"Uh … uhm, mu-mungkin saya tau apa yang membuat masalah ini muncul, Yang Mulia …." katanya lirih.
Seluruh perhatian di ruangan ini mengarah kepada gadis cantik itu, si protagonis wanita, Gabrielle Angelo.
Gadis itu tak langsung mengatakan apa yang ada di dalam kepalanya. Membuat orang menunggu dan membuat percikan api dalam Lenka. Perasaan asing yang baru pertama kali gadis itu rasakan.
"Nona Angelo, Anda bisa mengatakan apa yang ada di dalam kepala Anda sekarang," kata Lenka memecahkan keheningan.
Tatapan tak suka mulai mengarah kepadanya, seakan mereka tak suka dengan sikap Lenka barusan. Tetapi dia tak peduli sama sekali, karena kesabaran yang dia miliki tidak banyak.
Gabrielle menatap diri Lenka dengan matanya yang indah selama beberapa saat, kemudian kembali menundukkan kepalanya.
"Ada dua kemungkinan monster dapat berada di luar wilayah Duke Donovan. Pertama adalah Duke Donovan tidak teliti sehingga monster dapat keluar wilayah.
Kedua adalah melemahnya segel monster, sehingga monster-monster lain keluar. Ka-karena kemungkinan pertama tidak tepat, maka kemungkinan kedua yang mungkin menjadi masalah."
Setelah mendengar penjelasan Gabrielle, orang-orang menganggukkan kepalanya tanda bahwa setuju. Tetapi itu tetap saja mengatakan secara tidak langsung bahwa Duke Donovan tidak melakukan tugasnya dengan baik.
"Tetapi bagaimana jika segel monster itu tidak melemah? Dari mana asal monster-monster itu sebenarnya? Apa Nona Angelo bisa menjelaskannya kepada saya?" tanya Lenka tiba-tiba.
"Nona Donovan, Anda benar-benar tidak punya sopan santun, otak, dan kepercayaan! Berani-beraninya Anda menanyakan hal yang mutlak?" ujar Marquess Doyle tak senang dan didukung bangsawan lain.
"Marquess Doyle, Anda tak perlu menanyakan hal yang tidak penting seperti itu," kata Duke Roan sembari tersenyum sinis.
"Nona Donovan memang tidak memiliki hal-hal yang Anda sebutkan tadi, karena dia adalah 'Gadis Monster'. Seperti yang orang-orang rumorkan," tambahnya.
Lenka menatap datar orang-orang yang sedang menertawai dirinya. Ini sebuah penghinaan besar dan berat.
Namun orang-orang ini tak pernah tau bagaimana kehidupan itu.
Kehidupan adalah roda. Ada kalanya di atas dan ada kalanya di bawah. Hanya saja, kita tak tau kapan kita berada di atas dan kapan kita akan di bawah.
Di dalam kehidupan juga, tak selamanya yang benar tetaplah benar dan yang salah tetaplah salah. Mereka berubah seiring berjalannya waktu.
"Saya sangat sedih karena kekaisaran memiliki orang-orang seperti kalian. Orang yang tak ingin membuka mata mereka dan terpaku pada satu kepercayaan." Perkataan Lenka itu berhasil membuat semua orang terdiam.
Lenka berjalan ke samping, jemari tangannya yang lentik menyentuh setiap kursi. Suara alas kakinya yang membentuk irama memenuhi ruangan itu.
"Orang yang merasa dirinya hebat, tak terkalahkan, suka merendahkan orang lain, menusuk dari belakang, menghancurkan keharmonisan, dan suka mempermainkan perempuan!"
Lenka berhenti dan tersenyum simpul melihat wajah para bangsawan yang terlihat cukup pucat, keringat dingin juga ada di dahi mereka.
Sindiran Lenka menusuk mereka tepat sasaran.
"A-ah, Yang Mulia … saya memiliki sebuah ide." Seth, sang Utusan Dewa membuka mulutnya. Dia takut jika ini terus berlanjut, maka masalah tidak akan terselesaikan dan malah membuat sebuah masalah baru.
"Apa itu?" tanya Kaisar.
"Bagaimana bila kita mengadakan sebuah pembasmian monster dengan skala kecil? Lebih cepat, lebih baik. Sebelum adanya korban yang berasal dari masyarakat."
Dengan usulan tersebut, rapat berakhir.
Lenka menghela napasnya setelah duduk di kursi ruang istirahat bersama dengan Duke Donovan. Dia kembali menata emosinya yang hampir meluap tadi.
"Ayah, maafkan saya karena hampir mengacaukan rapat," ujar Lenka meminta maaf.
