"Kenapa kamu meninggalkan kami sih, Nath? kamu lagi menghindar ya?" tukas Dava setelah pria itu berjalan tepat di samping Nathan.
"Aku malas menjawab pertanyaan kalian berdua yang tidak masuk akal. Aku dan Renata tidak ada hubungan kecuali hanya karena belajar bersama," jawab Nathan dengan tatapan tetap fokus ke depan.
"Kali aja, kan selama belajar bersama timbul benih-benih cinta, iya nggak, Bas?"
"Ho-oh," Bastian menganggukkan kepalanya.
"Kalian bisa tidak berhenti membicarakan tentang itu. Sekali lagi,aku tekankan aku tidak suka dengan Renata. Untuk sekarang aku tidak mau memiliki hubungan apapun dengan perempuan, karena aku mau fokus mengejar mimpiku," ucap Nathan tegas, tidak ingin dibantah lagi. Kedua sahabatnya itu sontak terdiam tidak berniat untuk meledek Nathan lagi.
"Oh ya, kitakan sudah selesai ujian akhir, bagaimana kalau kita merayakannya?" Bastian buka suara, mengalihkan pembicaraan.
"Hmm, nanti malam kita makan malam di restoran mewah,mau nggak? kalian tenang saja, aku yang akan bayar," celetuk Nathan.
"Wah serius? kamu dapat uang dari mana? udah dua mingguan ini kamu nggak balapan kan?" Dava mengerenyitkan keningnya.
"Lukisanku terjual dengan harga yang lumayan tinggi,"
"Wah, serius kamu? kamu benar-benar hebat! Aku benar-benar yakin kalau kamu akan sukses nantinya," ucap Bastian yang dibenarkan oleh Dava.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Nathan! aku mau bicara sebentar denganmu!" cegat Roby di depan pintu gerbang sekolah.
"Mau bicara apa?" Nathan membuka kaca penutup helmnya.
"Aku meminta video yang ada pada kamu itu dihapus. Aku sudah putus dengan Renata. Aku sudah memutuskan untuk tidak berurusan dengan gadis jelek itu lagi Tapi, aku tidak mau video itu masih ada padamu," ucap Roby tanpa basa-basi.
"Putus?" gumam Nathan.
"Iya, putus! aku benar-benar tidak mau berurusan dengan kalian berdua lagi," ucap Roby tegas dan mantap. "Kita sebentar lagi akan meninggalkan sekolah ini, dan aku akan kuliah ke luar negeri, jadi aku tidak mau suatu saat video itu jadi bumerang untukku," lanjutnya kembali.
"Apa kamu bisa dipercaya?" alis Nathan bertaut tajam.
"Sangat bisa! aku benar-benar tidak mau berurusan dengan makhluk jelek seperti Renata," ucap Roby.
Nathan tanpa sadar mengepalkan kedua tangannya dengan kencang, merasa marah mendengar hinaan yang dilontarkan oleh Roby.
"Baiklah, aku pegang kata-katamu! nih, video nya aku hapus," Nathan menunjukkan video yang dia rekam di samping toilet dan di klub, sudah terhapus dengan sempurna.
"Terima kasih!" ucap Roby singkat.
"Oh ya, aku cuma mau bilang ke kamu, untuk sekarang aku membiarkan kamu menghina Renata, tapi tidak untuk ke depannya. Dan asal kamu tahu, tidak ada gunanya cantik seperti Tania kalau kelakuannya minus. Karena seorang wanita yang cantik tidak dilihat dari paras wajahnya tapi dari moralnya. Sedangkan Tania, tidak memiliki moral sama sekali, sama seperti kamu," ucap Nathan dengan sarkastik sembari melajukan motornya meninggalkan Roby.
"Brengsek!" umpat Roby menendang batu kerikil dengan keras.
"Tapi, tidak apa-apa deh! yang penting video itu sudah dihapus. Aku bisa melanjutkan rencanaku lagi, pada Renata. Dasar bodoh!" batin Roby dengan menyelipkan senyuman licik di sudut bibirnya.
Ya, pemuda itu berencana ingin menemui Renata lagi dan mengatakan kalau dirinya menyesal sudah memutuskan gadis itu. Setelah itu, dia akan mengulangi rencananya dulu yang sempat gagal, karena ancaman Nathan dengan bukti video yang ada padanya
Roby merasa kalau Nathan sudah tidak punya bukti apa-apa lagi untuk menjatuhkan dia nanti.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Nathan dan kedua sahabatnya Bastian dan Dava, berjalan memasuki sebuah restoran mewah yang menyajikan makanan Jepang
"Kita duduk di sana saja!" Nathan menunjuk ke arah meja kosong, yang dekat dengan meja lima orang Wanita. Dari penampilan mereka terlihat jelas kalau wanita-wanita itu adalah wanita sosialita.
Mereka bertiga mendaratkan tubuh duduk di kursi yang tentu saja langsung didatangi oleh pelayan. Mereka bertiga menyebutkan pesanan yang hendak mereka makan dan pelayan itu langsung menuliskan di nota yang ada di tangannya.
"Eh, Jeng Murni bukannya itu anak kamu ya?" celetuk salah satu dari lima orang wanita itu sembari menunjuk ke arah Nathan. Nathan yang mendengar celetukan itu, sontak menoleh ke arah meja lima wanita itu. Pemuda itu kaget untuk sepersekian detik ketika melihat ada Murni, wanita yang dia panggil mama selama ini ada di antara lima wanita itu. Namun, rasa kagetnya hanya untuk sementara, setelah itu, dia kembali bersikap biasa.
