah Nicholas yang menatapnya dengan tatapan bingung.

"Kak, Nicho. Aku akan kembali ke apartemen kakak untuk mengambil barang-barangku. Setelah itu, aku akan pergi. Terima kasih buat bantuannya tadi malam, dan terima kasih juga buat tawarannya," lanjut Nathan lagi.

" Tapi kenapa kamu tiba-tiba mau pergi? apa aku ada berbuat salah?" tanya Nicholas dengan kening yang berkerut.

"Kakak tidak ada salah. Cuma aku tidak mau kalau aku menerima tawaranmu, aku sering bertemu dengan mama kakak, yang juga mamaku. Aku tidak mau sakit hati melihat wanita licik yang kalian anggap baik ini," ucap Nathan yang tentu saja hanya berani dia ucapkan dalam hati saja.

"Nathan, kenapa kamu tidak menjawab?" Nicholas kembali bertanya karena tidak kunjung mendapat jawaban dari Nathan.

"Tidak apa-apa, Kak. Aku hanya ingin bisa hidup mandiri saja. Aku hanya tidak ingin bertemu dengan orang yang sudah menelantarkanku selama ini," ucap Nathan yang semakin membuat Nicholas bingung.

"Maksud kamu apa?" tanya Nicholas.

"Tidak bermaksud apa-apa,Kak. Aku pergi dulu ya!"

"Nak Nathan, apa Tante ada salah ucap tadi?" Naura buka suara, hingga membuat Nathan yang nyaris melangkah menyurutkan langkahnya dan kembali menatap Naura dengan tatapan datar.

"Tidak sama sekali, Tante! aku hanya sadar diri aja. Aku permisi!" tanpa ingin menoleh lagi, Nathan langsung berlalu pergi, walaupun Nicholas meneriaki namanya. Pemuda itu sepertinya terlihat sangat kecewa dengan kenyataan yang dia lihat.

Begitu kakinya hampir mencapai pintu, tiba-tiba seorang gadis remaja muncul dan hampir berbenturan dengan Nathan.

"Ma-maaf!" ucap remaja wanita yang sepertinya masih duduk di bangku SMP itu sembari mengelus dadanya.

"Maaf juga!" sahut Nathan yang lagi memasang ekspresi dinginnya.

"Wah, ada kakak ganteng! Kakak siapa?" gadis remaja itu menatap Nathan Deny tatapan kagum.

"Nabila, jaga sikapmu! jangan genit-genit gitu!" tegur Nicholas yang sudah berdiri di dekat Nathan.

"Ah,Kakak ini, gak suka banget lihat adik sendiri senang. Aku kan hanya mengagumi mahakarya ciptaan Tuhan yang sangat indah di lihat mata," Remaja perempuan yang ternyata bernama Nabila itu mengerucutkan bibirnya.

"Udah, jangan bawel! sana masuk!". Nicholas mendelik tajam, membuat Nabila mendengus kesal sembari masuk ke dalam dengan menghentakkan kakinya.

"Maaf ya Nathan! itu tadi adik perempuanku. Dia masih kelas dua SMP,dan sebentar lagi kelas 3. Maklumlah, remaja-remaja usia seperti itu, kalau lihat cowok tampan, biji matanya langsung mau keluar," ucap Nicholas untuk mencairkan sikap Nathan yang tiba-tiba dingin.

"Dia adikmu? berarti jarak usia kalian berdua lumayan jauh," sahut Nathan sembari kembali melangkah keluar.

"Iya. Kami satu papa tapi beda ibu," ucap Nicholas yang seketika membuat Nathan berhenti melangkah dan menoleh ke arah Nicholas.

"Jadi, maksudmu,Tante Naura bukan ...."

"Iya, Mama Naura bukan ibu yang melahirkanku, karena mama kandungku, sudah meninggal saat melahirkanku. Tapi, aku sudah menganggap mama Naura seperti ibu kandung, karena dari dialah aku bisa merasakan seperti memiliki seorang mama. Papa menikahi mama Naura ketika aku berumur 5 tahun dan hasil dari pernikahan mereka, Nabila lahir," jelas Nicholas, panjang lebar, hingga membuat Nathan semakin penasaran.