"Tak apa, lagipula ini adalah pertama kalinya. Ayah tak akan menyalahkanmu," balas Duke Donovan.
"Ngomong-ngomong Ayah, kenapa Ayah menyediakan gelas, teh, dan beberapa camilan?" Lenka bertanya dengan kebingungan.
Sejak rapat itu selesai, Lenka bingung mengapa Duke Donovan mengajaknya ke ruang istirahat. Dan sekarang, Lenka bingung mengapa ada gelas, teh, dan camilan, seakan-akan Duke Donovan mengundang seseorangan.
Namun sebelum Duke Donovan menjawab pertanyaan putrinya, seseorang masuk. Orang itu adalah Utusan Dewa.
"Selamat siang Duke Donovan dan juga Nona Donovan," sapa Utusan Dewa.
"Selamat siang Tuan Utusan Dewa," balas Duke Donovan dan meminta pria itu untuk duduk di kursi yang telah disediakan.
Lenka tak percaya ini, gadis itu tak habis pikir bahwa dia akan bertemu dengan salah satu dari tokoh protagonis pria lainnya sekarang.
Duke Donovan dan Seth saling mengobrol, sedangkan Lenka hanya mendengarkan pembicaraan mereka sambil menyesap tehnya.
Selang beberapa menit, Duke Donovan pergi meninggalkan putrinya bersama dengan Seth karena Kaisar memanggilnya.
Atmosfer bagitu tak nyaman di sana, apalagi tuan Utusan Dewa yang paling merasakan suasana tersebut.
Suasananya begitu canggung, ini tidak nyaman. Tapi apa Nona Donovan juga merasakan hal yang sama denganku? Dia tampak baik-baik saja dengan situasi ini. ujar Seth dalam hati.
Lawan bicaranya yang tampak menikmati suasana canggung ini membuat Seth ketar-ketir ingin memulai pembicaraan.
"Tuan Utusan Dewa, apa Anda yakin itu tidak terlalu manis?" tanya Lenka mengagetkan Seth.
"Y-ya?" balas Seth gugup.
"Gulanya. Saya rasa Anda mengambilnya terlalu banyak," ujar Lenka yang kini tengah menatap cangkir yang penuh dengan gula berbentuk dadu.
Wajah Seth berubah menjadi merah, rasa malu tak dapat terhindarkan.
"Ma-maafkan saya! Se-sepertinya saya kurang fokus!" kata Seth berusaha mengembalikan semua balok gula yang ada di cangkirnya.
Namun tiba-tiba ….
Duk!
Camilan dan wadahnya jatuh dan mengenai gaun Lenka. Seth tambah panik dan kembali minta maaf, berkali-kali.
"Tu-Tuan Utusan Dewa, cukup. Anda bisa kembali duduk," kata Lenka pusing mendengar kata 'maafkan saya' berkali-kali dari mulut Seth.
"Tidak Nona Donovan! Ini belum cukup. Ini belum cukup! Saya telah merusak gaun Anda-"
"Ini hanya-"
"Maafkan saya Nona! Saya ceroboh. Saba bodoh. Saya pantas dihu-"
"Duduk!" perintah Lenka.
Seth langsung mendudukkan dirinya, bukan di kursi tapi malah di lantai membuat Lenka mengernyitkan dahinya.
"Tuan Utusan Dewa bisa tolong Anda duduk di kursi?"
"Ba-baik."
Seth duduk di kursi dengan mata berkaca-kaca, meruntuki sisi ceroboh dirinya yang akut.
"No-Nona Donovan, mohon maafkan kecerobohan saya," pintanya lagi.
Lenka yang sedang membersihkan kekacauan yang baru saja terjadi hanya menganggukkan kepalanya saja.
Dengan mata yang masih berkaca-kaca Seth berkata, "Nona, jika Anda tidak keberatan, bisakah saya mendengar semua tentang Anda? Hal yang Anda sukai, masa kecil Anda, atau apapun itu."
"Maaf, tapi saya menolak," balas Lenka.
Jder!
Bagaikan disambar petir, Seth amat terkejut dengan penolakan tanpa basa-basi itu.
"Ta-tapi Nona Donovan, Anda adalah gadis cantik yang pemberani yang belum pernah saya temui sebelumnya …."
"Mulut Anda manis juga ya, Tuan Utusan Dewa."
"Bu-bukan begitu Nona Donovan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
clarissa diva
ada typo "saya"
2023-08-09
1
itha Nurhayati 😎
lanjut Kaka 🥰🥰
2022-05-16
1