...----------------...
Tok Tok Tok Tok
Tok Tok Tok Tok
Suara ketukan pintu membuatku terbangun. Itu berisik dan cukup mengganggu.
Aku mengarahkan pandanganku ke jendela yang terbuka. Langit masih gelap dan udara masih terasa sangat dingin.
Siapa yang datang di jam segini? Apa itu pelayan? Ataukah ayah?
Aku membuka pintu kamar dan sosok yang sangat diriku kenal sedang berdiri di depan. Laki-laki yang memiliki popularitas yang cukup tinggi, bintang pergaulan kelas atas terbaru.
Noah Donovan.
"Oh, Noah, ada sesuatu yang mendesak sehingga membuatmu datang pagi-pagi begini?" tanyaku kepadanya.
Dia terlihat gugup. "Uh …. Uhm, ada sesuatu yang ingin kubicarakan dengan Kakak," jawabnya. "Bo-boleh aku masuk?"
Aku mempersilahkan Noah untuk masuk ke kamar, kemudian dia duduk di kursi yang ada di dekat balkon.
"Hai Mort! Hai Teivel!" sapanya kepada Mort dan Teivel yang sedang mengawasi ruangan ini.
Protagonis pria yang satu ini tumbuh dengan sangat baik. Tidak heran jika dalam beberapa hari Noah bisa memikat hampir seluruh gadis bangsawan di pesta.
Karena alur kehidupan fantasi ini hampir mendekati alur cerita sebenarnya, maka aku perlu melakukan sesuatu agar tetap bisa bertahan di sini.
Protagonis wanita, Gabrielle Angelo, sudah tiba di ibukota bersama dengan Seth, Utusan Dewa sesuai dengan ceritanya.
Rapat pembasmian dalam skala kecil juga sudah, yang merupakan waktu bagi Gabrielle bertemu dengan beberapa protagonis pria lainnya, yaitu Duke Roan dan Putra Mahkota.
"Kak? Kakak? Apa Kakak mendengarkanku?"
"Ya Noah?" balasku setengah kaget. Wajah Noah begitu dekat dengan wajahku, aku menatapnya dan pipinya memerah.
"Ma-maafkan aku! A-aku tidak bermaksud … ah lupakan! Tolong lupakan!" ujarnya tidak jelas.
Meski kamar ini cukup gelap, mataku masih bisa melihat semburat merah di pipi Noah. Sepertinya dia malu.
"Jadi mengapa kamu datang ke kamarku pagi-pagi begini, Noah?" tanyaku mencairkan suasana di antara kami.
Seketika itu juga, Noah menghadapkan wajahnya ke arahku. Matanya menyiratkan rasa kesal dan juga keraguan.
Mulutnya terbuka dan dia berkata, "A-aku ingin mengajak Kakak berjalan-jalan ke pelabuhan dan pasar hari ini."
Diriku membeku.
Setiap kata yang baru saja diucapkan oleh Noah, kalimat ajakan itu seharusnya ditujukan kepada Gabrielle. Tapi mengapa malah diriku?
"No-Noah," panggilku. "Apa kamu yakin dengan ajakanmu barusan? Kamu tidak salah orang?" tanyaku kepadanya.
"Ya! Aku sama sekali tidak salah orang Kak," jawabnya penuh keyakinan. "Sebenarnya aku ingin mengajak Kakak berjalan-jalan kemarin, tapi aku kalah cepat dari Nona Angelo," tambahnya.
Aku menyetujui ajakan yang Noah berikan dan tak disangka kalau matahari akan terbit dengan cepat.
Sebelum pergi berjalan-jalan, aku menemui ayah, memberitau ke mana diriku dan Noah akan pergi.
Butuh waktu yang cukup lama untuk sampai di pelabuhan. Sesampainya di sana, suasana begitu ramai, lebih ramai daripada pasar di kota dekat kediaman kami.
Orang-orang asing, orang yang baru saja pulang dari negara seberang, dan para pekerja yang sedang mengangkut barang-barang.
"Cuacanya cukup bagus. Bagaimana kalau kita ke tempat lain yang lebih sepi?" ajak Noah bersemangat.
Aku cukup menganggukkan kepala saja, karena pastinya tidak ada tempat di pelabuhan yang sepi.
Karena tak menemukan tempat yang sepi, Noah memutuskan untuk mengunjungi pasar.
