Tubuh Noah membeku sesaat setelah dia membuka pintu kamar Lenka. Darahnya mengalir lebih cepat dan terasa panas saat melihat kakaknya yang sedang berdekatan dengan seseorang.
Mort dan Teivel yang siap menghalangi dirinya mundur, merasa terancam oleh tatapan yang diberikan oleh Noah.
"Siapa kamu? Berani-beraninya orang asing sepertimu masuk ke kamar Kakakku!" geram Noah ketika mendekati Lenka dan orang asing yang sedang berbaring.
"Noah, kendalikan dirimu. Dia bukan orang sembarangan yang bisa ka-"
"Diam Kak. Biarkan aku mengurus orang yang tak punya sopan santun ini." Noah memotong perkataan Lenka dan membuat Lenka menjauh dari si orang asing.
"Noah! Berhenti!" teriak Lenka saat adiknya mencengkeram leher orang asing itu.
"Kakak biarkan aku menyingkirkan orang ini!" katanya setengah berteriak dan mendorong tubuh Lenka untuk menjauh dari dirinya.
Namun ….
"Ah!" pekik Lenka saat kepalanya terbentur jendela.
Benturan itu cukup keras dan membuat kulitnya sedikit lecet. Noah segera berjongkok untuk mensejajarkan dirinya dengan Lenka.
Wajah yang tadinya mengekspresikan rasa kesal dan marah, kini mengekspresikan rasa khawatir dan bersalah.
"Ka-Kakak, ma-maafkan aku! Dahi Kakak terluka!" kata Noah panik.
"Sudah, tidak apa-apa. Sebentar lagi juga sembuh," balas Lenka berusaha menenangkan Noah.
Mata Noah berkaca-kaca dengan tangannya yang menyentuh dahi Lenka dengan lembut. Dia merasa bersalah karena telah mendorong gadis itu. Noah lebih merasa bersalah karena tidak mendengarkan Lenka.
Lenka menyentuh tangan Noah, meminta laki-laki itu untuk tenang. Dia juga tersenyum. Bukan untuk menenangkan, tapi senyum kemenangan.
Ya benar sekali, Lenka hanya bersandirwara sekarang. Tetapi lukanya adalah asli. Yang penting tujuannya tercapai, yakni menghentikan Noah yang baru saja menggila.
Air mata mulai menetes dari mata Noah, laki-laki itu menangis karena luka kecil yang ada di dahi Lenka.
Lenka menggelengkkan kepalanya melihat Noah. Dia berdiri dan mengulurkan tangannya ke Noah. "Berhentilah menangis, karena aku baik-baik saja. Dan lebih baik kamu membantu diriku mengobati Putra Mahkota," ujar Lenka.
"Pu-Putra Mahkota?!"
......................
Suasana istana kekaisaran sangat ramai. Puluhan kereta kuda dari beberapa keluarga bangsawan yang menjemput tuan mereka.
Pesta ulang tahun Kaisar yang telah selesai mengharuskan para bangsawan untuk kembali ke kediaman dan wilayah mereka masing-masing. Namun ada juga bangsawan yang belum pulang dan tetap tinggal di istana atas perintah Kaisar.
"Tuan Muda Donovan, saya akan segera mengirimkan surat kepada Anda secepat mungkin. Saya sangat senang bisa bertemu dengan Anda," ucap seorang gadis bangsawan.
"Saya juga akan mengundang Anda ke acara yang saya adakan nantinya!" tambah yang lain.
Nona-nona bangsawan lainnya juga ikut berbicara membuat suasana menjadi seperti di pasar. Noah tersenyum dan dengan halus meminta mereka untuk pulang segera.
Laki-laki itu menghela napas setelah tak ada lagi yang mengerubungi dirinya dan memutuskan untuk kembali masuk.
"Tuan Muda benar-benar hebat! Dalam beberapa hari saja Anda sudah memiliki banyak penggemar!" seru Martha dari belakang.
"Mau itu nona ataupun Tuan Muda, mereka populer di kalangan bangsawan!" balas Eve.
"Kalian ini. Apa kalian tidak mengemasi barang kakak? Acara kan sudah selesai," tanya Noah kepada kedua pelayan itu.
"Uhm, nona meminta kami untuk tidak mengemasi miliknya. Oh, tapi kami sudah mengemasi barang milik Tuan Muda!"
"Tunggu, dimana kakak sekarang?!"
"Nona tadi bersama dengan tuan besar."
Noah menggigit bibir bagian bawah miliknya. Dia berpikir keras, kemana kira-kira Duke Donovan dan Lenka pergi.
