Prankk
Gelas berisi orange juice yang sedang dipegang oleh Renata dan siap hendak diminum, terjatuh akibat disenggol oleh Nathan, sehingga isinya langsung berceceran di lantai.
"Aduh, sorry, sorry!" ucap Nathan dengan sudut bibir yang sedikit naik ke atas.
"Kamu!" Renata mendelik, merasa kesal melihat kehadiran Nathan yang selalu membawanya kesialan baginya. Sementara itu, Roby sang pacar, terlihat menggeram dengan tangan yang terkepal kencang.
"Hei, ada Renata. Wah, nggak nyangka, cewek yang dikira cupu, teryata suhu. Bisa-bisanya cewe pintar, teladan dan datang dari keluarga yang memiliki latar belakang yang baik ada di klub malam seperti ini, ckck," Nathan berdecak sembari menggeleng-gelengkan kepalanya dibarengi dengan seringaian tipis di sudut bibirnya.
Renata terdiam. Jujur, sebenarnya dia merasa tidak nyaman ada di tempat itu. Namun, karena Roby memberikan jaminan kalau dia akan aman-aman saja, ditambah dengan bujukan Tania sahabatnya, membuat gadis itu mau diajak ke tempat yang sebenarnya ingin dia hindari.
"Hmm, ada ketua si ketua OSIS juga ternyata. Wah, tempat ini serasa jadi tempat suci dengan kehadiran orang-orang berprestasi seperti kalian," sindir Nathan kembali.
"Kamu bisa diam nggak? kamu sendiri ngapain ada di sini?" bentak Roby. Seandainya penerangan di tempat itu cukup, mungkin akan terlihat jelas mata Roby yang memerah karena sudah sangat marah.
"Kalau orang seperti aku, yang dianggap sebagai biang kericuhan, sepertinya orang-orang tidak akan heran dengan keberadaanku di tempat ini. Beda dengan kalian bertiga, yang dikenal pintar, anak baik-baik. Pasti citra kalian di sekolah akan segera luntur," jawab Nathan dengan santai. Sementara itu, Bastian dan Dava yang merasa kalau Nathan sedang dalam bahaya langsung menghampiri sahabatnya itu. Alangkah kagetnya mereka ketika melihat keberadaan Renata ada di tempat seperti ini.
Renata yang merasa seperti seorang tersangka seketika menundukkan kepalanya sembari menggigit bibirnya.
"Kamu jangan banyak bicara! rasakan ini, brengsek!" umpat Roby sembari melayangkan tangannya hendak meninju wajah Nathan. Namun gerakan Roby kalah cepat, Nathan dengan sigap langsung menangkap tangan Roby dan menatap sinis ke arah pria itu.
"Lepaskan tanganku! ingat, aku bisa saja membuat citramu di sekolah semakin buruk di mata guru-guru. Kamu tahu kan siapa aku? mereka pasti percaya dengan ucapanku," ancam Roby, dengan senyum sinis.
Nathan terkekeh dan mendekatkan mulutnya ke telinga Roby. "Silakan kalau berani. Jangan-jangan citramu sendiri yang akan hancur di tanganku. Asal kamu tahu, aku tahu apa yang sudah kamu rencanakan pada Renata. Kamu sudah mencampur obat tidur di minumannya tadi kan? nih buktinya, sudah aku rekam," bisik Nathan sembari menunjukkan video rekaman yang ada di ponselnya.
Wajah Roby seketika berubah tegang, dan sontak menatap ke arah Renata, takut kalau gadis itu mendengar apa yang dibisikkan oleh Nathan.
"Ingat, nasib citra baikmu ada di tanganku. Jangan sesekali kamu mencampuri urusanku lagi, kalau kamu tidak mau aku sebarkan video ini," bisik Nathan lagi, sembari tersenyum licik.