Jalan dipenuhi oleh manusia-manusia dari berbagai daerah yang sedang mencari barang yang mereka butuhkan. Ada pula pedagang asing yang menjual produk mereka.
"Aku tidak memyangka kalau pasar di sini memiliki suasana yang sangat-sangat ramai." Noah berbisik tepat di sebelah telingaku.
"Noah, jaga jarakmu dan batasi sentuhan fisik," perintahku kepadanya. Tetapi dia mengernyit tak suka.
"Kenapa? Kakak tidak suka dengan keberadaanku yang ada di sekitar Kakak?" tanyanya.
Ya ampun, aku sedang bertahan hidup di dunia fantasi ini dengan menjaga jarak antara diriku dengan para protagonis.
Tetapi ini sulit untuk Noah, karena kami tumbuh bersama sedari kecil. Dia tidak akan mudah untuk menjauh dariku.
"Bukan itu, aku hanya khawatir mungkin saja ada orang yang melihat kita. Lalu mungkin saja mereka bisa salah paham," jawabku memberi alasan.
"Jadi itukah alasan Kakak selalu menolak untuk bergandengan tangan denganku tadi?"
"Ya, tepat sekali."
Kami berjalan dalam keheningan. Apa Noah sedang marah sekarang?
"Kakak."
"Ya?"
"Seperti apa Kakak melihatku sekarang?"
Aku tidak ingin menjawabnya!
Dan sekarang Noah pasti sedang marah!
Sialnya lagi aku malah bertatapan dengan Seth, si Utusan Dewa yang sedang berbelanja di pasar ini. Mengapa harus begini?
Mengapa dari sekian banyaknya orang, diriku harus bertatapan dengan salah satu protagonis pria.
"Aku melihat tuan Utusan Dewa di sini, ayo menyapanya." Kali ini aku menggandeng tangan dan menarik Noah.
Pria yang memakai pakaian serba putih dengan beberapa aksesoris sedang sibuk melihat barang dari seorang pedagang. Dia terlihat sangat serius.
"Selamat pagi Tuan Utusan Dewa," sapaku membuatnya terkejut.
"Se-selamat pagi juga Nona Donovan dan Tuan Muda Donovan," balasnya dengan senyuman ramah.
"Halo Nona yang cantik, barang daganganku mungkin cocok dengan keanggunan milik Nona." Si pedagang mulai menawarkan barang miliknya.
"Maaf, tapi saya tidak tertarik untuk membeli salah satu barang milik Anda."
Pedagang itu tidak terlihat sedih atau kecewa, tapi dia malah tertawa. Apa ada yang lucu? "Hei Tuan, kekasih Anda adalah gadis yang sangat langka," katanya.
"Ke-kekasih?"
"Maaf Tuan, tapi laki-laki ini adalah Adik saya," jawabku.
"Benarkah? Berarti aku salah mengira. Tapi Nona, Anda tetaplah gadis yang langka," katanya lagi sambil mengacungkan ibu jari.
"Sudahlah."
"Tapi kalian memang terlihat seperti pasangan …." tambah Seth.
Aku menatapnya dan dia menatap sesuatu, begitu pula dengan si pedagang. Tunggu, apa yang sedang mereka lihat?
Jangan bilang kalau tanganku dan tangan Noah.
"Ngomong-ngomong Tuan Utusan Dewa, apa yang sedang Anda cari?" tanyaku mengalihkan perhatian.
"Oh! Saya sedang mencari hadiah yang cocok untuk gadis kecil yang imut. Karena saya sudah berjanji akan memberikannya jepit rambut saat kunjungan kali ini. Tapi saya bingung ingin memilih yang mana karena semua ini bagus dan cocok untuknya."
Seth tampak antusias dengan hal ini. Api dalam matanya terlihat jelas.
"Mungkin saya dan Noah bisa membantu," ujarku menawarkan bantuan.
"Oh tentu saja! Pasti itu akan sangat membantu!" balasnya.
Dengan bantuan dariku dan Noah, Seth dapat memilih jepit rambut yang akan diberikan kepada gadis kecil. Dia juga mengajak kami untuk ikut dengannya.
Meski Noah sudah menolaknya dengan keras, Seth tetap menajak kami. Atau lebih tepatnya memaksa kami untuk ikut.
Ini gawat karena aku sedang berdekatan dengan dua protagonis pria sekaligus!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments