Chapter 20 : Rogue!

Zielle memiliki wajah gelap sejak kembali ke istana yang disediakan Nycterida untuknya menginap. Ia sangat kesal ketika sampai di kamar sampai sangat ingin berteriak mengatakan bahwa Vince adalah bajingan.

Bagaimana bisa pria itu melakukan hal 'itu' tanpa persetujuannya? Ia sangat ingin mencabik-cabik dan membuang pria itu ke sungai. Andai ia bisa menyeimbangi Vince dalam hal kekuatan, ia sudah membuang pria itu sejak di akademi.

"Tuan Putri ...." Vany tergesa-gesa masuk ke kamar Zielle yang tengah frustrasi dan menahan emosi yang memberudak.

Zielle tidak memperhatikan kedatangan Vany, ia hanya diam selagi Vany mendekatinya dan menggigit bibir ketika melihat betapa frustrasi Zielle. Ia pun menghampiri hendak bertanya.

"Tuan Putri, telah terjadi sesuatu?"

"Jangan bertanya. Kurasa aku akan menjadi gila sebentar lagi."

Vany diam untuk beberapa saat. Siang-siang seperti ini seharusnya Zielle tidur karena nanti malam masih ada acara. Tapi Zielle justru telihat menyedihkan tanpa ada niat istirahat.

"Tuan Putri, Anda tidak kembali sejak kemarin, Vany khawatir. Kesatria Ken bilang, Tuan Putri bersama Pangeran selama dua hari ini semenjak pesta itu."

"Dua hari?" Zielle menatapnya bingung. Bukannya ia hilang hanya semalaman? Bagaimana bisa jadi dua hari?

Vany mengangguk polos. "Di malam pesta, Pangeran Vince membawa Tuan Putri yang sakit. Vany dilarang memberitahu, hanya bisa memberi alasan pada Raja dan Ratu bahwa Tuan Putri sedang tidak enak badan dan tidak ingin dikunjungi. Sudah dua malam Tuan Putri tidak sadarkan diri, apa Tuan Putri tidak tahu?"

"Dua malam?"

Zielle merasa ada yang tidak beres. Jika ia tidak sadarkan diri selama itu seperti yang dikatakan Vany, bukankah Vince telah menipunya bahwa baru semalam ia dan Vince ....

"Siapa yang menggantikanku pakaian?" Otak Zielle mulai berselancar lebih cepat. Emosinya tidak stabil berharap dugaannya benar bahwa Vince menipunya habis-habisan.

"Vany yang menggantinya. Pangeran memberi Vany gaun tidur untuk menggantikan pakaian Tuan Putri. Gaun yang dipakai Tuan Putri saat itu kotor dan berdarah, akan bau jika dibiarkan."

Zielle merasa benar-benar telah tertipu. Wajahnya menggelap dan ia mengutuk pria itu agar mengalami sial berturut-turut. Sepertinya ia paham sekarang. Vince menipunya untuk mengalihkan topik mengenai hilangnya lencana. Karena semua ini ada dalam kendali Vince, ia yakin lencana ada pada Vince.

Zielle ingat sekali bahwa lencana itu ada padanya ketika muntah darah malam itu. Saat itu ia berpikir untuk menyerah dan mengembalikan lencana, tapi Vince menahannya. Ia semakin yakin Vince telah mengambil kesempatan itu dan menipunya sekaligus.

Ia berdiri tegak membuat Vany agak bingung. Kemudian pandangan Zielle terarah pada Vany. "Gantikan aku pakaian yang lebih baik. Aku tidak suka gaun ini."

Vany langsung mempersiapkan segalanya sesuai perintah. Ia pikir Zielle merindukan air hangat karena tertidur selama dua hari. Jadi dia melakukan segalanya dengan baik sampai pemandian selesai dan Zielle mengenakan pakaian yang lebih modern dengan warna dominan maroon.

Ia pergi ke Istana Pangeran sendirian karena Vany tidak bisa berjalan di bawah sinar matahari. Dengan penuh rasa kesal, ia masuk ke dalam Istana melalui banyak penjaga tanpa hambatan. Kabar mengenai Putri Zielle yang menginap di kamar Pangeran tersebar membuat mereka tidak memiliki niat menghalangi Zielle.

Zielle masuk ke ruangan Vince setelah penjaga membukakan pintu. Di sana, ada Vince yang tengah duduk santai dengan segelas darah hewan yang masih utuh di meja sedangkan ia membaca buku seolah tidak menyadari kehadiran Zielle.

Melihat sikap pria itu yang tidak peduli akan kehadirannya, Zielle berkacak pinggang. Ia harus mendapatkan kembali lencana Alonios agar kepemimpinannya tidak diambil alih. Ia terlalu ceroboh berpikir itu akan aman di kantungnya.

