Chapter 8 - Perampokan

"Kau pikir kami akan menyerahkannya begitu saja?!" Teriak Felix dengan keras.

Seluruh anggota kelompoknya pun terlihat sependapat dengan Felix. Tapi sayangnya, hal itu hanya membuat kelompok perampok itu semakin bersemangat.

"Buahahah! Ini baru namanya perampokan! Kalian semua! Habisi mereka!" Teriak Pria berambut merah itu sambil mengayunkan kapaknya.

Dengan segera, pertarungan di tengah hutan ini pun dimulai.

Ketiga pemanah yang berada di atas pohon segera menembakkan anak panah mereka.

Target mereka sangat jelas dan memang cukup beralasan, yaitu Vinia yang terlihat jelas merupakan seorang penyembuh.

'Syuutt! Syuutt!'

Ketiga anak panah itu melesat dengan cepat. Tapi Grunt yang melihatnya segera melindungi Vinia dengan perisainya.

'Klaangg!'

Anak panah itu tak mampu untuk menembus pertahanan dari perisai Grunt.

Merasa cukup senang karena berhasil melindungi seseorang, Grunt nampak tersenyum puas sambil sedikit menurunkan perisainya untuk melihat keadaan di depan.

Akan tetapi....

'Swuuusshh!'

Sebuah tebasan kapak besar milik Pria berambut merah itu segera melesat ke arah leher Grunt. Memenggalnya seketika.

'Bruukk!'

Kepalanya yang terpenggal itu jatuh dan menggelinding di tanah selama beberapa saat. Meneteskan cukup banyak darah sebelum akhirnya menjadi pecahan kaca dan menghilang.

Bersamaan dengan hilangnya tubuh Grunt, sebagian dari Itemnya pun nampak terjatuh dan tertinggal di tanah. Yaitu 2 koin emas dan puluhan koin perak, serta sebuah perisai.

"Fuuuhh! Hasil yang cukup bagus hari ini! Bukankah begitu, Nona cantik?" Ujar Pria berambut merah itu di hadapan Vinia.

"Tidak.... Tidaaakkk!!!"

Vinia mulai berteriak karena baru pertama kali melihat kengerian itu dihadapannya.

Melihat kematian monster dan hewan mungkin sudah biasa. Tapi melihat kepala orang lain terpenggal dan menyemburkan darah tepat dihadapannya? Bahkan hingga mengotori pakaiannya?

Tentu saja itu adalah pengalaman pertamanya sekaligus yang terburuk hingga hari ini.

Tak memberi sedikitpun kesempatan, Pria berambut merah itu segera mengayunkan kembali kapak besarnya dan kini.... Memenggal kepala Vinia dengan begitu mudahnya.

"Vinia! Grunt!" Teriak Felix di garis depan yang sedang berhadapan dengan dua orang pendekar pedang.

Ronald dan juga June yang berada di garis tengah nampak kebingungan.

Mereka berdua saat ini masing-masing sedang berhadapan dengan seorang petarung jarak dekat. Dimana salah satunya membawa kapak satu tangan yang cukup kecil, sedangkan satunya lagi membawa pedang dan perisai.

"Sialan! Felix! Bantu kami! Kami tak bisa menembakkan panah dengan situasi seperti ini!" Teriak Ronald.

"Kau pikir aku sedang senggang?!" Balas Felix smab mengayunkan pedang besarnya itu.

Setelah pertarungan satu lawan dua yang cukup sengit, Felix berhasil memperoleh celah yang dibuat dari lawannya. Menebas bagian dada salah satu dari mereka secara langsung.

'Zraaassshh!'

Tebasan yang kuat itu belum cukup untuk membunuhnya, akan tetapi lukanya yang cukup lebar membuat lawannya menderita efek Debuff [Bleeding] yang membuatnya terus kehilangan HP setiap detiknya.

Setelah beberapa detik berlalu, salah satu dari dua lawan Felix pun mati karena kehabisan darah.

Merasa bahwa situasi sedikit lebih baik, Felix berpikir bahwa kelompoknya mungkin memiliki kesempatan untuk menang.

"Semuanya! Bertahanlah! Aku yakin kita bisa...."

Tapi saat Ia menolehkan pandangannya ke arah belakang, apa yang dilihatnya hanyalah sebuah keputusasaan.

"Kuggh.... Felix.... Maafkan aku...." Ucap Ronald yang telah tertusuk oleh pedang dari punggungnya itu.

Di sisi lain, kepala June yang terpenggal itu telah diangkat oleh Pria berambut merah itu sebelum akhirnya dilemparkan ke arah Felix.

Felix yang secara refleks menangkap kepala dari salah satu rekannya itu hanya bisa merasa mual.

Baru beberapa detik kemudian, kepala itu pun berubah menjadi kaca dan pecah seperti animasi kematian monster.

Saat ini, tatapan Felix hanya diisi dengan kekosongan. Ia tak menyangka bahwa kelompoknya akan dibantai seperti ini.

Terlebih lagi....

...'Nero.... Maafkan aku karena melibatkan mu dalam masalah ini....' Pikir Felix dalam hatinya....

Pemikiran itu didasarkan atas fakta bahwa dirinya tak bisa menemukan sosok Nero dimanapun. Yang mana Nero berarti sudah lama dibunuh oleh mereka.

"Buahahaha! Lihatlah wajahmu itu! Sungguh menjijikkan!" Teriak Pria berambut merah itu sambil tertawa puas.