"Oh, seperti itu? apa sebelumnya Tante Naura sudah memiliki keluarga atau bagaimana?" Nathan mencoba mengorek informasi.

Nicholas tidak menjawab. Pria itu hanya mengangkat bahunya tanda dia tidak tahu.

"Kami tidak tahu sama sekali. Mama Naura sebenarnya adalah korban tabrak lari saat papa menemukannya dulu. Papa memutuskan untuk menolong. Setelah mama sadar dulu, dia mengalami amnesia sampai sekarang. Beruntungnya papa menemukan identitas di tas yang dibawa mama saat itu, sehingga papa bisa tahu siapa namanya mama," tutur Nicholas lugas, hingga membuat Nathan terkesiap kaget. Rasa bencinya pada Naura ibu kandungnya menguap seketika.

"Jadi, bagaimana kalian bisa tahu identitas orang tua ma eh tante Naura?"

"Setelah setahun, ingatan mama Naura belum pulih juga, dan karena aku meminta agar mama Naura jadi mamaku, akhirnya papa menyelidiki siapa orang tua mama melalui nama belakang mama. Akhirnya ketemu juga. Kakek memang pernah bilang kalau mama dulu pernah menikah, tapi katanya kakek tidak suka sama pria itu karena sudah membohongi keluarga besar. Mereka akhirnya setuju agar mama menikah dengan papa," jelas Nicholas lagi.

"Jadi, selama belasan tahun, ingatan Tante Naura juga belum kembali? kenapa bisa? apa kalian sengaja membuat Tante itu benar-benar lupa selamanya? bagaimana kalau Tante itu punya anak dulunya? apa kalian tidak berpikir sampai ke sana?" Nathan mulai terlihat emosional.

"Kenapa kamu jadi emosional begini?" Nicholas

mengreyitkan keningnya.

"Maaf!"Nathan tiba-tiba tersadar dengan sikapnya.

"Kami bukan tidak mau ingatan mama kembali. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi setiap kami berusaha untuk membuat mama mengingat masa lalunya, mama akan mengalami sakit kepala yang amat sangat. Dokter akhirnya menyarankan agar tidak memaksakan mama untuk mengingat masa lalunya. Kami hanya mengikuti saran dokter," jelas Nicholas lagi.

"Itu berarti, harapanku untuk mama bisa ingat aku lagi sangat tipis bahkan sangat tidak mungkin," batin Nathan sembari mengalihkan tatapannya ke arah lain, berharap Nicholas tidak melihat kesedihannya.

