......................
Noah berjalan gontai di sebelah Duke Donovan. Rasanya dirinya tidak siap dengan acara yang akan dia hadiri hari ini.
Laki-laki itu lelah menghadapi gadis-gadis bangsawan yang mengerubungi dirinya seperti sekelompok semut. Dan sedari sekarang Noah harus memikirkan alasan untuk bisa pergi dari gadis-gadis itu.
"Tuan Muda Donovan!" panggil seseorang dan itu adalah seorang perempuan.
Tubuh Noah berhenti dan mematung, Duke Donovan juga ikut berhenti. Pria itu menatap putranya.
"Tuan Muda Donovan, akhirnya saya menemukan Anda. Ah, Duke Donovan, selamat siang!" kata gadis bangsawan itu memberi hormat.
Setelah memberi hormat kepada Duke Donovan, gadis itu mendekati Noah dan langsung merangkul salah satu lengannya. "Tuan Muda, banyak orang yang sudah menunggu Anda di taman!" katanya.
Keringat bercucuran di dahi Noah. Baru saja memikirkan alasan untuk bisa lepas dari gadis-gadis bangsawan, tetapi salah satu di antara mereka sudah ada yang ingin menyeret dirinya ke sana.
"Uhm … Nona, maaf sekali. Hari ini saya harus ada di samping Ayah untuk menggantikan kakak. Saya rasa saya tidak bisa." Noah menatap ayahnya dengan tatapan memelas, memohon kepada pria yang telah membesarkannya itu untuk bekerja sama dengan dirinya.
"Ya, itu benar," tambah Duke Donovan membuat Noah senang.
Wajah kecewa terukir di wajah gadis bangsawan itu dan malah membuat Noah merasa cukup bersalah kepadanya.
"Ba-baiklah kalau begitu. Semoga Tuan Muda tidak mendapat masalah apapun. Sampai bertemu di acara terakhir nanti malam. Saya permisi dulu," katanya dan menghilang dari hadapan Noah.
"Ini adalah pertama kali kamu menginjakkan kaki di pergaulan bangsawan. Cukup hebat jika di pertemuan pertama kamu sudah jadi terkenal di kalangan gadis-gadis bangsawan," ujar Duke Donovan memberikan pendapatnya.
"Oh, saya masih belum ada apa-apanya dibanding dengan kakak," balas Noah.
Duke Donovan menatap putranya sebentar, kemudian melanjutkan perjalanan mereka. Noah sebenarnya tidak tau seberapa populer dirinya sekarang.
Dan tingkat kepopuleran Noah saat ini memiliki kemungkinan akan mengusik salah satu pria yang terkenal di kalangan nona bangsawan lainnya.
Menit demi menit dilewati oleh Noah dengan penuh kesabaran. Lalu saatnya pun tiba pada acara terakhir atau puncaknya, yakni pesta dansa. Di mana Lenka berjanji akan datang pada acara ini.
Duke Donovan dan Noah sudah ada di ruangan. Noah dengan gugup menunggu kedatangan saudarinya, Lenka. Tiga puluh menit lamanya laki-laki itu menunggu.
"Kamu terlihat gugup. Apa yang sedang kamu pikirkan Noah?" tanya Duke Donovan kepada Noah yang tampak gugup dan juga khawatir.
Noah tersenyum. "Saya hanya khawatir jika nona-nona bangsawan meminta saya untuk berdansa dengan mereka, Ayah," jawab Noah berbohong.
"Menolak permintaan gadis itu tidak sopan. Apalagi jika kamu sengaja menghindari mereka, itu lebih tidak sopan lagi." Nada angkuh dari seorang pria mengalihkan perhatian Noah dan Duke Donovan.
Seorang pria bangsawan tinggi dengan surai hitam dan mata violet sedang menatap tajam ke arah mereka, lebih tepatnya lagi ke arah Noah. Mengapa? Siapakah dia?
"Duke Roan, lama tak berjumpa," sapa Duke Donovan kepada pria tadi, yakni Duke Roan.
"Ya, lama tak berjumpa Duke Donovan. Rupanya bocah yang Anda pungut sudah jadi besar dan putri Anda tumbuh menjadi gadis yang menakutkan sampai-sampai ada rumor tentangnya. 'Gadis Monster'."
Sebelum Noah atau Duke Donovan membalas perkataan Duke Roan yang tidak sopan, Kaisar memasuki aula. Setelah memberikan sepatah dua patah kata, Kaisar mempersilahkan para undangan untuk menikmati pestanya.
Alunan musik terdengar, satu per satu pasangan mulai berdansa di lantai dansa. Termasuk Duke Roan yang kini sedang berdansa dengan seorang perempuan.
Di saat itu, Noah melihat Lenka yang sedang berada di dekat makanan. Kakaknya itu berdiri sembari memegang segelas air putih di tangannya. Matanya memperhatikan orang-orang di sekitarnya.