Begitu juga dengan ketiga bawahannya yang masih hidup itu. Mereka nampak mulai menertawakan sosok Felix yang telah kehilangan semangat bertarungnya itu.

"Ada apa?! Katakan sesuatu, oi! Apa barusan tadi? Seingatku aku telah bilang.... Serahkan barang kalian, dan aku akan mengampuni nyawa kalian bukan? Sekarang lihatlah! Karena pilihan bodohmu itu, kau membuat semua anggota kelompokmu mati!" Teriak Pria berambut merah itu dengan keras.

Mendengar perkataan itu, Felix hanya bisa semakin merasa kesal. Dan juga menyesal.

Bagaimana tidak?

Kematian di dunia ini tak hanya menjatuhkan sebagian barang yang ada di dalam Inventory pemain. Tapi juga memperoleh restriksi Log In dalam waktu yang cukup lama.

Untuk Felix dan kelompoknya karena tak pernah melakukan kejahatan, mereka akan memperoleh restriksi Log In selama 3 hari. Termasuk pengurangan 1 level.

Terkesan cukup singkat dan tak begitu mengerikan.

Tapi untuk sebuah permainan VRMMORPG yang baru saja berada dalam Minggu pertama rilis....

Itu adalah sebuah hukuman terberat yang bisa diperoleh seorang pemain dalam permainan ini. Bahkan melebihi kehilangan item dan uang di Inventory.

Meski begitu....

"Bunuh saja aku." Ucap Felix dengan tatapan yang terpaku ke tanah.

"Hah? Apa kau bilang?" Tanya Pria berambut merah itu.

"Kau tuli? Ku bilang bunuh saja aku!" Balas Felix yang kini menatap tajam ke arah Pria berambut merah itu.

Merasa diremehkan, Ia pun akhirnya memutuskan untuk mengangkat kapak besarnya. Mengarahkannya tepat ke arah leher dari Felix.

"Kalau begitu.... Matilah!" Teriak Pria berambut merah itu sambil mengayunkan kapak besarnya.

'Zraaassh!'

Kapak itu pun memenggal kepala Felix seperti sebuah pisau yang memotong mentega. Tak ada kesulitan sama sekali.

Dan akhirnya, anggota terakhir dari kelompok Felix pun mati. Menyisakan semua item yang tergeletak di tanah itu.

"Fuuuh.... Merepotkan sekali. Tak ku sangka mereka cukup kuat untuk melawan." Ucap Pria berambut merah itu sambil memunguti item yang ada di tanah.

"Kau benar, Bos. Bahkan pria dengan pedang besar itu mampu membunuh Roy dengan satu tebasan." Ujar bawahannya.

"Begitu kah?" Tanya Pria berambut merah itu kembali sambil memandangi pedang besar yang kini tergeletak di tanah itu.

Mereka berempat pun kembali memunguti semua item yang ada di tanah. Memasukkannya dalam Inventory mereka satu per satu.

Tapi setelah beberapa saat....

Ketua dari kelompok perampok ini merasa ada sesuatu yang janggal.

"Tunggu dulu, kenapa para pemanah tak membantu sedari tadi?" Tanya Pria berambut merah itu.

"Eh? Benar juga. Sialan, aku takkan membagikan Loot ini kepada mereka. Kau setuju kan, Brandy? Ah, maksudku bos." Ujar pria lainnya.

"Tunggu, tadi bagaimana kalian membunuh pengguna pisau itu?" Tanya Pria berambut merah yang memiliki nama Brandy itu.

Tapi balasan dari ketiga bawahannya itu....

"Hah? Pengguna pisau? Yang mana?"

Tepat di saat kecurigaan Brandy mulai tumbuh....

'Syuuttt!!!'

Sebuah anak panah mengenai tepat di punggung Brandy. Notifikasi yang cukup mengerikan pun muncul di hadapannya.

...[Serangan mengenai titik vital!]...

...[Anda telah menerima 48 damage!]...

Dengan penuh rasa terkejut, keempat orang itu pun segera menoleh. Mencari arah dari tembakan itu.

"Serius, apa yang mereka lakukan?" Ujar salah seorang Pria.

Tapi suara yang tak begitu mereka kenali nampak terdengar dari dalam hutan itu.

"Sialan, meleset ya? Padahal aku sudah mengincar kepalanya dengan cukup baik."

Pada saat itulah, semua tanda tanya yang ada di dalam kepala Brandy mulai menjadi masuk akal. Mulai dari tidak adanya bantuan dari pemanah, hingga pria bersenjatakan pisau yang menghilang secara misterius itu.

Dan jawabannya....

'Syuuttt!'

Kali ini, tembakan panah kedua mengenai bagian dada dari salah satu bawahan Brandy.

Karena HPnya yang mulai menipis berkat pertarungan tadi, Pria itu pun mati seketika. Dan sebuah teriakan dengan suara yang sama kembali terdengar.

"Sialan! Meleset lagi?!"

Tanpa mengetahui arah dan posisi pemanah itu, kini peran mereka pun berbalik 180 derajat.

Dari seorang pemburu....

Menjadi mangsa.

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

saatnya Nero balas dendam

2022-12-25

0

zuyoka

zuyoka

siapa lagi klu bukan nero!!! yeaaay!!!

2022-06-07

1

♨️ C A H 💧 A N G O N ♨️

♨️ C A H 💧 A N G O N ♨️

badaaasssss

2022-05-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!