Tbc

Terpopuler

Comments

Yeni Eka

Yeni Eka

udh mau menjudge jahat Krn gak inget anaknya ternyata amnesia

2022-06-17

0

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

seru 😍

2022-05-29

0

sella surya amanda

sella surya amanda

lanjut kak

2022-05-10

0

lihat semua
Episodes
1 Selalu dibandingkan
2 Hampir setiap hari
3 Pembelaan Arsen
4 Aku harus mencegahnya
5 Menang
6 Kenyataan yang pahit
7 Pergi
8 Menghadapi geng motor
9 Photo
10 Kekagetan Nathan
11 Cerita Nicholas
12 Kekesalan Renata
13 Niat Renata
14 Malaikatku
15 Setannya Kakak
16 Bab16
17 Kecurigaan Rehan
18 Aku tidak suka dia
19 Aku bukan pencuri
20 Dia wanita yang baik
21 Tuduhan
22 Membongkar
23 Bab 23
24 Ancaman Renata
25 Acara perpisahan
26 Dia mamaku
27 Kalut
28 Sampai kapan?
29 Usul Rehan
30 Kecurigaan Naura
31 Bab 31
32 Sudah jatuh, tertimpa tangga lagi
33 Ancaman Nicholas
34 Menuntaskan kerinduan
35 Bab 35
36 Panik
37 Izinkan aku pergi!
38 Mengaku kalah
39 Aku pegang kata-katamu!
40 Akan pergi
41 Hallo, Naura!
42 Bab 42
43 Diciduk
44 Tentu saja aku mau
45 Pokoknya aku tidak mau!
46 Keputusan Nicholas
47 Pameran
48 Bab 48
49 Pertunangan
50 Kamu jadi sekretarisku
51 Dilema Nurdin
52 Renata bahagia
53 Panggilan video
54 Benar-benar sakit
55 Bab 55
56 Kamu buta ya?
57 Harus tetap Optimis
58 Kekesalan Nicholas
59 Kabar gembira
60 Nathan yang sama
61 Kepanikan Rehan
62 Sosok misterius
63 Kepanikan Rajendra
64 Bab 64
65 Kecurigaan Nicholas
66 Aku bisa melihat lagi.
67 Jangan berkata buruk tentang kakakmu!
68 Sepucuk surat
69 Diary Angga
70 Bertemu
71 Bab 71
72 Jadi bodoh
73 Sebaiknya kamu pulang.
74 Hobby berdebat
75 Fighting
76 Persiapkan dirimu!
77 Meminta Nathan untuk pulang
78 Tiba di Indonesia
79 Nathan menghadiri Acara
80 Tidak tahu malu
81 Flashback
82 Flashback Anisa
83 Jangan macam-macam!
84 Siapa bilang dia tidak punya kekasih?
85 Kita menikah saja!
86 Kekesalan Nicholas.
87 Rasanya pasti akan beda
88 Berat hati
89 Disetujui
90 Salah tingkah
91 Bab 91
92 Malu-malu
93 Ekstra part 1
94 Ekstra part 2(wedding)
95 Ekstra part 3
96 Kado Ulang tahun
97 Epilog (Ending)
98 Cerita Baru
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Selalu dibandingkan
2
Hampir setiap hari
3
Pembelaan Arsen
4
Aku harus mencegahnya
5
Menang
6
Kenyataan yang pahit
7
Pergi
8
Menghadapi geng motor
9
Photo
10
Kekagetan Nathan
11
Cerita Nicholas
12
Kekesalan Renata
13
Niat Renata
14
Malaikatku
15
Setannya Kakak
16
Bab16
17
Kecurigaan Rehan
18
Aku tidak suka dia
19
Aku bukan pencuri
20
Dia wanita yang baik
21
Tuduhan
22
Membongkar
23
Bab 23
24
Ancaman Renata
25
Acara perpisahan
26
Dia mamaku
27
Kalut
28
Sampai kapan?
29
Usul Rehan
30
Kecurigaan Naura
31
Bab 31
32
Sudah jatuh, tertimpa tangga lagi
33
Ancaman Nicholas
34
Menuntaskan kerinduan
35
Bab 35
36
Panik
37
Izinkan aku pergi!
38
Mengaku kalah
39
Aku pegang kata-katamu!
40
Akan pergi
41
Hallo, Naura!
42
Bab 42
43
Diciduk
44
Tentu saja aku mau
45
Pokoknya aku tidak mau!
46
Keputusan Nicholas
47
Pameran
48
Bab 48
49
Pertunangan
50
Kamu jadi sekretarisku
51
Dilema Nurdin
52
Renata bahagia
53
Panggilan video
54
Benar-benar sakit
55
Bab 55
56
Kamu buta ya?
57
Harus tetap Optimis
58
Kekesalan Nicholas
59
Kabar gembira
60
Nathan yang sama
61
Kepanikan Rehan
62
Sosok misterius
63
Kepanikan Rajendra
64
Bab 64
65
Kecurigaan Nicholas
66
Aku bisa melihat lagi.
67
Jangan berkata buruk tentang kakakmu!
68
Sepucuk surat
69
Diary Angga
70
Bertemu
71
Bab 71
72
Jadi bodoh
73
Sebaiknya kamu pulang.
74
Hobby berdebat
75
Fighting
76
Persiapkan dirimu!
77
Meminta Nathan untuk pulang
78
Tiba di Indonesia
79
Nathan menghadiri Acara
80
Tidak tahu malu
81
Flashback
82
Flashback Anisa
83
Jangan macam-macam!
84
Siapa bilang dia tidak punya kekasih?
85
Kita menikah saja!
86
Kekesalan Nicholas.
87
Rasanya pasti akan beda
88
Berat hati
89
Disetujui
90
Salah tingkah
91
Bab 91
92
Malu-malu
93
Ekstra part 1
94
Ekstra part 2(wedding)
95
Ekstra part 3
96
Kado Ulang tahun
97
Epilog (Ending)
98
Cerita Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!