"Hah.... Hah.... Hah...."
"Buruan kali ini benar-benar luarbiasa."
"Kerja bagus semuanya, sekarang kita akan beristirahat terlebih dahulu." Ucap Felix yang segera berbaring di tanah itu.
Di sisi lain, Nero nampak masih terus memburu beberapa ekor kelinci liar. Meskipun hanya level 1, tapi gerakan mereka yang cukup gesit menjadi metode latihan tersendiri bagi Nero.
"Oii.... Kau tak beristirahat?" Tanya Felix ke arah Nero.
"Sebentar lagi." Balas Nero singkat.
"Dasar.... Seberapa banyak poin yang kau masukkan di stamina?"
Pertanyaan dari Felix sendiri cukup masuk akal. Meskipun banyak bergerak dan cukup gesit, Nero masih terlihat belum kehabisan stamina sedari tadi.
Penyebabnya sangatlah sederhana.
Realisme dunia virtual ini benar-benar berusaha untuk menyamai dunia nyata. Dengan kata lain, kekuatan yang digunakan untuk bergerak, efisiensi gerak, serta cara bernafas.
Beberapa hal itu dapat menentukan konsumsi dan juga regenerasi dari Stamina yang dimiliki seseorang.
Bahkan dengan hanya 5 poin di stamina, saat ini Nero bisa bergerak seakan memiliki 15 poin atau lebih.
'Sreett!'
Nero bergerak dengan cukup lincah. Berusaha untuk mengimbangi gerakan dari kelinci liar itu.
'Sraasshh!'
Setelah momentumnya tepat, Nero segera mengayunkan pisau dengan tangan kanannya. Yang mengenai tepat di bagian leher kelinci itu.
'Bruukk!'
Setelah kelinci itu jatuh, tubuhnya segera berubah. Seakan menyerupai sebuah kaca yang pecah dan hancur berkeping-keping. Semuanya terbang ke udara dan secara perlahan mulai menghilang.
Setelah itu, item yang dijatuhkan dari monster itu akan muncul secara tiba-tiba di tempat monster itu mati.
Dan kali ini, adalah satu iris daging kelinci yang mentah dah 5 koin perunggu.
Mungkin dari semua hal yang ada, ini adalah kejadian paling tidak realistis di dalam permainan ini.
Tanpa di duga....
'Ttriingg!'
Notifikasi dengan jendela biru yang indah muncul di hadapan Nero.
...[Selamat! Anda telah naik level!]...
"Naik level?" Tanya Nero sendiri.
Beberapa anggota kelompok lain yang mendengarnya nampak cukup terkejut dengan perkataan Nero.
"Hah?! Kau sudah naik level?! Cepat sekali?"
"Itu benar, aku bahkan baru saja naik level dua tadi."
"Apalagi diriku.... Nampaknya menjadi penyembuh kurang bagus untuk menaikkan level." Ujar Vinia dengan wajah yang memelas itu. Semua itu karena Ia masih berada di level satu.
Mendengar beberapa hal itu, nampaknya orang yang melakukan Last Hit akan memperoleh lebih banyak Experience Point dibandingkan dengan mereka yang hanya mendukung.
Dan kemungkinan lain adalah jumlah kontribusi damage akan menentukan perolehan EXP setelah pertarungan.
Nero yang sedari tadi selalu berusaha untuk mencuri Last Hit dari beberapa babi hutan yang dilawan mereka, tentunya memperoleh lebih banyak EXP dan lebih cepat untuk naik level.
Dari kejauhan, Felix nampak bangun dan berjalan mendekati sosok Nero itu.
"Hey, dimana kau akan meletakkan atribut poin itu?" Tanya Felix dengan penasaran.
"Hmm?"
Nero sedikit berhenti berpikir sebelum menjawab pertanyaan itu.
"Sebagian besar di stamina dan juga strength." Balas Nero singkat sambil segera menutup kembali jendela menunya.
Meskipun, orang lain tak bisa melihat jendela menu dari pemain yang lainnya kecuali memang dalam status 'dibagikan', Nero tak bisa membiarkan informasi sensitif itu bocor begitu saja.
Lagipula, siapa mereka?
Kelima orang ini baru saja Nero temui sekitar 6 jam yang lalu. Dan membagikan informasi yang menyangkut kekuatan dari karakternya? Itu adalah hal terburuk yang bisa dilakukan oleh seorang pemain MMORPG.
"Aah, pantas saja kau bisa bergerak sebanyak itu tanpa kelelahan. Kalau aku sendiri, seperti yang kau lihat. Sebagian besar di Strength!" Balas Felix sambil memamerkan otot lengannya.
Tapi Nero hanya memberikan tatapan datar. Tak banyak berekspresi.
