Chapter 2 - Bertahan Hidup

Endra melakukan rehabilitasi untuk mengembalikan otot dan gerakannya seperti semula. Begitu juga dengan kedua tulang di kakinya yang sebelumnya patah serta tangan kirinya itu.

Berkat bantuan dari dokter Andi, rehabilitasinya berjalan dengan cukup lancar. Hingga akhirnya, setelah 2 Minggu menjalani rehabilitasi, Endra pun diperbolehkan untuk meninggalkan rumah sakit.

Tapi sebelum itu....

'Kreeek....'

Endra membuka sebuah pintu di salah satu ruang rumah sakit itu. Di dalamnya hanya terdapat satu ranjang dan juga satu pasien.

Sebuah nama terpampang dengan jelas di sisi ranjangnya. Lily Septiani.

Endra terlihat mengambil sebuah kursi dan duduk di samping ranjang itu. Memperhatikan kondisi adiknya yang hanya bisa terbaring. Kehilangan kesadarannya hingga saat ini.

Dengan tangan kanannya, Endra membelai lembut rambut hitam panjang adiknya itu. Sesekali membersihkan wajahnya dari debu sekecil apapun.

"Dokter Andi bilang, kau menderita luka yang cukup fatal di bagian otak belakang serta sedikit tulang belakangmu. Meskipun bisa bangun dari koma, kau mungkin akan lumpuh." Ucap Endra sambil terus membelai rambut adiknya itu.

Setiap kali Ia melihatnya, Endra tak mampu menahan air matanya untuk mengalir. Sosok adiknya yang selalu mengganggunya itu terus terlintas di kepalanya.

Mengingatkan seberapa dekat mereka sebenarnya.

"Hahaha.... Bukankah itu tak masuk akal? Bahkan aku masih harus menanggung hutang 600 juta lebih...." Ucap Endra sambil tertawa sekaligus menangis.

Tapi tak ada orang lain yang akan mengganggunya di sini. Tak ada gunanya untuk menyembunyikan emosinya.

Setelah beberapa puluh menit terus mencurahkan isi hatinya kepada adiknya yang sedang dalam koma itu, Endra pun bangkit dari duduknya.

Mendekatkan wajahnya ke arah kening Lily secara perlahan dan menciumnya.

"Tunggu kakak payahmu ini untuk membereskan semuanya. Menurut dokter Andi, tak mustahil untuk memulihkan dirimu dengan teknologi saat ini. Tapi biayanya kau pasti tahu sendiri...."

Itu benar.

Saat ini adalah tahun 2070.

Ketika dunia sedang berlomba-lomba dalam terus mengembangkan teknologi yang maju. Begitu pula dalam hal kesehatan.

Menyembuhkan orang yang sepenuhnya lumpuh bukan lagi masalah bisa atau tidak, melainkan permasalahan memiliki uang atau tidak.

Oleh karena itu....

"Sampai jumpa lagi, Lily. Kakak harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan medismu." Ucap Endra sambil segera pergi meninggalkan ruangan itu.

Tanpa adanya satu pun balasan.

Hanya kesunyian yang mengembalikan perkataannya dalam gema.

......***......

...- Tahun 2070, Bulan Juli -...

"Selamat datang di Doinmart, selamat belanja...." Ucap Endra dengan nada yang sama seperti biasanya.

Untuk mengumpulkan uang, saat ini Ia bekerja di sebuah minimarket di siang hari, dan bekerja sebagai pelayan restoran di malam hari.

Ketrampilannya yang luarbiasa untuk beradaptasi membuatnya mudah untuk membaur. Membuat hasil kerjanya selalu diapresiasi.

Akan tetapi....

"Terimakasih, datang kembali." Ucap Endra ketika baru saja menyelesaikan transaksi dengan pelanggannya.

"Hey, kau lihat lengan orang itu?"

"Kau benar, menjijikkan bukan? Hahaha."

Apa yang dimaksud kedua gadis SMA itu adalah bekas luka bakar di kedua lengan bagian atas Endra.

Meskipun dokter Andi mengatakan bahwa lukanya akan memudar seiring waktu, tapi bekas luka bakar itu masih terlihat cukup jelas dengan pola dan warna yang jauh lebih gelap daripada kulit aslinya.

Endra hanya mengabaikan komentar itu karena sudah merupakan makanan sehari-hari baginya. Itulah mengapa saat Ia bekerja sebagai pelayan, Ia diminta untuk mengenakan baju lengan panjang dan sarung tangan untuk menutupi bekas lukanya.

Tentu tak banyak orang yang akan masih memiliki nafsu makan di restoran setelah melihat hal itu.

Kemudian tiap akhir bulannya....