"Sialan kamu!" umpat Roby sembari berusaha mengepalkan tangannya. Pria itu berusaha untuk menahan amarahnya, karena seperti yang dikatakan oleh Nathan tadi, bahwa nasib citra baiknya ada di tangan pemuda itu.
"Yang sial itu kamu,Roby. Aku tahu, apa yang sudah kamu rencanakan dengan Tania. Oh ya, jangan sesekali lagi, kamu berniat untuk melakukan sesuatu hal buruk buat Renata, aku bisa pastikan kalau kamulah orang pertama yang akan dicurigai," bisik Nathan kembali, agar Renata tidak mendengar apa yang dia ucapkan.
Roby terdiam untuk beberapa saat. Pria itu seperti orang bodoh yang tidak bisa berbuat apa-apa di depan Nathan.
"Beb, sebaiknya kita pulang saja! jangan ladenin pengacau seperti dia. Buang-buang waktu dan tidak ada gunanya," Renata menarik tangan Roby.
Roby mengembuskan napas kesal dan tidak membantah ajakan Renata. Pria itu benar-benar terlihat sangat kesal karena rencananya gagal total.
"Beb, Tania mana?" Renata seketika berhenti dan langsung mencari keberadaan sahabatnya itu.
"Biarkan saja dia. Tadi,dia katanya mau ke toilet dan sampai sekarang belum juga balik. Nanti kita kirim pesan aja, bilang kalau kita sudah pulang dan minta dia untuk pulang sendiri," sahut Roby yang moodnya benar-benar sudah hancur karena Nathan.
Sementara itu, di dalam klub tampak Tania kebingungan begitu tidak melihat keberadaan Renata dan Roby.
"Kemana mereka? apa rencana Roby sudahlah berhasil? tapi kenapa dia tidak menungguku?" bisik Tania dalam hati.
"Siapa yang kamu cari?" tiba-tiba Nathan sudah berdiri di belakang Tania lengkap dengan seringaiannya.
Tania sontak berbalik dan terkesiap kaget melihat keberadaan Nathan bersama dengan dua sahabatnya.
"Kenapa kalian bertiga ada di sini?" tanya Tania dengan gugup.
"Kenapa kami tidak bisa ada di sini? justru kami yang harusnya bertanya, kenapa kamu bisa ada di tempat seperti ini?" Nathan balik bertanya, hingga membuat Tania gugup.
"Bukan urusanmu!" jawab Tania ketus sembari tetap mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Roby dan Renata.
"Kalau begitu, bukan urusanmu juga untuk bertanya kenapa kami bisa ada di sini,"jawab Nathan,sinis. "Kamu mencari Roby dan Renata ya? mereka berdua sudah pulang," lanjut Nathan kembali.
"Pulang? kenapa bisa pulang? bukannya seharusnya Roby membawa Renata ke ...." Tania sontak menggantung ucapannya sembari menelan ludahnya sendiri.
"Hampir saja aku keceplosan," batinnya.
"Membawa Renata kemana? ke kamar hotel, begitu?" tebak Nathan, membuat Tania kaget.
"Aku tidak bilang seperti itu? kamu jangan fitnah!" suara Tania terdengar sangat gugup.
Nathan tersenyum smirk di tengah remang-remangnya cahaya. "Tania, Tania. Kamu tahu kenapa Roby dan Renata pulang? itu karena aku sudah tahu apa yang kalian berdua rencanakan pada Renata. Aku sangat kasihan pada Renata. Dia menganggap kamu seorang sahabat dengan tulus, tapi ternyata kamu sama sekali tidak tulus padanya. Kamu itu hanya memanfaatkan Renata kan?" tukas Nathan tepat pada sasaran.
"Kamu jangan fitnah! aku benar-benar tulus padanya," sangkal Tania dengan tegas.
Nathan sontak tertawa meledek dan berdecak sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tania, Renata bisa saja kamu bohongi, tapi tidak denganku. Aku sudah mendengar pembicaraanmu dengan Roby tadi siang di sekolah,"
"Ma-maksudmu?" suara Tania kini terdengar bergetar.
