"Apa!!!" Teriak semua nona bangsawan yang ada di sana. Mereka terkejut karena baru saja bertemu dengan orang cantik yang tidak memiliki hubungan asmara.
Mereka menatap tidak percaya kepada Lenka. Iris berdeham dan kembali ke ekspresi tenangnya. Ayahnya, Duke Caedon, mengatakan bahwa putri dari rekannya, yakni Lenka Donovan, belum memiliki tunangan. Tapi itu satu tahun lalu!!!
Iris tidak percaya bahwa putri dari rekan ayahnya ini masih saja belum memiliki tunangan. Padahal teman-temannya yang seumuran dengan Lenka sudah memiliki tunangan.
"Untuk gadis seperti Anda, pastinya tidak sulit untuk mencari calon suami," kata salah satu nona bangsawan kepada Lenka.
"Benar sekali! Atau jangan-jangan Nona Donovan berniat untuk mengincar posisi putri mahkota?"
Lenka tersenyum sopan, kemudian berkata, "Saya tidak mengincar posisi itu karena saya tau saya sama sekali tidak masuk dalam kriteria sebagai putri mahkota."
"Ngomong-ngomong saya harus kembali, karena ini sudah lewat dari tengah hari." Sekali lagi Lenka tersenyum sopan. Dia beranjak dari kursinya dan memberikan salam perpisahan sebelum pergi.
Iris yang merupakan tuan rumah dari pertemuan bangsawan ini mengantarkan Lenka sampai ke gerbang. Namun dia berhenti mendadak ketika ingat pesan ayahnya.
"Saat pulang nanti, antarkan Nona Donovan ke ruangan Ayah. Ada hal yang perlu Ayah titipkan untuk Duke Donovan."
"Uhm … Nona Donovan," panggil Iris menghentikan langkah Lenka. "Ayah saya ingin menitipkan sesuatu untuk Duke Donovan. Jadi bisakah Anda ikut saya untuk ke ruangan ayah?"
"Tentu," jawab Lenka.
Iris pun memandu Lenka ke ruangan Duke Caedon. Selama perjalanan, Lenka memperhatikan tempat yang dia lewati. Hiasan dinding yang terlihat mahal, lukisan dari pelukis terkenal, dan benda mahal lainnya.
Rumah ini sangat berbeda dengan rumahnya, rumah Duke Donovan yang menurutnya sederhana. Dinding yang dibiarkan kosong tanpa pajangan apapun. Benda antik yang hanya bisa dijumpai di kamar ayahnya. Intinya seperti tidak ada hal yang menarik sama sekali.
Setelah beberapa menit berjalan di rumah yang besar ini, akhirnya Lenka sampai di depan sebuah pintu besar. Tanpa diberitahu pun Lenka tau bahwa ruangan yang ada di balik pintu ini adalah ruangan khusus Duke Caedon.
"Ayah, Nona Donovan sudah ada di sini," ujar Iris setelah mengetuk pintu kayu di hadapannya.
"Biarkan dia masuk, Iris. Kamu boleh kembali ke pesta teh yang kamu adakan," jawab Duke Caedon.
Sebelum Iris pergi, Lenka memberikan senyum sopan sebagai tanda terima kasih. Lalu gadis itu masuk ke dalam ruangan Duke Caedon.
Seorang pria dengan rambut yang beruban sedang duduk di kursinya. Kepalanya terangkat saat Lenka melangkahkan kakinya ke dalam ruangan miliknya.
"Selamat siang Duke Caedon," sapa Lenka sembari membungkukkan badannya.
"Selamat siang Nona Donovan, terima kasih telah meluangkan waktu Anda," balas Duke Caedon.
Pria itu melihat Lenka dari atas ke bawah, gadis yang ada di depannya ini sangat mirip dengan rekannya, Duke Donovan. Dari mata, rambut, ekspresi, dan aura.
"Aku memiliki hal yang perlu disampaikan kepada Duke Donovan." Duke Caedon menyerahkan sebuah surat kepada Lenka. "Berikan surat ini kepadanya, hanya itu saja."
"Baiklah. Jika tidak ada hal lain lagi, saya akan undur diri dari tempat ini. Selamat siang Duke Caedon."
Sesampainya di rumah, Lenka melakukan olahraga ringan untuk menghilangkan rasa malasnya. Saat ini kediaman begitu sepi karena kesibukan masing-masing.
Beberapa saat kemudian, tepat pada pukul 3 sore, Duke Donovan, Mort, dan Teivel pulang dari berpatroli. Noah dan gurunya keluar dari ruang belajar.
"Nona!!!" teriak Mort dan Teivel bersamaan. Kedua monster itu langsung masuk ke pelukan Lenka dengan ekor berkibas-kibas.