"Ayah, saya akan pergi ke kakak di sana," kata Noah dan dibalas anggukan oleh Duke Donovan.
Dengan perasaan senang, Noah mendekati Lenka. Setelah berhadapan dengan gadis itu, Noah meminta Lenka untuk berdansa dengannya. Namun bersamaan dengan itu, Kaisar juga meminta Lenka untuk berdansa.
Lenka dihadapkan dengan pilihan yang cukup sulit. Dia tidak mungkin menolak ajakan keduanya. Jika dia berdansa dengan Kaisar, mungkin banyak nona bangsawan yang akan membuat masalah dengan dirinya. Dilain sisi, jika dia berdansa dengan Noah, maka dia tidak bisa menjaga jaraknya dengan laki-laki itu.
"Noah, terima kasih telah mengajakku berdansa. Tapi kali ini aku akan berdansa dengan Yang Mulia. Lebih baik kamu tetap berada di samping Ayah. Jangan khawatirkan diriku."
Lenka menuju lantai dansa dengan Kaisar, meninggalkan Noah yang sedang berusaha menerima kenyataan bahwa Lenka menolak ajakannya untuk berdansa.
Ketika Lenka dan Kaisar berdansa, mereka menjadi sorotan utama dari semua mata yang ada di sana. Iri, merendahkan, dan juga tidak peduli. Itu mengarah kepada Lenka.
"Selain unik, kamu adalah gadis yang berani ya? Bagaimana perasaanmu sekarang saat mendapat semua perhatian di sini?" Kaisar tersenyum kepada Lenka dan menanti jawaban keluar dari mulut gadis itu.
"Saya tidak tau, karena saya tidak cukup peduli. Ngomong-ngomong saya tidak melihat putra Anda," balas Lenka.
"Dia bukan orang yang cukup baik dan sangat susah untuk diatur. Aku tidak yakin dia bisa meneruskan takhta ini dengan baik. Lihat, bahkan dia tidak datang di pesta ulang tahun ayahnya sendiri."
"Mungkin dia merasa terusik dengan nona-nona bangsawan yang sedang mengincar posisi Putri Mahkota. Atau mungkin dia memiliki alasan yang lain."
Kaisar terkekeh dengan tanggapan Lenka, meski tanggapan itu ada benarnya juga. Dia semakin tertarik untuk berbicara lebih banyak lagi dengan gadis ini.
Setelah dua lagu selesai, Lenka memutuskan untuk angkat kaki dari lantai dansa dan memilih untuk kembali ke kamarnya. Menghindari orang-orang yang mungkin akan membuat masalah dengannya.
Namun sayangnya dia tidak bisa beristirahat dengan tenang.
Ketika Lenka masuk kamarnya, seseorang sedang berbaring di atas tempat tidurnya. Laki-laki pula! Lebih parahnya lagi, Mort dan Teivel tidak melakukan apapun.
"Nona! Akhirnya Anda kembali!" ujar Teivel ketika sadar bahwa Lenka ada di sana.
"Mort, Teivel, apa-apaan kalian ini? Mengapa kalian membiarkan orang asing masuk kamarku?" tanya Lenka.
"Dia tidak akan selamat jika kami tidak cepat-cepat menyelamatkannya! Nona, kami mohon selamatkan orang bodoh itu! Kami mohon!"
Lenka menghela napasnya, dia mengambil kotak obat di meja dan mendekat ke arah laki-laki itu. Tetapi semakin gadis itu mendekat, dia dapat mengenali sosok laki-laki yang sedang terbaring lemah.
"Dasar monster … iblis … ini sakit sialan," gumam laki-laki tersebut.
Matanya terpejam. Dahinya berkerut dan penuh keringat. Wajahnya pucat. Baju bagian depannya robek dengan bekas cakaran yang besar dan lukanya mengeluarkan darah.
"Baiklah, aku akan mengobati orang bodoh ini," kata Lenka kepada Mort dan Teivel.
Lenka mulai membuka baju Putra Mahkota supaya dia bisa lebih mudah mengobati. "Apa yang kamu lakukan? Berani sekali bersikap tidak sopan kepadaku!"
Pergelangan tangan Lenka dicengkeram dan tubuhnya tertarik sedikit ke Putra Mahkota, membuat tubuh keduanya lebih dekat.
"Aku hanya ingin mengobati dirimu. Lebih baik menurut dan jangan melakukan perlawanan dalam bentuk apapun," balas Lenka.
Namun pintu secara tiba-tiba terbuka dengan Noah dibaliknya. Wajahnya yang khawatir berubah terkejut saat melihat kakak yang disayanginya itu berdua dengan seseorang di dalam kamar. Apalagi jarak keduanya yang sangatlah dekat, membuat hati Noah terbakar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
dk
yang pasti kagett😆😆😆
2024-05-26
0
IG: @sskyrach
waduh cemburu tuh wkwk
2022-09-14
6