......................
"Tuan tidak boleh seperti itu!"
"Benar, benar! Itu milik kami! Kembalikan! Kembalikan!"
Dua ekor monster yang tak lain adalah Mort dan Teivel, menyampaikan rasa keberatan mereka kepada Duke Donovan.
Sebenarnya bukan hal besar yang mereka ributkan. Itu hanya hal sepele, tapi terasa sangat berharga untuk kedua monster itu.
Duke Donovan menatap kedua monster itu dengan datar, tapi sebenarnya pria itu sangat menikmati hal ini. Mort dan Teivel yang sangat lengket dengan putrinya, Lenka.
"Apa gunanya kalian memiliki ini kalau kalian tidak memakainya? Bukankah lebih baik aku simpan saja?" kata Duke Donovan sambil menggoyang-goyangkan dua buah kalung di tangannya.
"Duke, kami tidak ingin benda itu kotor! Maka dari itu kami menyimpannya!" balas Teivel.
"Ya, benar apa yang dikatakan Teivel!" seru Mort mendukung.
"Kami mohon Duke, kembalikan milik kami itu!" Keduanya memohon kepada Duke Donovan supaya pria itu mau mengembalikan barang milik mereka.
Tetapi Duke Donovan tidak mengembalikannya dan malah memanggil kepala pelayan. "Tolong kemasi beberapa bajuku, Lenka, dan Noah untuk beberapa hari karena kami akan hadir dalam acara ulang tahun Kaisar," katanya memberikan perintah.
Mata Mort dan Teivel mengerjap beberapa kali. Setelah kepala pelayan pergi, mereka berdua menghujani Duke Donovan dengan banyak pertanyaan.
Jika Lenka pergi, kemungkinan Mort dan Teivel tidak akan ikut bersama gadis itu. Apalagi jika Duke Donovan meminta pelayan untuk mengemasi beberapa baju. Itu sudah pasti bahwa mereka akan menginap di sana.
Melihat kekhawatiran Mort dan Teivel, Duke Donovan meminta mereka untuk diam. Tangannya bergerak untuk mengusap kepala keduanya.
"Kalian akan ikut dalam perjalanan ini," kata Duke Donovan mengagetkan Mort dan Teivel.
"Tunggu. Kami tidak salah dengar bukan?" Tanya Teivel kebingungan.
"Anda tidak berbohong 'kan?" sambung Mort.
Pertanyaan keduanya membuat Duke Donovan menghela napasnya. "Kalian tidak salah dengar, Teivel. Dan aku tidak berbohong, Mort," jawabnya. "Lagipula ini adalah permintaan nona yang kalian sayangi," tambahnya.
"Maka dari itu, kalian harus memakai kalung ini."
Sebelum Mort dan Teivel menjawab, seseorang datang ke ruang baca. Noah dengan membawa sebungkus apel hijau di kedua tangannya.
Laki-laki itu tersenyum, kemudian berkata,"Aku dan kakak membelikan Ayah ini. Oh! Kami juga sudah membeli hadiah untuk Yang Mulia."
"Baiklah. Kita akan segera berangkat ke ibukota, jadi bersiaplah. Pilih tiga pelayan untuk ikut ke sana."
Keluarga itu melakukan persiapan untuk perjalanan mereka dengan dibantu oleh beberapa pelayan. Beberapa menit kemudian semuanya sudah siap dan naik ke kereta kuda yang akan membawa mereka ke ibukota.
Di kereta kuda pertama ada Duke Donovan dan tiga pelayan yang dipilih oleh Noah, yaitu Eve, Martha, dan Christine. Sedangkan di kereta kuda kedua ada Lenka, Mort, Teivel, dan Noah.
Mereka melakukan perjalanan tanpa henti dan syukurlah kalau mereka tidak mengalami masalah selama melakukan perjalanan.
Sampai di saat itu ….
Saat hari sudah berganti, tapi bulan masih menemani. Kedua kereta kuda keluarga Donovan sedang melaju dengan kecepatan yang stabil di jalan setapak di hamparan rerumputan.
Beberapa bayangan terlihat di kejauhan. Kusir yang berada di depan berusaha melihat bayangan itu lebih jelas lagi dengan teropong.
Bayangan itu adalah bayangan manusia dan kuda. Tiga orang dan tiga kuda, terlebih lagi mereka mulai bergerak mendekat.
"Tu-Tuan Besar, ada orang yang bergerak mendekat dengan kuda!" kata si kusir panik.
"Tetap jalan, bertindak seakan-akan kita tidak tau apa-apa." Duke Donovan memberi perintah kepada si kusir.
Eva, Martha, dan Christine terkejut dengan apa yang baru saja mereka dengar. Tiga orang yang datang itu pastinya adalah sekelompok bandit.
"Kalian bertiga tetaplah tenang," ujar Duke Donovan dan hilang dari hadapan ketiga pelayan tersebut.
Tentunya Duke Donovan berpindah ke kereta kuda kedua, yang berada tepat di belakang kereta kuda pertama. Noah dan Lenka terkejut dengan kedatangan ayahnya, apalagi menggunakan kekuatan magis, yakni berteleportasi.
Sebelum Duke Donovan berbicara, tiba-tiba kereta kuda berhenti. Kemudian jeritan perempuan juga terdengar.
"Ayah, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Noah panik.
"Bandit," kata Lenka menjawab pertanyaan adiknya. "Biarkan saya yang mengu-"
"Tidak Lenka. Masalah ini Ayah serahkan kepada Noah." Lenka mengernyitkan dahi mendengar keputusan yang diambil oleh Duke Donovan.
"Terserah kamu ingin menyelesaikannya dengan cara apapun. Yang penting bandit-bandit itu tidak lagi menghalangi perjalanan kita."