"Ayah, Duke Caedon mengirimi Anda surat." Lenka menatap ayahnya yang baru saja melepas jubahnya.
"Datanglah ke ruangan Ayah nanti malam. Sekarang adalah waktu kita untuk beristirahat," balas Duke Donovan.
......................
Sesuai dengan apa yang Duke Donovan katakan, Lenka datang dengan sepucuk surat di malam hari, tepatnya setelah makan malam. Gadis itu berdiri di depan meja ayahnya, melihat beberapa surat yang ada di atas meja.
"Jadi, bagaimana pertemuan tadi?" tanya Duke Donovan kepada putrinya.
"Saya merasa bosan. Topik pembicaraan mereka tidak menarik minat saya," jawab Lenka padat.
Duke Donovan menganggukkan kepalanya paham dengan apa yang putrinya maksud. Perempuan, khususnya bangsawan, lebih suka untuk membahas makanan, pakaian, atau pasangan. Tentunya ini topik yang membosankan untuk laki-laki.
"Saya harap Ayah tidak menerima surat undangan tanpa persetujuan saya."
"Baiklah," jawab Duke Donovan. "Lalu dengan siapa saja tadi kamu mengobrol?"
Helaan napas terdengar dan itu berasal dari Lenka. "Saya tidak mengobrol dengan siapapun karena saya tidak tertarik dengan topik mereka. Hanya saja, saya sempat menjawab pertanyaan yang mereka ajukan. Dan itupun tentang laki-laki."
Duke Donovan kembali mengangguk mendengar jawaban Lenka. "Sepertinya kamu kurang menikmati pertemuan macam ini ya, Putriku? Tapi perlu Ayah ingatkan paling tidak kamu harus menunjukkan wajahmu di pergaulan bangsawan."
"Ya Ayah, saya mengerti. Akan saya ingat baik-baik."
"Sekarang beristirahatlah."
"Baik Ayah, selamat malam."
Duke Donovan melihat kepergian putrinya. Setelah suara langkah kaki benar-benar tidak terdengar, pria itu mengeluarkan surat-surat yang baru diterima olehnya.
Pria itu berencana untuk memilihkan beberapa surat undangan untuk Lenka. Pewaris tidak hanya ditentukan oleh pemimpin keluarga, tapi juga melalui persetujuan dari bangsawan lain dan yang paling penting adalah persetujuan dari orang yang berada di paling puncak.
Dengan menjalin hubungan dengan bangsawan lain, hadir dalam pergaulan kelas atas, dan juga memberikan kontribusi kepada kekaisaran, maka jalan untuk mendapatkan dukungan dari bangsawan akan sangat mudah.
Tentunya tidak semua bangsawan akan menjadi rekan, karena tidak ada keluarga bangsawan yang tidak memiliki musuh sama sekali.
Lima buah surat undangan ada di tangan Duke Donovan. Kelima surat itu berasal dari bangsawan yang memiliki relasi yang cukup baik dengannya atau dengan kata lain, keluarga bangsawan tersebut termasuk dalam daftar musuhnya.
Keesokan harinya sebelum Lenka pergi berpatroli, Duke Donovan memberikan kelima surat tersebut dan mengharuskan Lenka untuk memilih salah satu di antaranya.
Untuk Lenka, tak ada pilihan lain selain mematuhi perintah ayahnya. Gadis itu menyimpan kelima suratnya di saku celana dan segera pergi ke perbatasan.
"Nona, kenapa Anda harus memilih salah satu surat undangan itu?" tanya Teivel begitu Lenka membaca satu per satu surat yang ada di dalam sakunya.
"Ini perintah Ayah, ini juga penting untuk diriku supaya bisa bertahan di antara bangsawan," jawab Lenka.
Mort mendengus dan membuang muka. "Hmph! Padahal semua surat itu bukan dari bangsawan yang merupakan rekan Duke Donovan."
"Aku tidak paham kenapa pria tua itu memaksa satu-satunya pewaris untuk masuk ke sarang buaya," sambung Teivel.
Lenka mengelus kedua kepala monster itu supaya mereka berdua tenang. "Tenanglah, lagipula aku hanya akan menghadiri pertemuan yang sekiranya memang sangat penting bagiku. Seperti yang satu ini."
Lenka menunjukkan sebuah amplop yang berisi surat undangan pilihannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Hanachi
memiliki relasi yang cukup baik tapi kok masuk daftar musuh ?
2024-02-21
1
Frando Kanan
bner2 krg kerjaan....emngny hrs? wajib? yg adany mendptkn hidup menyedihkn 🙄.....Tau jika itu terjadi? mka org yg paksa itu bkl jd iblis 😏
2022-10-17
1
Reirin Mitsu
Wah, apa itu?
2022-05-15
1