"Uhm … jam berapa ini? Sepertinya aku terlalu lama berada di depan tugas-tugasku." Noah meregangkan badannya setelah lama bergumul dengan tugas tambahan yang baru saja laki-laki itu dapatkan hari ini.
Dia menopang dagunya dengan kedua tangan. Menutup matanya dan bersenandung kecil sambil membayangkan seseorang yang sedang dia rindukan.
"Dengan tugas sebanyak ini, aku jadi memiliki alasan untuk bersama kakak, hehehe." Noah senyum-senyum sendiri membayangkan wajah Lenka lagi.
Saat suara dentangan jam terdengar, Noah memutuskan untuk tidur. Tapi karena dirinya merasa haus dan air minum di kamarnya habis, dia pun terpaksa pergi ke dapur.
Rumah begitu sunyi di malam hari. Pencahayaan yang ada di beberapa ruangan juga sudah padam.
"…."
"…."
Suara percakapan mencuri perhatian Noah, laki-laki itu heran dengan orang yang masih bercakap-cakap di hari yang sudah larut.
Noah pun tak lepas dari rasa penasarannya. Jadi dia mengendap-endap mendekati sumber suara. Suara itu berasal dari kamar ayahnya, Duke Donovan.
Memang tidak aneh jika Duke Donovan masih belum mengistirahatkan dirinya selarut ini. Tetapi dengan siapa dia sedang berbicara?
"Baiklah. Pukul sebelas kita akan berangkat dari kediaman. Kamu bisa beristirahat sekarang." Suara berat Duke Donovan terdengar.
"Terima kasih telah menyetujui keputusan saya yang egois ini, Ayah." Sahut suara lain dan itu adalah seorang gadis!!!
Ini kan suaranya Kakak!!! Teriak Noah dalam hati.
"Saya akan kembali, Ayah juga jangan lupa untuk segera beristirahat. Selamat malam, Ayah."
Suara langkah kaki terdengar setelah Lenka mengucapkan selamat malam kepada Duke Donovan. Noah segera berbalik arah dan menyembunyikan dirinya. Setelah Lenka benar-benar tak terlihat oleh matanya, barulah Noah dapat bernapas lega.
Laki-laki dengan rambut abu-abu itu melanjutkan langkahnya ke dapur, kembali ke tujuan utamanya, yakni mengambil air minum. Tapi penggalan percakapan antara ayahnya dengan kakaknya terus memenuhi isi kepalanya.
Pukul sebelas berangkat dari kediaman.
Pukul sebelas berangkat dari kediaman.
Pukul sebelas berangkat dari kediaman.
"Kemana ayah akan pergi? Dan kenapa kakak ada di ruangan ayah tadi?" gumam Noah menanyai dirinya sendiri.
"Tunggu … JANGAN-JANGAN!!!"
Noah menenggak habis minuman yang dia ambil dan pergi ke sisi kediaman sebelah utara dengan tergesa-gesa, dimana para pelayan dan pekerja beristirahat.
Dok Dok Dok Dok Dok
Dok Dok Dok Dok Dok
Pintu kayu yang digedor dengan keras berhasil membagunkan penghuninya. Masih dengan rambut acak-acakan dan sebuah guling di tangannya, seorang pelayan membukakan pintu.
"Panggil Eve sekarang juga! Bangunkan dia!" perintah Noah sebelum pelayan itu menanyakan kepentingannya.
Tak lama kemudian, gadis dengan rambut bergelombang datang dengan wajah lesunya. "Ya Tuan Muda, ada yang bisa saya ban- hoam~ tu?" tanya Eve setengah mengantuk.
"Buatkan aku kopi, Eve dan tunggu aku di ruang belajar. Oh, satu lagi! Aku butuh banyak kopi!!!" kata Noah memberikan intruksi.
Malam itu Noah benar-benar bekerja keras menyelesaikan semua tugas tambahannya begitu sadar kalau kakaknya akan pergi lagi besok pada pukul 11.00.
......................
"Apa-apaan semua ini, Noah?!" teriak gurunya setelah mendapat setumpuk kertas berisi tulisan-tulisan.
"Itu tugas tambahan yang guru berikan kemarin. Saya sudah menyelesaikan semuanya," jawab Noah tidak bertenaga.
Guru Noah menatap horor tumpukan kertas itu dan juga muridnya yang sedang duduk tak bertenaga. Tugas tambahan yang dia berikan kemarin itu banyak, dan Noah dapat mengerjakannya dalam hari itu juga.
Itu mengerikan!!!
"Uh baiklah, terima kasih atas kerja kerasmu. Sekarang lebih baik kamu beristirahat."
"TIDAK!!! Hari ini kan ada kuis." Tiba-tiba Noah berteriak mengagetkan gurunya.
Anak ini memang mengerikan. Dia gila. ujar sang guru dalam hati.
"Tapi Noah, kamu sudah sangat kelelahan," kata sang guru lagi.
"Saya akan kerjakan kuis hari ini, hanya kuis. Saya janji akan beristirahat setelah kuis itu selesai." Noah memberikan alternatif lain supaya dia bisa mengerjakan kuis.
Gurunya pun mengizinkan Noah untuk mengerjakan kuis, tak ada jalan lain lagi selain menuruti kehendak muridnya itu.
