...----------------...
Setelah hidup di dunia fantasi dan hidup sebagai Lenka Donovan selama 3 tahun, aku cukup terbiasa dengan semua hal yang ada. Misalnya dua monster serigala yang terus saja mengikuti diriku dan sihir.
Dunia ini sangat berbeda dengan dunia modern. Di dunia ini perempuan dipandang rendah, kedudukannya berada di bawah laki-laki. Kesetaraan itu belum ada.
Dan itulah alasan Duke Donovan, ayahku, terlihat gelisah dan uring-uringan.
"Tuan Besar, Nona Muda, kita sudah sampai di kediaman Baron Rowein," kata seorang kusir yang mengantar kami.
Melihat ayah yang tak kunjung keluar, aku menyentuh tangannya, kemudian menggenggamnya. "Semua akan berjalan dengan baik, Ayah. Hilangkan rasa gelisah itu dan percayalah pada Putrimu ini."
Sorot mata ayah melembut dan dia menggenggam tanganku balik. Dan selanjutnya kami keluar dari kereta kuda, menapakkan kaki di kediaman Baron Rowein.
"Selamat datang Tuan Duke dan Nona, mari saya antarkan Anda ke tempat acara." Seorang pria paruh baya menyambut kedatangan kami dan memandu jalan menuju tempat acara.
Acara diadakan di sebuah ruangan sedang yang membawa kami langsung ke taman. Aku melihat sekilas orang-orang yang ada di dalam ruangan ini.
"Duke Donovan, selamat datang!" sambut seorang pria berambut jingga gelap. Dia mengulurkan tangannya dan disambut baik oleh ayah.
Jujur saja ini sangat mendebarkan. Ini adalah kali keduanya diriku muncul dalam pergaulan bangsawan. Dan pertemuan yang ini memiliki risiko yang cukup besar.
Setelah berjabat tangan, ayah mengambil tanganku dan berkata, "Hari ini aku membawa Putriku."
"Selamat siang, saya Lenka Donovan. Senang bertemu dengan Anda, Tuan Rowein." Pria yang ada di depanku, Baron Rowein, terkejut saat aku menyapanya.
Aku tetap mempertahankan senyuman sopanku sementara Baron Rowein menatapku. Aku sudah siap untuk menerima segala cemoohan yang akan keluar dari mulutnya itu.
"Se-selamat siang Nona Donovan, selamat datang di kediaman saya. Silahkan nikmati acara ini dan jika Anda butuh sesuatu, kepala pelayan saya selalu ada." Dengan senyuman yang gugup, dia menyambut diriku.
"Terima kasih," jawabku. "Ayah, saya akan duduk di sana."
"Ya."
Ayah berjalan ke meja bundar yang ada di kanan dan aku berjalan ke meja bundar yang ada di kiri, tempat di mana para suksesor sedang berkumpul.
Mereka menatapku. Ya. Tetapi mereka tidak menampilkan ekspresi remeh. Ini aneh. Ada apa dengan orang-orang yang ada di sini?!
Waktu berjalan, para penerus keluarga saling mengobrol satu sama lain sesekali melirik ke arahku dengan ragu-ragu dan waspada.
Ini mengganggu. Tapi aku tidak peduli dan mencari cara supaya ada orang dari mereka yang berbicara kepadaku. Paling tidak satu saja.
Aku mencermati sekitar dan menemukan mangsa!
Dia duduk di sebelahku, diam, tidak menoleh sedikitpun, dan hanya minum teh dari cangkirnya. Target yang sempurna!
"Halo, aku-"
"Lenka Donovan," potongnya. "Saya sudah tau itu."
Aku tersenyum sopan. Memotong perkataan orang di pertemuan pertama? Inilah wajah mereka di depan diriku.
"Syukurlah karena Anda sudah tau. Lalu nama Anda?" Dia menatapku dengan risih, seperti aku ini adalah seekor serangga.
"Kenapa saya harus memberitaumu?" tanyanya.
"Karena saya adalah pewaris sah dari Duke Donovan. Artinya saya adalah seorang suksesor sama seperti Anda dan yang duduk mengelilingi meja ini."
Hening.
"Bhuahahaha!!!" Seseorang tertawa dengan kencang sedikit mencuri perhatian orang tua kami.
"Kamu … kamu seorang suksesor? Hahaha …. Ya ampun, kamu berhasil membuatku tertawa lepas," katanya setelah tawanya mereda.
"Padahal saya serius, tapi saya memaklumi pemikiran kalian yang sempit. Dan ngomong-ngomong, kenapa kalian tidak merendahkan diriku dari awal dan hanya melirik?"
Aku tidak tau mengapa, tapi tiba-tiba saja mereka terdiam seakan takut terhadap sesuatu. Dengan sabar aku menunggu mereka membuka mulut tetap dengan tersenyum sopan.
