Hardcore Gamer
Endra Wijaya.
Seorang NEET akut yang mendedikasikan seluruh hidupnya dalam permainan digital.
Tapi Ia tak selalu seperti itu. Dulu, hidupnya masih sama seperti sebagian besar anak mudah seusianya.
Berangkat bersekolah di pagi hari. Memperoleh uang saku dari orangtuanya. Dan pada akhir dari kegiatan sekolahnya, menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain bersama dengan kawan-kawannya.
"Kakak bermain game lagi?" Tanya seorang gadis kecil yang masih berada di kelas 3 SMP itu. Ia tak lain adalah adik dari Endra itu sendiri.
"Lily, kau tahu kakakmu ini banyak pikiran bukan? Game itu salah satu cara untuk mengurangi beban pikiran itu." Balas Endra kepada adiknya yang bernama Lily itu.
"Hah, bisakah kakak hidup normal dan cari seorang pacar?" Tanya Lily.
Endra yang masih meletakkan sepatunya di atas rak itu merasa sedikit tertusuk.
"Kakakmu ini tak begitu populer. Takkan mudah bagiku mencari pacar."
"Padahal kupikir kakak cukup tampan."
"Hah? Apa yang barusan kau bilang?" Tanya Endra kembali sambil melepas earphone yang sedari tadi menempel di telinga kirinya.
"Tak ada. Cepatlah makan, atau ibu akan marah."
"Ya ya...."
Endra segera mandi terlebih dahulu. Setelah tubuhnya bersih, Ia pun mengambil makanan yang ada di dapur.
Menu makan hari ini sebenarnya cukup luarbiasa bagi kebanyakan orang. Akan tetapi....
"Sapi panggang lagi? Apakah tak ada menu makanan yang lebih baik dari ini?" Keluh Endra ringan sambil mengambil beberapa potong daging panggang itu dan beberapa sendok nasi.
Ia memakannya sambil menonton televisi yang cukup besar di kamarnya sendiri. Dengan pencahayaan yang cukup gelap dan lampu kebiruan redup yang indah, Ia menikmati sebuah acara mengenai game favoritnya.
"Serangan dadakan dari Voes! Langsung menggunakan skill 3 nya dan membunuh musuh dengan cepat! Oh! Bala bantuan dari QQR datang! Apakah dia akan selamat dari pengroyokan ini?!"
Suara pembawa acara itu terdengar begitu meriah. Memeriahkan suasana sepi di dalam kamar besar milik Endra ini.
Di atas ranjangnya yang besar dan empuk itu, Endra terlihat mengunyah makanannya dengan malas sambil terus berkomentar.
"Bodoh, jika kau menyimpan skill 3mu, kau akan selamat dari serangan kejutan itu. Nah, benar kan. Tentu saja kau akan mati. Itu yang dinamakan overkill, dasar bodoh." Komentar Endra sambil tertawa ringan.
Ia sendiri juga memainkan game Moba yang cukup populer itu. Tapi sayangnya, Ia tak memiliki tim yang cukup kuat untuk mencapai kejuaraan tingkat tinggi.
Meskipun Ia bisa bermain dengan sangat baik sekalipun, permainan ini membutuhkan kerjasama dari 6 orang pemain.
Dengan kata lain, jika 5 pemain lainnya buruk, maka Ia akan tetap kalah. Tak peduli seberapa hebatnya dirinya.
Di saat Endra masih sibuk dengan dirinya sendiri di dalam kamarnya, Seseorang nampak mengetuk pintunya.
'Dok! Dok!'
"Endra, kau sudah makan?" Tanya seorang wanita dengan suara yang begitu lembut.
"Sudah, Bu. Ada apa?" Tanya Endra.
"Besok kita akan pergi ke rumah pamanmu. Pastikan kau ikut ya?" Balas Ibunya dari balik pintu yang masih tertutup itu.
"Hah? Aku sudah punya rencana lain."
"Kau boleh bermain game lagi nanti setelah dari rumah pamanmu. Mengerti? Sekali-sekali, temuilah anggota keluargamu yang lain." Balas Ibunya sambil segera melangkah pergi.
"Ya, akan ku usahakan...." Balas Endra dengan malas.
Ia kemudian kembali fokus pada acara di layar televisinya itu. Kini menonton sebuah permainan FPS atau First Person Shooter. Sebuah permainan tembak-tembakan antara dua buah tim.
Endra nampak cukup menikmati acara itu. Lagipula, Ia juga memainkannya. Tapi sama seperti sebelumnya....
"Hah, timku selalu diisi oleh orang tak berguna. Apakah tak ada permainan yang lebih mendukung solo player?" Keluh Endra sambil mengganti channel lainnya.
