Chapter 6 - Federasi Brundia

'Swuuusshh!'

Kini, karakter dari Nero mulai terbentuk seakan dari serpihan kaca yang bercahaya.

Setelah semuanya menyatu, tubuhnya yang sesuai dengan pengaturannya pun muncul di tengah alun-alun kota yang besar ini.

...[Kota Brund]...

Nama itu dapat terlihat di sisi pojok kiri atas dari pandangan Nero. Bersama juga dengan mini map kecil dan beberapa informasi lainnya seperti waktu.

Sedangkan di pojok kanan atasnya terlihat 3 buah Bar atau garis yang masing-masing menunjukkan HP dengan warna merah, MP dengan warna biru, dan SP dengan warna kuning.

"Hmm.... Kudengar permainan ini memiliki perbandingan waktu 1 banding 10 dengan dunia nyata. Nampaknya memang benar ya?" Tanya Nero pada dirinya sendiri sambil melihat 2 buah jam digital yang berbeda itu.

Jam digital di atas menunjukkan waktu dunia nyata dengan warna putih yang tak begitu mencolok. Sedangkan dibawahnya terdapat jam digital dengan bingkai biru yang indah yang menunjukkan waktu dari dunia virtual ini.

Setiap 10 detik waktu berlalu di dunia virtual ini, hanya 1 detik berlalu di dunia nyata. Dan semuanya dapat dilihat secara langsung dari kedua jam itu.

Setelah itu, Nero nampak mulai membiasakan dirinya dengan karakternya.

Karena atributnya di dunia virtual ini, kemampuan gerakan Nero tentunya berbeda dengan kemampuan gerakan Endra di dunia nyata.

"Entah kenapa.... Tubuh ini begitu ringan." Ujar Nero sambil mencoba meregangkan tubuhnya dan melompat di tanah.

Tapi ada satu hal yang mengganggunya sedari tadi.

Yaitu keberadaan sebuah tanda panah dengan warna kuning yang terang di bagian atas pandangannya.

Jendela menu yang tak kalah mengganggunya pun muncul di sisi samping.

...[Tutorial!]...

...[Selesaikan tutorial dan dapatkan hadiahnya! Hanya dala....]...

Bahkan tanpa membacanya, Nero segera menekan tombol yang mungkin dihindari oleh hampir seluruh pemain.

...[Skip]...

"Siapa yang mau menghabiskan waktu untuk tutorial bodoh ini? Aku akan belajar sambil bermain, kau tahu?" Keluh Nero sambil menekan tombol itu sekuat tenaga.

...[Apakah Anda yakin akan melewati tutorial? Banyak pelajaran berharga dan....]...

Tanpa sedikitpun keraguan, Nero segera menekan tombol konfirmasi [Ya].

Dan hasilnya?

...[Selamat! Anda telah menyelesaikan tutorial! Anda telah mendapatkan 10 koin emas pemula yang hanya bisa digunakan dalam game ini! Gunakan lah dengan bijak!]...

"Hmm.... Jika dari informasinya, gila?! Setara dengan 1 juta rupiah? Aah, benar juga. Aku hanya bisa menggunakannya di dalam game ini." Ujar Nero.

Beberapa orang yang berlalu lalang di kota ini nampak memperhatikan Avatar milik Nero yang sedari tadi berdiri di tengah alun-alun kota itu.

Nero sesekali melirik ke arah beberapa orang di sekitar. Memperhatikan perlengkapan yang mereka gunakan dan bagaimana mereka menghabiskan 10 koin emasnya.

Setelah memperhatikan beberapa saat, Nero pun akhirnya paham. Bahkan tanpa tutorial sekalipun.

"Jadi begitu.... Tubuh virtual ini bahkan masih membutuhkan makanan dan minuman? Terlebih lagi tidur? Apa-apaan tingkat realisme game ini? Ingin membuat dunia kedua?" Tanya Nero pada dirinya sendiri.

Ia akhirnya pergi dari alun-alun kota ke arah distrik pertokoan. Dimana Ia berencana menggunakan setidaknya 5 koin emas untuk melengkapi dirinya sendiri.

...[Steel Knife]...

...Sebuah pisau baja yang sederhana. Jangkauannya yang rendah terkadang menjadi keunggulan dalam pertarungan. Meningkatkan Attack Power sebesar 20 poin dan penetrasi defense sebesar 10%. ...

...[Leather Armor]...

...Sebuah zirah yang terbuat dari kulit hewan buas. Memiliki ketebalan yang cukup untuk melindungi dari sebagian besar serangan. Tapi tak memiliki ketahanan terhadap serangan senjata tajam. ...

"Ditambah sarung tangan dan sepatu kulit.... Kurasa ini sudah cukup?" Tanya Nero sambil memperhatikan penampilan barunya saat ini.

Dengan perlengkapan yang serba kecoklatan, dan dua buah pisau kecil di bagian pinggang belakangnya, Nero merasa sudah siap untuk melakukan petualangan.

Dan beruntungnya....

"Hey, apakah kau mau bergabung dengan kelompok kami?" Tanya seorang Pria dengan pedang besar di punggungnya dan sebuah zirah kulit berwarna coklat gelap.

Di belakangnya terlihat 4 orang lain dengan perlengkapan yang beragam.

Beberapa nampak membawa busur dan panah, satu orang gadis nampak membawa sebuah tongkat sihir, dan satu lagi nampak membawa pedang dan perisai.