Flashback On.
Nathan berjalan dengan kedua tangan di dalam saku,menuju toilet siswa laki-laki. Namun langkahnya seketika terhenti, karena mendengar suara seorang laki-laki dan perempuan di belakang toilet. Karena merasa penasaran, Nathan mengendap-endap mendekat dan mengintip untuk mengetahui siapa pemilik suara itu.
Mata Nathan membesar melihat sepasang remaja yang sangat dia kenal, yaitu Roby dan seorang gadis yang memakai seragam sama seperti mereka. Yang membuat Nathan kaget, perempuan itu bukan Renata melainkan Tania sahabat Renata.
Kedua insan berbeda jenis kelamin itu dengan santainya memadu kasih dengan bibir yang saling memagut penuh gairah.
"Beb, sudah ah. Nanti ada yang lihat!" Tania mendorong tubuh Roby dengan pelan.
"Ihh,Beb. Aku masih ingin menciummu, dan aku juga rindu mengemut yang ini." Roby menunjuk ke arah dua benda kembar yang menempel di dada Tania.
"Kapan-kapan saja, ya Beb. Jangan di sini! takutnya nanti ada yang lihat," ucap Tania dengan wajah yang memerah, karena sebenarnya gadis itu juga sangat menginginkan hal yang diminta oleh Roby itu.
"Nanti malam saja, ya Beb. Nanti malam,aku berencana mengajak Renata keluar. Aku mau mengajak dia ke klub malam. Nanti malam aku ingin menjebak dia, dengan memasukkan obat tidur ke minumannya,"
"Maksudmu,kamu mau me__" Tania berhenti berucap karena bibirnya kembali disumpal oleh bibir Roby.
"Kamu tenang saja Beb. Aku hanya akan membuat dia tertidur." ucap Roby, setelah dia menarik bibirnya dari bibir Tania. "Aku hanya ingin melakukan itu denganmu nanti malam. Tapi, ketika dia nanti terbangun, aku akan tidur di sampingnya, seakan-akan kami sudah melakukan perbuatan itu. Kamu tahu tujuanku kenapa aku ingin melakukan hal itu?" tanya Roby dan Tania menggelengkan kepalanya.
"Aku hanya ingin dia merasa takut aku tinggalkan dan akhirnya menuruti apapun yang aku mau, termasuk memberikan uang padaku. Nanti aku akan bebas meminta uang padanya, dan kamu juga kan yang akan kecipratan uangnya," jelas Roby sembari mencubit gemas hidung Tania.
Wajah Tania, seketika berbinar bahagia dan merangkulkan tangannya di leher Roby. " Kamu benar-benar sangat cerdas,Beb. Baiklah, aku dukung rencanamu!" ucap Tania sembari memberikan kecupan mesra di bibir Roby.
"Iya dong. Nanti malam, kamu jangan lupa bawa kon*dom ya! aku tidak mau nanti kamu hamil," ucap Roby lagi sembari menempelkan tubuh Tania ke tembok.
Sementara itu, Nathan yang mendengar semua pembicaraan kedua orang itu,menggeram.
"Apa yang harus aku lakukan? apa aku membiarkan saja atau mencegahnya?" batin Nathan dilema.
"Ah, biarkan saja lah. Hidupku aja ribet, ngapain aku mengurusi hidup orang," batin Nathan lagi.
"Ah, sial! kalau aku tidak mencegahnya, itu sama saja aku bejat. Sudah tahu, tapi tidak tolong," Nathan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
Flash back Off
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Esther Lestari
lho ketua osis nya sdh pro ternyata😀
2023-12-06
0
Doni Da Vinci
🤨📸
2022-11-22
0
Yeni Eka
kasian Renata, ternyata sahabat n pacar nya laknat
2022-06-15
1