"Begitu kah?"
"Kalau begitu, kita akan kembali berburu setelah istirahat 15 menit." Ucap Felix sambil segera kembali berbaring di tanah.
Setelah itu, Nero kembali membuka jendela statusnya. Memperhatikan status barunya yang telah ditingkatkan itu.
Dari 10 atribut poin yang diperolehnya setelah naik level, Nero meletakkan 8 poin di Agility dan 2 poin sisanya di Strength.
Dengan ini, Nero bisa melakukan gerakan yang lebih cepat dan lebih rumit lagi. Sekaligus memberikan serangan yang lebih mematikan.
'Hmm.... Aku sudah mulai terbiasa bergerak dengan tubuh virtualku ini. Haruskah aku mencoba gerakan yang lebih rumit?' Pikir Nero dalam hatinya.
Nero pun mencoba melakukan beberapa gerakan akrobatik yang sedikit lebih rumit. Seperti berdiri dengan satu tangan, dan memutar tubuhnya dengan tumpuan satu tangan itu.
Tapi hasilnya sesuai dengan perkiraannya sendiri. Ia segera terjatuh ke tanah. Menerima setidaknya 2 damage karena tindakannya itu.
'Yah.... Sudah kuduga.'
Di saat Nero sedang berbaring di atas rerumputan itu....
'Syuuutt! Jlleebb!!'
Sebuah anak panah melesat dan mengenai tepat di bagian punggung Vinia.
"Kugghh!" Teriak Vinia merasa kesakitan.
Semua orang di kelompok Nero ini pun segera berdiri dan bersiaga. Grunt yang memiliki reaksi paling cepat segera berdiri dan mengangkat perisainya ke arah asal tembakan itu.
Begitu pula Nero yang segera bangun dan bersiaga.
"Siapa kalian?! Apa mau kalian menyerang rekan kami?!" Teriak Grunt dengan keras.
Balasan dari pertanyaan itu terdengar dari dalam hutan.
"Kukuku.... Nampaknya kita memperoleh hasil yang luarbiasa hari ini." Ucap seorang Pria dengan rambut merah yang mencolok.
Ia berjalan secara perlahan keluar dari dalam kegelapan hutan itu sambil memamerkan kapaknya yang cukup besar.
Tak hanya sendirian, beberapa rekannya pun mengikuti. Jumlahnya tak main-main, bahkan mencapai 8 orang yang didominasi oleh pengguna senjata jarak dekat.
Termasuk tiga orang pemanah yang bersembunyi di atas cabang pepohonan itu.
Kelompok yang dipimpin oleh Felix itu pun merasa terancam. Tak hanya kalah jumlah, mungkin mereka juga kalah level mengingat rasa percaya diri mereka.
Tapi ada satu hal yang jelas. Yaitu perlengkapan mereka yang nampak jauh lebih kuat.
Sambil memasang wajah yang tegang, Felix dan kelompoknya pun menyusun formasi. Dengan Felix dan Grunt di posisi depan, Ronald dan June sebagai pemanah di tengah, dan Vinia sebagai penyembuh di bagian belakang.
Nero sendiri berdiri di garis tengah dari formasi itu. Berusaha untuk memahami kondisi ini dengan lebih baik.
'Yang benar saja.... Mereka bahkan telah menjadi kelompok PK di Minggu pertama permainan ini?' Tanya Nero dalam hatinya.
Jantungnya saat ini berdegup cukup kencang. Jika ditanya apakah dirinya ketakutan, tentu saja Ia tak bisa berbohong dan menjawab tidak.
Tapi meskipun menjawab seperti itu, bukan berarti lawannya akan melepaskannya begitu saja.
Setelah beberapa saat dalam diam, kelompok PK atau Player Killer itu pun kembali berbicara.
"Serahkan semua barang dan uang kalian, maka kami akan membiarkan kalian pergi dengan selamat. Bukankah itu pertukaran yang cukup adil?" Tanya pemain berambut merah dengan kapak itu sambil tersenyum lebar.
Saat ini, Nero benar-benar merasakan keseruan yang telah lama dicarinya. Sebuah perasaan yang telah lama menghilang karena Ia hanya memainkan permainan yang selalu dikuasainya.
Sebuah perasaan....
Dimana Ia tak yakin akan menang atau kalah.
Dan dengan senyuman yang tak kunjung menghilang dari wajahnya, Nero pun mempersiapkan dirinya untuk pertarungan pertamanya dengan pemain lain di dunia virtual ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
John Singgih
baru awal sudah ada player PK
2022-12-25
0
zuyoka
biasanya yg begini tuh dah janjian atau emg di game sebelumnya udah satu kelompok :3
2022-06-06
1
Ali Musafak
sikppat
2022-05-15
0