Lagi-lagi pria tua itu dikejutkan Noah. Dia melihat jam sakunya, mengecek waktu yang Noah habiskan untuk mengerjakan beberapa kuis sekaligus.
20 menit.
Noah mampu mengerjakan beberapa kuis dalam 20 menit.
"Ba-baiklah Noah, kamu bisa beristirahat sekarang," kata guru mengizinkan Noah keluar dari ruang belajar.
Bukannya kembali ke kamarnya, Noah malah menuju lapangan dimana dia berlatih seni pedang. Di sana Sir Ethan sudah menunggu, wajahnya yang ceria menampilkan ekspresi khawatir saat melihat kondisi Noah saat ini.
Sebelum masuk materi inti, Noah melakukan pemanasan dengan peregangan dan lari keliling lapangan beberapa kali.
Perasaannya saat ini sangat campur aduk. Tubuhnya yang lesu ditambah matanya yang terasa berat. Tapi jika Noah istirahat sekarang, dia tidak akan bertemu Lenka hari ini.
Dengan kondisi tubuh yang kelelahan, Noah berlatih tanding dengan Sir Ethan beberapa kali.
"Ugh! Sir Ethan, terima kasih sudah datang hari ini. Maafkan saya juga karena mengirimi Anda surat pada dini hari," pinta Noah dengan napas tersenggal-senggal.
"Tidak apa-apa. Sebaiknya Anda beristirahat sekarang. Anda terlihat sangat kelelahan," balas Sir Ethan.
Semua jadwal Noah sudah selesai dan sekarang waktunya Noah untuk bertemu dengan kakaknya, Lenka. Tubuhnya yang kelelahan tidak menurunkan semangatnya untuk bertemu dengan gadis itu.
Lorong yang tadinya tenang kini menjadi sedikit berisik dengan suara pekikan perempuan. Sialnya lagi itu berasal dari kamar Lenka.
Noah mempercepat langkahnya dan berhenti di depan pintu. Dia menempelkan telinganya di pintu kayu untuk memastikan suara yang dia dengar memang berasal dari sana.
Setelah memastikan, Noah mengintip dari celah pintu. Para pelayan berada di sekitar kakaknya dan menghalangi sebagian pengelihatannya. Mereka berkerumun seperti sedang memperebutkan barang dagangan.
*
Sedangkan Lenka menyadari ada seseorang yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya. "Kamu bisa masuk, jangan terus berdiri di depan pintu," perintahnya.
Bukan seorang pelayan yang masuk, tapi malah laki-laki dengan rambut abu-abu dengan wajah malu-malu.
"Noah?"
"Halo Kakak," sapa Noah dengan rona merah muda di kedua pipinya.
Lenka menatap salah satu protagonis pria yang sedang tersipu. Ekspresi itu juga membuat para pelayan mematung menatap Noah.
Ya ampun, dasar protagonis pria.
"Kalian sudah bisa keluar, untuk sisanya aku bisa mengurusnya sendiri." Para pelayan pun keluar dari kamar Lenka dan meninggalkan nona mereka dengan Noah.
"Duduklah, kamu terlihat kelelahan."
"Y-ya?!" kata Noah terkejut.
"Duduk, kamu butuh istirahat," ujar Lenka memperjelas perkataannya.
Noah pun duduk di tepi tempat tidur, dia memperhatikan Lenka yang sedang merias diri di depan cermin. Kakaknya itu terlihat lebih indah dengan memakai gaun merah yang sangat serasi dengan warna matanya.
Merasa dirinya diperhatikan oleh Noah, Lenka pun bertanya, "Bagaimana penampilanku menurut dirimu?"
"Kakak terlihat indah …." jawab Noah pelan dan malu-malu. "Tapi kemana Kakak akan pergi?" Noah bertanya balik.
"Rumah salah satu bangsawan yang lokasinya berdekatan dengan ibukota. Aku dan Ayah akan pergi ke sana. Lalu bagaimana dengan pelajaranmu?"
"Ah begitu. Em … jadwalku baik-baik saja."
"Apa kamu tidak tidur tadi malam? Matamu terlihat berat sekali."
"Uhm … ya?" Dahi Lenka berkerut saat mendapatkan jawaban dari adiknya. Noah sudah jelas sangat kelelahan.
"Noah, beristirahatlah di sini. Berbaring atau tidur juga tidak apa-apa. Yang kamu butuhkan saat ini adalah istirahat. Kamu paham maksudku bukan?"
Noah menganggukkan kepalanya tanda bahwa dia paham. Tak lama kemudian Duke Donovan datang ke kamar Lenka untuk menjemputnya.
Lenka dan Duke Donovan berangkat tepat pada pukul 11.00. Mereka menggunakan jalan pintas untuk menghemat waktu.
Selama perjalanan, Duke Donovan merasa gelisah dengan pertemuan kali ini. Pria itu mengkhawatirkan putrinya, dia takut terjadi sesuatu pada putrinya.
Namun suasana terasa aneh saat Lenka masuk ke ruang acara. Tidak ada tatapan merendahkan. Tidak ada tatapan mencemooh. Tetapi tatapan waspada pada sesuatu yang berbahaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Hana
benar benar seorang jenius.
2024-02-09
3
Reirin Mitsu
Awas aja kalau keluyuran lagi.
2022-05-16
4