"Ba-baik Ayah." Noah pun keluar dari kereta kuda dan akan menghadapi para bandit-bandit itu. Tetapi dia tidak yakin kalau dia bisa menyelesaikan masalah ini.
...****************...
Srek Srek
Suara dedaunan yang saling bergesekan terdengar saat seorang pemuda melewati semak-semak yang cukup tinggi. Dengan wajah kesal pemuda itu membersihkan dirinya dari daun-daun yang menempel di bajunya.
Matanya menatap sekitar yang sebagian besar adalah pohon. Dia mendengus kesal dan terus berjalan.
"Yang Mulia, mengapa Anda meninggalkan saya!"
Seorang pria berlari mendekat dengan membawa dua pedang ditangannya. Napasnya terengah-engah setelah mensejajarkan langkahnya dengan si pemuda tadi.
"Yang Mulia, sudahlah jangan merajuk lagi. Lagipula hari ini Anda memiliki pekerjaan juga," katanya kepada si pemuda.
Si pemuda mendejakkan lidah dan membuang muka. Dia mengambil panah dan melesatkannya mengenai sesuatu.
"Yang Mulia, sudah cukup. Ayo kembali ke istana. Hari sudah semakin sore, Yang Mulia Kaisar pastinya khawatir kepada Anda." Pria itu terus berbicara, berusaha membujuk si pemuda untuk pulang.
Tetapi tetap saja, pemuda itu terus berjalan dan tidak menghiraukan ucapan pria yang terus berbicara itu.
Hari yang semakin larut berhasil membuat rasa khawatir pria itu naik drastis. Ya ampun, bagaimana cara supaya Yang Mulia mau pulang? Argh, ini semua gara-gara pelayan yang membicarakan 'Gadis Monster' Itu! Kesalnya dalam hati.
Namun tiba-tiba sebuah ide muncul!
Pria itu mendekat ke si pemuda dan langsung menggendongnya seperti karung di bahu. Tanpa memberikan kesempatan bagi si pemuda untuk beradaptasi, pria itu berlari kencang.
"Sir Lemuel! Ah syukurlah ada Yang Mulia di sini," panggil seorang pelayan saat pria tadi sampai di lorong kamar si pemuda.
"Sir Lemuel! Ah syukurlah ada Yang Mulia Putra Mahkota di sini," panggil seorang pelayan saat pria tadi sampai di lorong kamar si pemuda.
Jika kita mencermati ucapan si pelayan, kita menemukan sesuatu. Ya! Identitas dari si pemuda dan juga si pria.
Si pemuda adalah seorang putra mahkota.
Si pria adalah seorang ksatria. Ksatria pelindung dari sang putra mahkota
"Hai Zica, beruntunglah saya punya ide gila. Jadi saya bisa membawa Yang Mulia pulang." Sir Lemuel tersenyum dan Zica, si pelayan, tertawa pelan.
"Bagaimana kalau Sir Lemuel baringkan dulu Yang Mulia di tempat tidur? Beliau tampaknya tidak dalam keadaan baik," ujar Zica memberi usul.
Putra Mahkota memegangi kepalanya yang terasa pening dengan tangan. "Bagaimana bisa aku punya orang laknat yang tidak bisa memperlakukan tuannya dengan baik?" kesal Putra Mahkota.
Bukannya takut, bersujud minta ampun, dan memohon, Sir Lemuel dan Zica tertawa pelan, seakan semua itu bukanlah masalah besar.
"Ah ngomong-ngomong sa-"
"Cukup! Jangan bicara kalau itu tentang Nona Donovan, mengerti? Sudah cukup bagiku mendengar celotehanmu tentang gadis sok itu kemarin!" potong Putra Mahkota.
Zica mengkerucutkan bibirnya berpura-pura merajuk. "Menurut saya semua yang dirumorkan hampir benar, khususnya penampilan dari Nona Donovan~"
"Cukup."
"Yang Mulia ini apa-apaan sih?! Intinya jika Yang Mulia belum melihat sendiri dengan kedua mata Yang Mulia itu, Anda akan benar-benar menyesal tau." Zica meletakkan teko di meja kayu dan berbalik.
"Saya akan keluar dan beristirahat. Ingat, saya tidak akan datang jika Yang Mulia memanggil lagi," katanya kemudian menghilang dari balik pintu.
Putra Mahkota menghela napasnya, lelah dengan tingkah pelayan pribadinya.
"Kalau begitu saya juga akan beristirahat. Selamat malam Yang Mulia!" Sir Lemuel ikut menyusul.
Apa-apaan mereka ini?! Mereka meninggalkanku dengan rasa penasaran!!!
Putra Mahkota kembali memegang kepalanya dengan tangan. Kali ini bukan pusing, tapi frustrasi dengan nama seorang gadis yang sedang ada di kepalanya.
"Kenapa harus menyesal kalau tidak melihat si Donovan itu? Argh! Tapi aku jadi penasaran gara-gara yang Zica katakan. Ayo Miklan, berpikir!"
"Tidak mungkin aku mengunjungi dia di tengah malam begini. Jika ayah tau, aku bisa kena marah. Tapi jika aku tidak melihat si Donovan itu, aku tidak bisa tidur karena rasa penasaran ini!"
"Argh sialan!" teriak Putra Mahkota. Dan sebuah ide muncul. "Aku akan mengunjungi si Donovan itu, paling tidak aku melihat wajahnya saja!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Hana
kenapa para pelayan cewek di novel ini berani bersikap lancang kepada tuan mereka ?
2024-03-01
3
Querido🦋
rasa penasaran adalah awal mala petaka
2022-10-04
2
Reirin Mitsu
Hoho, tidak semudah itu, ferguso.
2022-05-16
2