Salah seorang dari mereka melirik kanan dan kiri kemudian mencondongkan tubuhnya. Lalu yang lainnya juga ikut mencondongkan tubuh mereka, kecuali laki-laki di sebelahku.
"Kamu tau tentang rumor yang masih hangat?" tanya laki-laki berambut lurus sebahu.
"Sayang sekali saya tidak terlalu tertarik dengan rumor yang sedang beredar? Tapi saya tidak masalah jika Anda menceritakannya," jawabku.
"Beberapa bulan lalu pedagang dari selatan datang ke ibukota," katanya mulai bercerita. "Untuk sampai di ibukota, mereka perlu melewati wilayah Duke Donovan," dia mengambil jeda, menggantungkkan ceritanya.
"Di daerah perbatasan, mereka bertemu dengan seorang gadis berambut emas dan memakai topeng. Gadis itu tinggal di wilayah Duke Donovan bersama dengan dua monster serigala yang selalu menemaninya.
Pedagang itu sudah biasa bertemu dengan gadis itu sejak tiga tahun lalu. Tapi! Betapa terkejutnya mereka saat melihat adanya darah di wajah gadis itu. Mata merahnya itu menatap para pedagang dingin.
Beruntungnya mereka selamat sampai di ibukota. Sejak hal yang mereka alami itu, mereka memperingatkan setiap pedagang ataupun orang-orang yang hendak melewati wilayah Duke Donovan.
Berhati-hatilah pada 'Gadis Monster'."
Begitu cerita ditutup, orang-orang bergidik ketakutan dan berwajah pucat seakan mereka baru saja mendengar hal yang menakutkan.
"Jika itu terjadi beberapa bulan lalu, kenapa baru populer sekarang?" tanyaku penasaran.
"Oh, itu karena sekelompok pedagang yang datang ke ibukota beberapa hari lalu, sekitar … dua hari. Mereka bercerita banyak sekali dan memperingatkan semua orang tentang 'Gadis Monster' itu."
Aku menganggukkan kepala mengerti. Lalu apa ini menjawab pertanyaanku tadi?!
"Ke-ketika kami melihatmu untuk pertama kali, kami berpikir … kalau kamu adalah 'Gadis Monster' itu. Tapi kami kurang yakin karena tidak ada mons-"
"MONSTER!!!"
"KYAAA!!! TOLONG!!!"
Suara teriakan yang begitu tiba-tiba itu mengalihkan perhatian semua orang. Baron Rowein, si tuan rumah keluar dari ruangan paling awal. Lalu disusul oleh yang lain, termasuk diriku.
Di sebuah lorong terbuka, seorang laki-laki muda terpojok oleh seekor burung dengan tubuh besar dan mata merah. Sayap burung itu terangkat, bulu birunya yang indah tampak menawan di bawah sinar matahari.
"Adik!!!" teriak laki-laki yang tadi duduk di sebelahku. Dia segera mengambil sebilah pedang dan mengarahkannya ke burung besar.
"Tu-Tuan Duke, saya mohon selamatkan Tuan Muda. Saya mohon Tuan, saya mohon!" Seorang pelayan memohon kepada ayah dengan histeris.
Burung itu membuka paruhnya dan mengeluarkan suara yang memekakkan telinga. Membuat semua orang bertambah takut, gemetaran, dan merasa tak berdaya.
"Vivian!" kataku memanggil burung besar itu.
"No-Nona?!" balasnya gugup.
Aku melangkahkan kakiku ke depan, tapi seseorang menarik tubuhku supaya aku tidak mendekati Vivian.
"Kamu gila?! Mentang-mentang kamu berasa dari wilayah Duke Donovan, kamu jadi sok berani mendekat ke arah monster itu?!" gertak laki-laki yang duduk di sebelahku tadi.
Aku melepas tangannya dari tubuhku, kemudian berkata, "Dan perhatikan sikapmu sekarang."
"Vivian," panggilku lagi. "Bisakah kamu kembali, lalu mari mengobrol nanti."
"Baik Nona! Maaf mengganggu hari Anda! Tuan Duke, saya kembali dulu!"
"Hati-hati Vivian." Aku mengecup paruh Vivian sebelum dia pergi, kembali ke wilayah Duke Donovan.
"Ka-kamu … mo-monster itu. Tunggu, jangan bilang…."
"Sepertinya orang yang sedang dirumorkan itu adalah diriku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Frando Kanan
pria yg suka merendahkn wanita eh? heh 😏
2022-10-17
1
Reirin Mitsu
Haduh, ini laki-laki bangsawan kok mulutnya kayak ibu-ibu di komplek sebelah sih?
2022-05-16
5