Sementara itu di bagian lain dari istana kekaisaran, di sebuah ruangan dengan meja bundar. Kaisar, Putra Mahkota, para menteri, beberapa bangsawan, dan orang dari kuil sedang duduk dengan wajah serius.
Atmosfer di ruangan itu memanglah cukup berat.
Mereka tengah memikirkan dan merenungkan mengenai masalah baru yang mereka hadapi saat ini. Dengan korban pertama adalah calon kaisar masa depan, yakni Putra Mahkota.
"Ini bukan kali pertamanya Putra Mahkota terluka. Tetapi luka kali ini lebih parah dari luka sebelumnya," ujar sang Kaisar.
"Tetapi bukannya monster hanya ada di wilayah Duke Donovan? Mengapa bisa sampai wilayah Marquess Doyle?" ujar salah satu menteri memancing reaksi yang lain.
"Benar! Duke Donovan apa Anda bisa menjelaskannya? Bagaimana bisa ada monster di wilayah selain wilayah Anda?"
Semua mata kini tertuju kepada Duke Donovan, pria berambut emas yang sedari tadi diam saja. Orang-orang dibuatnya kesal karena dia masih sempat meminum teh dengan santai.
"Apa gunanya Anda sebagai pemimpin wilayah jika Anda tidak bertanggungjawab kepada tugas utama Anda, Duke Donovan," kata seorang bangsawan yang tak lain adalah Duke Roan.
Suasana menjadi riuh. Ada yang mulai menyalahkan dan mengkritik Duke Donovan dengan pedas.
Di tengah suasana yang begitu kacau, Duke Donovan masih tetap terlihat tenang. Begitu juga Lenka yang sedang berdiri di belakang kursi ayahnya.
"Lenka, jangan pernah berlebihan memikirkan perkataan orang. Jadilah tuli untuk sementara," bisik Duke Donovan kepada putrinya.
Ayah dan anak itu membiarkan para bangsawan yang sedang menggebu-gebu memakinya berhenti setelah kehabisan napas. Di sanalah suasana menjadi cukup terkendali.
"Kalian sudah selesai memaki?" tanya Duke Donovan setelah semuanya berhenti bicara. "Pertama, mengenai monster yang ada di luar wilayah, saya memang tidak tau bagaimana itu bisa terjadi. Tetapi yang pasti, tak ada satupun monster yang keluar dari wilayah saya.
Yang kedua, mengenai tanggungjawab. Bukan hanya saya saja, tetapi juga Marquess Doyle dan juga Putra Mahkota. Mengapa Putra Mahkota tidak langsung membawa masalah ini kepada Kaisar? Apa Marquess Doyle tak pernah memantau wilayahnya sampai-sampai ada makhluk yang seharusnya tak ada di sana?
Ketiga, mengenai tugas utama. Tugas utama saya sebagai pemimpin wilayah adalah memastikan kesejahteraan rakyatnya. Lalu tugas utama saya sebagai kepala keluarga adalah menafkahi dan melindungi keluarga, mengambil keputusan, mengurus rumah tangga, mengasuh anak, dan membina hubungan antar anggota keluarga."
Semua orang terdiam mendengar penuturan Duke Donovan yang begitu panjang. Mereka juga tak bisa membalas kembali Duke Donovan, khususnya bangsawan yang tadi mengkritiknya dengan pedas.
Suasana menjadi benar-benar canggung dan tak ada seorang pun berani untuk membuka mulutnya.
"Sudah-sudah, mari kita kembali ke topik utama kita. Mengenai monster yang ada di wilayah Marquess Doyle," kata seseorang memecahkan keheningan yang mencekam.
"Anda memang benar Tuan Utusan Dewa. Sepertinya Nona Angelo ingin mengatakan sesuatu," ujar Kaisar.
Seketika, semua mata tertuju kepada seorang gadis yang terlihat panik. Gadis yang seperti boneka, cantik dan lemah.
"Uh … uhm, mu-mungkin saya tau apa yang membuat masalah ini muncul, Yang Mulia …." katanya lirih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Hasan
yah si pembawa bencana disana ya otomatis pada ngumpul disana🤣🤣🤣
2024-03-12
0
~N.V~
ada benernya juga
2024-03-11
0
Hana
waktu di acara ulang tahun kaisar kan ada momen dimana Kaisar meminta Lenka memilih salah satu kerajinan dan menyerahkannya saat makan malam.
Kenapa tidak diceritakan lebih lanjut mengenai maksud dan tujuan Kaisar menitahkan hal itu pada Lenka ? dan kerajinan apa yang akhirnya dipilih Lenka ?
2024-03-01
1