Pada saat itulah, Ia melihat sebuah permainan MMO RPG. Sebuah permainan fantasi di dunia pedang dan sihir dengan puluhan ribu pemain di dalam server yang sama.
"Hmm.... Ini bahkan jauh lebih buruk. Dalam permainan seperti ini, Guild adalah segalanya." Ujar Endra.
Tak berselang lama, acara itu benar-benar membahas mengenai Guild terkuat yang menguasai dunia permainan itu. Dimana setiap pemain berusaha untuk bergabung dalam Guild tersebut demi keamanan bermain dan kejayaan.
"Benar kan? Dasar permainan sampah."
Kali ini, Endra mematikan televisinya untuk mengembalikan piringnya ke dapur. Bersiap untuk tidur. Mengisi sebanyak mungkin tenaga untuk keesokan harinya.
......***......
"Semuanya sudah siap?" Tanya Ayah Endra, Wijaya Putra.
"Sudah." Balas Lily singkat.
"Bersantailah kalian berdua, perjalanan ini akan cukup panjang." Balas Ibunya, Liliana Febriani.
"Aku memang berencana untuk bersantai." Balas Endra dengan sikap yang dingin.
Kedua tangannya telah terpaku pada ponselnya. Ia telah Log In dalam sebuah permainan FPS yang semalam dilihatnya itu.
Di kursi sebelahnya, adiknya nampak melihat kakaknya dengan tatapan yang sinis.
"Kakak, bisakah kau berhenti dengan game sejenak? Sekali-sekali luangkan waktumu untuk keluarga." Keluh Lily Septiani itu.
"Memangnya kenapa? Ibu sudah bilang untuk bersantai. Dan ini adalah definisi santai bagiku." Balas Endra sambil tersenyum tipis.
"Sudahlah, Lily. Lagipula, kakakmu selalu memperoleh peringkat 1 di sekolahnya. Jadi biarkan dia bersantai seperti yang diinginkannya." Sahut ibunya.
Mendengar hal itu, Lily hanya bisa semakin cemberut.
"Karena itulah aku memintanya berhenti bermain game." Keluh Lily dengan suara yang cukup lirih.
Jika saja Endra dapat berhenti dari gamenya, mungkin Ia tak hanya menjadi siswa dengan nilai tertinggi di sekolahnya. Tapi juga menjadi siswa yang paling populer.
Tapi sayangnya, Endra terjatuh terlalu dalam ke arah dunia permainan yang tak berguna itu bagi adiknya.
Perjalanan pun berlalu dengan banyak canda dan tawa dari Ibu dan Ayahnya serta adiknya. Sedangkan Endra sendiri hanya fokus pada permainannya.
Akan tetapi....
Tak ada satu orang pun yang menduganya.
Tepat di saat mobil mereka sedang berhenti di depan sebuah lampu merah, sebuah truk yang membawa bahan bakar minyak itu melaju dengan kencang seakan tak ada niatan untuk berhenti.
Endra yang sesekali melirik ke arah depan menyadari datangnya truk itu dari belakang.
"Ayah! Awas ada...."
Sesaat sebelum Endra berhasil menyampaikan seluruh perkataannya, Truk itu telah menabrak setidaknya tiga buah mobil di belakangnya.
Meski begitu, Truk itu tak juga berhenti. Dan kini, menabrak mobil yang dikendarai oleh keluarga Endra dan juga mobil yang ada di hadapannya.
Begitu pula dengan 8 buah motor yang telah tergilas habis di bawah roda besar truk itu.
Seakan belum cukup, truk itu menumpahkan bahan bakar minyak yang ada di dalamnya. Dan dalam sekejap....
Apa yang ada di balik pandangan buram dari Endra yang saat ini dipenuhi dengan darah, berupah menjadi warna jingga yang begitu terang.
Api yang besar pun melahap seluruh kendaraan yang ada di lampu merah itu.
Sebuah kecelakaan terbesar dan terburuk yang terjadi di Kota Semarang pada tahun itu.
Dan dari semuanya, sekitar 21 orang meninggal di tempat. 6 orang lainnya meninggal setelah tiba di rumah sakit. Serta 17 orang yang mengalami luka parah.
Termasuk keluarga Endra. Dimana dari seluruhnya, hanya dirinya dan adiknya yang selamat dalam kondisi yang sangat kritis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
John Singgih
awal dari musibah berkepanjangan yang dialami oleh Endra
2022-12-25
0
ꇙꋬ꓄ꌦꋬ ꀘꏂꋊꉔꋬꋊꋬ
banyak.nih, ngeri2
2022-08-30
0
zuyoka
haihai aku akhirnya di sini~~~
waktunya menaruh hati dulu, supaya gk copot pas dikasih plot twist oleh kak author yg pandai sekali merangkai plot twist wkwkwkwkwk
2022-06-01
2