Tapi Nero hanya diam. Menatap mereka dalam tatapan yang terkesan kosong itu selama beberapa detik.

Beberapa saat kemudian, senyuman tipis nampak menghiasi wajahnya.

"Tentu saja. Dimana kita akan berburu?" Tanya Nero yang kini memasang wajah yang begitu ramah.

"Tak jauh, hanya hutan di sebelah. Lagipula ini masih minggu pertama dibukanya permainan ini. Sebagian besar dari kami masih level satu. Hanya dia yang sudah level dua." Ucap Pria dengan pedang besar itu sambil menunjuk ke arah Pria yang mengenakan pedang dan perisai.

"Level dua?! Hebat sekali...." Balas Nero dengan cukup meriah.

"Dia memang seorang gamer yang akut. Aah, ngomong-ngomong, siapa namamu?" Tanya Pria itu.

Dalam permainan yang mengejar realitas ini, tentu saja Tree of Mana menyembunyikan sebagian besar dari informasi pemain.

Bahkan hampir tak ada cara untuk membedakan antara pemain dan juga NPC, karena mereka memiliki perilaku yang tak jauh berbeda. Begitupula dengan sistem dalam dunia game ini.

Tentu saja. Termasuk nama.

Berbeda dengan sebagian game MMORPG yang memajang nama pemain di atas kepala mereka, Tree of Mana tak melakukannya.

"Nero, kau bisa memanggilku Nero."

"Nero ya.... Senang berkenalan denganmu. Namaku Felix." Balas Pria dengan pedang besar itu.

Ia kemudian memperkenalkan beberapa anggota kelompoknya.

"Pria dengan perisai itu bernama Grunt. Sedangkan penyembuh kita yang cantik itu bernama Vinia. Pria dengan busur itu bernama Ronald. Sedangkan satu lagi gadis yang juga membawa busur itu bernama June."

Setelah perkenalan singkat, mereka semua mulai membaur satu sama lain. Menceritakan berbagai hal yang telah dialaminya selama bermain Tree of Mana ini.

Tentunya sambil berjalan keluar kota ini menuju ke arah Hutan di sisi Timur.

......***......

Beberapa jam telah berlalu. Kini akhirnya kelompok beranggotakan enam orang itu telah sampai di hutan. Mulai melakukan perburuan dengan cukup serius.

'Grooaarr!'

"June! Tembak!" Ucap Grunt sambil menahan serangan dari seekor babi hutan itu.

"Aku berusaha!"

'Syuutt!'

Panah melesat dari busur milik June. Tapi sayangnya....

'Swuusshh!'

Tembakan panah itu meleset dan tidak mengenai targetnya sama sekali. Tapi di sisi lain, Felix yang membawa pedang besarnya segera mengayunkannya ke arah babi hutan itu.

'Sraaasshh!'

Tebasan nya cukup kuat. Tapi serangannya terlalu dangkal dan tak mengenai organ penting dari babi hutan itu.

'Braakk!'

Pertahanan dari Grunt tak dapat bertahan lebih lama lagi. Ia pun terdorong dan terlempar jatuh ke tanah.

"Heal...." Ucap Vinia sambil mengarahkan tongkatnya ke arah Grunt. Cahaya hijau yang indah nampak sedikit menyelimuti tubuhnya.

Dengan skill penyembuh tingkat rendah itu, Vinia berhasil menyembuhkan 21 HP milik Grunt. Jumlah yang tak terlalu banyak, tapi cukup membantu.

"Terimakasih, Vinia!"

Di bagian belakang, Nero hanya berdiri dalam diam sambil memegang kedua pisaunya di kedua tangannya.

Ia nampak memperhatikan semua pertarungan ini dengan seksama. Dan di dalam kepalanya....

'Masih dengan realisme yang tinggi. Bahkan darah terus menerus bercucuran dari tiap luka di kedua belah pihak. Lalu melihat ekspresi dari Grunt.... Apakah rasa sakit benar-benar ada di dunia game yang seharusnya hanya untuk bermain ini?'

Dengan pemikiran itu, Nero mengarahkan salah satu pisaunya untuk menggores lengannya sendiri.

'Sreess!'

...[Anda telah menerima 3 damage!]...

Notifikasi itu muncul di hadapannya. Dan bersamaan dengan itu....

'Cih! Yang benar saja?! Seberapa jauh para developer ini mengejar realisme dunia ini? Bukankah ini hampir setara dengan rasa teriris di dunia nyata? Atau setidaknya.... Setengahnya?!'

Dengan pemikiran itu, senyuman yang lebar menghiasi wajah Nero. Ia tak menyangka bahwa permainan RPG yang selalu dibencinya....

Akan menjadi semenarik ini.

"Nero!" Teriak Felix di depan.

"Ya, aku tahu."

Setelah balasan singkat itu, Nero segera berlari dengan cepat. Mulai untuk membiasakan dirinya, dan bersiap untuk merasakan pertarungan pertamanya.

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

kalau mau tahu rasa sakit cobalah sekali-kali tersandung jangan mengiris tangan melulu

2022-12-25

0

zuyoka

zuyoka

ehey cepet juga beradaptasi nya

2022-06-04

1

♨️ C A H 💧 A N G O N ♨️

♨️ C A H 💧 A N G O N ♨️

i am the odd

2022-05-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!