"Hanya segini? Nak, kau tahu apa yang kau bayarkan jauh lebih rendah daripada bunganya kan?" Ucap seorang pegawai bank dengan kacamata itu.

"Tapi aku hanya memiliki sebanyak ini...." Balas Endra sambil terus menundukkan kepalanya.

"Hah, itu sebenarnya bukan urusanku. Tapi jika ini terus berlanjut, sekitar 5 tahun lagi hutangmu bisa menjadi 2 milyar atau lebih. Bagaimana dengan keluargamu?"

Berbeda dari pegawai yang biasanya, Ia baru saja menangani Endra kali ini.

Dan jawabannya cukup singkat.

"Sudah mati. Hanya tersisa adikku di rumah sakit. Kalau begitu permisi."

Endra dengan cepat kemudian berdiri dari tempat duduknya sambil mengambil slip bukti pembayaran sebesar 1.5 juta itu.

Meninggalkan Bank ini dengan perasaan kesal yang sama seperti biasanya.

"Bodoh, apa yang kau katakan? Anak itu adalah salah satu penyintas dari kecelakaan itu kau tahu?" Ucap pegawai bank yang lain sambil menatap pria berkacamata itu dengan tajam.

"Eh?! Benarkah? Tunggu! Maafkan aku! Aku tidak bermaksud.... Ah, dia sudah pergi."

Sebelum teriakannya tersampaikan, Endra telah lama meninggalkan Bank itu.

'Sialan.... Tak bisa terus seperti ini, apa yang sebaiknya ku lakukan?!' Keluh Endra dalam hatinya.

Ia sejujurnya ingin memperoleh pekerjaan yang lebih baik.

Tapi mengingat Ia bahkan berhenti bersekolah di SMA demi pekerjaannya, Ia seharusnya sudah cukup bersyukur karena bisa memperoleh pekerjaan hanya dengan ijazah SMP.

Akan tetapi, tetap saja pendapatannya sangatlah kurang. Ia perlu melakukan sesuatu yang baru.

Pada saat Ia sedang berjalan di kota Semarang yang begitu padat itu, beberapa iklan nampak di tampilkan di sebuah gedung besar.

...[Memperingati Anniversary pertama VRMMORPG pertama di dunia ini!]...

...[Relife akan memberikan diskon besar untuk setiap pembelian kapsul dan juga penyewaan di kantor resmi!]...

...[Daftar dan hasilkan uang sekarang!]...

'Cih, VRMMORPG sampah itu? Aku yakin saat ini dunia itu sudah dikuasai oleh para pemain dan guild terkuat.' Pikir Endra dalam hatinya.

Pikirannya kemudian kembali berputar. Hal terbaik yang dikuasainya adalah untuk bermain game.

Tapi saat ini, Ia bahkan tak memiliki peralatan yang cukup untuk melakukannya.

Peluangnya sendiri cukup besar. Dengan menaikkan rank akun seseorang, membantu mereka memenangkan pertandingan, mengikuti turnamen, atau bahkan hanya melakukan vlogging mengenai permainannya.

Endra bisa melakukannya. Dan uang yang diperolehnya juga pasti akan lebih baik daripada pekerjaannya saat ini.

Atau setidaknya....

Membantunya memperoleh sedikit lebih banyak uang. Dan karena itulah, Endra telah memutuskannya pada saat itu.

Ia akan berhenti membayar dalam jumlah yang besar ke Bank. Cukup jumlah minimum agar Ia tak diburu. Sedangkan sisanya adalah untuk ditabung demi membeli peralatan yang dibutuhkannya.

Untuk kembali melakukan apa yang disukai dan juga dikuasainya.

Yaitu menjadi seorang gamer akut yang hanya mengandalkan dirinya sendiri.

"Ah, sial. Aku terlambat untuk shift siang ini." Ujar Endra sambil segera berlari setelah melihat angka jam di televisi iklan besar itu.

Sebuah televisi yang sedari tadi terus menerus memamerkan mengenai dunia permainan VRMMORPG yang begitu luas dan juga indah.

Dengan berbagai kemungkinan di dalamnya.

Tapi sayangnya, Endra tahu. Entah dapat memprediksi masa depan atau karena memahami pola dari sebuah game MMORPG yang sudah berusia lebih dari 1 tahun.

Sebuah fakta dimana dunia permainan itu, kedepannya akan dikuasai oleh beberapa pemain dan guild terkuat saja.

Dan sebuah fakta....

Bahwa dunia itu akan diakhiri oleh satu orang pemain.

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

kayaknya satu dunia dengan Erick ya

2022-12-25

0

zuyoka

zuyoka

ini..., masih terhubung dengan eric?

2022-06-01

1

zuyoka

zuyoka

makanya pak, punya mulut tuh dijaga, beli gembok klu perlu :v

2022-06-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!