"Dia bukan anakku. Dia itu anak dari wanita yang pernah membuatku bercerai dengan suamiku," ucap Murni yang sengaja mengeraskan suaranya.
"Oh,anak pelakor itu ya? kamu memang sabar ya, bisa membesarkan anak dari wanita ular itu. Kamu benar-benar hebat Murni!" ucap salah satu teman Murni.
"Iya, Jeng. Tapi lama-lama kesabaran kan ada batasnya juga. Setiap melihat dia, aku selalu teringat mamanya. Apalagi dia sama sekali tidak menuruni kepintaran keluarga Pramono. Prestasinya tidak pernah membanggakan seperti kedua anak yang lahir dari rahimku. Dia sangat bodoh, mungkin karena dia lahir dari wanita yang bodoh," ucap Murni, dengan raut wajah bengis.
Nathan, mengepalkan tangannya, berusaha untuk sabar, bukan karena menghormati wanita itu, tapi karena mengingat kalau Murni adalah wanita yang melahirkan dua orang kakaknya.
Sementara itu,Murni merasa kesal sendiri melihat Nathan yang sama sekali tidak terpancing dengan kata-katanya. Wanita itu kemudian berdiri dan menyambangi meja di mana Nathan dan kedua sahabatnya duduk.
"Hei, kalian ini teman-temannya anak tidak tahu diri ini ya? mau sekali kalian berdua berteman dengan dia. Yang bayar makan di sini pasti salah satu dari kalian berdua kan?" ucap Murni dengan ekor mata melirik sinis ke arah Nathan.
"Tante salah. Justru yang akan membayar makan kami di sini itu, Nathan," jawab Bastian.
"Hahahah, kalian pintar sekali berbohong. Dapat uang dari mana dia? dia saja sudah terusir dari rumah,"
"Tepatnya bukan terusir, tapi aku yang pergi sendiri," celetuk Nathan tanpa melihat ke arah Murni, hingga membuat wanita itu marah.
"Sama saja. Kamu tidak di rumah lagi, itu intinya. Kalau kamu yang membayar makanan kalian, kamu dapat uangnya dari mana? kamu pasti mencuri ya? ayo ngaku!" tukas Murni dengan tatapan berapi-api.
"Aku tidak seperti yang Mama tuduhkan! aku __"
"Jangan panggil aku mama lagi! aku muak dipanggil mama sama kamu," Murni, menyambar ucapan Nathan.
"Baiklah! aku tidak akan panggil anda mama lagi. Kalau begitu, anda sudah tidak ada urusan denganku lagi, tolong anda tinggalkan meja kami dan acuhkan saja aku, seperti anda tidak mengenalku,"
"Cih, dasar anak tidak tahu diri! tidak punya sopan santun. Aku semakin yakin kalau uang kamu itu hasil curian, karena kamu dan mamamu sama. Sama- sama pencuri. Mamamu dulu mencuri suamiku,"
Brak
Nathan menggebrak meja karena sudah tidak kuat lagi mendengar hinaan Murni.
"Mamaku bukan pencuri! anda bisa menghinaku, tapi jangan sampai menghina mamaku. Anda tahu jelas kalau mamaku tidak pernah merebut papa darimu. Papa yang sudah menipu mama, bilang kalau dia belum beristri. Tahu kenapa? itu karena anda selama ini tidak becus menjadi seorang istri dan ibu," ucap Nathan dengan wajah yang memerah.
"Hei, dasar anak tidak tahu diri! kamu tahu nggak wanita yang kamu maki itu adalah wanita yang membesarkanmu? bagaimanapun kamu tidak boleh mengatakan seperti itu!" salah satu dari empat wanita teman Murni menegur Nathan dengan keras.
"Anda salah! dia bisa kembali lagi sama papa, karena memang itu syaratnya. Dia harus membesarkanku. Jadi, dia itu tidak pernah iklas membesarkanku. Lagian, mulai dari aku kecil sampai besar seperti ini, dia tidak pernah ada untukku. Bahkan untuk menyuapkan sesendok makan aja tidak pernah. Semuanya dilakukan oleh pembantu. Jadi jangan menganggap dia wanita yang paling sabar. Kalian semua tidak tahu bagaimana dia yang sebenarnya," ucap Nathan yang tidak peduli lagi dengan kesopanan santunan.
Ke empat wanita itu langsung terdiam, sedangkan wajah Murni benar-benar memerah, karena sudah sangat marah dan malu bercampur jadi satu.
"Dan lagi, anda menuduhku mencuri? yang yang aku peroleh bukan hasil curian, melainkan hasil penjualan lukisanku. Bakat yang selalu kalian rendahkan itu sudah menghasilkan bagiku," lanjut Nathan lagi.
"Dan kamu kira, aku percaya? tidak sama sekali!" Murni menyeringai sinis.
"Tapi, semua yang dikatakannya benar!" tiba-tiba terdengar suara seorang pria menimpali ucapan Murni.
"Kak Nicholas!" gumam Nathan, terkesiap kaget melihat kemunculan sosok Nicholas.
"Uang yang ada padanya adalah hasil penjualan lukisannya, dan aku adalah saksinya!" lanjut Nicholas lagi, hingga membuat Murni terdiam.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
keren 😍
2022-05-31
0
Entin Fatkurina
next author
2022-05-16
0
Priska Jacob
bu murni, harus nya hatimu semurni nama mu, ini kok malah jauh dari arti sebenarnya, kalo udah gak mau mengakui nathan ya udah stop gak perlu kata2 hinaan keluar dari mulut mu
2022-05-16
2