"Bisa kau jelaskan mengapa kau mencurinya?" Zielle tidak ingin banyak basa-basi apalagi mengungkit kebodohan bahwa ia telah tertipu oleh pria sialan ini.

Vince tidak menutup buku, dia menjawab tak acuh tanpa memandang Zielle, "Jelaskan maksud kedatanganmu."

"Lencana Alonios ada padamu, 'kan?"

"Kau terlambat menyadarinya." Vince bicara dengan nada mengejek. Ia masih tidak menutup buku membuat Zielle sangat kesal.

"Baiklah, aku yang salah," ucap Zielle menghela napas perlahan berusaha sabar. "Aku butuh alasan mengapa kau menginginkannya."

Vince meliriknya sekilas. "Kau tidak berpikir aku telah menipumu, 'kan?"

Zielle berusaha sangat sabar dan menekan emosinya. "Vince—"

Vince menyela, "Kau merasakannya sendiri."

"Jangan mengatakan hal ambigu seolah hal itu benar-benar terjadi. Aku sudah tahu segalanya, kau menipuku. Cepat kembalikan milikku."

"Kau menikmati darahku, anggap lencana itu sebagai bayaran."

Zielle memutar bola mata atas alasan yang Vince buat. "Kau bisa meminta apa pun selain itu."

Vince menatap Zielle dengan alis terangkat. "Apa pun? Jika aku meminta kau menyerahkan tubuhmu padaku, kau akan mengabulkannya?"

Zielle melotot merasa darahnya akan naik saat itu juga. Kenapa ia harus dihadapkan dengan Vampir penuh kesialan yang terus mengutuk harinya? "Aku memiliki kesabaranku sendiri."

"Aku juga."

"Apa yang kau inginkan sebenarnya? Kita bertunangan, posisimu sebagai penerus tahta semakin kuat. Kau mempersulit seseorang hanya demi keuntunganmu sendiri."

Vince menutup bukunya dan beranjak dari kursi. Ia mendekati Zielle kemudian berdiri di hadapannya dengan raut serius, berbeda dari sebelumnya. "Kau ingin jawaban?"

"Aku ingin alasan."

"Kau tidak berpikir kenapa aku membiarkanmu tetap hidup?" tanya Vince.

"Jika aku mati di kerajaanmu, aku tidak yakin Alonios dan Nycterida akan membaik meski hubungan kedua Raja cukup baik. Selalu ada alasan mengapa seorang Raja harus memiliki hubungan baik dengan Raja lainnya."

"Kau tidak sepenuhnya salah, tapi itu adalah urusan Raja. Menurutku, kematianmu akan melemahkan kekuatan Alonios. Meski Raja berhubungan baik dengan Raja Alonios, tapi tidak denganku."

Zielle menatapnya penuh selidik. Baru saja Vince mengatakan bahwa pendapatnya berbeda dari Raja. Kemungkinan bila Alonios gugur, Vince akan mengambil alih dan menjadi Raja lebih cepat lalu menaklukan Alonios. Bukankah itu akan membuatnya maju lebih cepat bila Zielle mati? Kenapa dia justru membiarkan Zielle hidup dengan darahnya?

"Kau berniat menyerang Alonios? Kenapa kau memberitahuku? Kenapa tidak membiarkanku mati padahal kau memiliki kesempatan itu?" Meski Zielle menebak niat Vince, ia masih tidak tahu apa yang dipikirkan pria itu.

"Mungkin kau akan lebih berguna jika hidup."

Zielle tersenyum masam. "Bagaimana jika aku tidak setuju?"

"Kau tidak akan melakukannya."

"Kenapa aku tidak bisa?"

"Lencana kekuasaan Alonios ada padaku, maka kekuatanmu ada padaku."

Vince telah menegaskan bahwa Alonios ada di genggamannya, itu berarti sama saja mengancam Zielle untuk tidak melakukan tindakan berbalik yang dapat merugikannya. Zielle tidak habis pikir, Vince bisa jauh lebih kejam dan licik di saat bersamaan. "Kau sedang mengancam? Aku bukan seseorang yang mudah akan ancaman."

"Itu bukan ancaman. Aku hanya mengingatkan."

Zielle tidak memiliki kalimat lain yang ingin dilontarkan. Karena ia kalah untuk saat ini, ia pergi dari ruangan tersebut. Namun, bukan berarti ia sepenuhnya kalah dari Vince. Ia memiliki rencananya sendiri untuk tetap berada di tempat aman dan mendapatkan Alonios kembali secara bersamaan.

Tapi begitu Zielle berada di luar Istana milik Vince, ia menghentikan langkah dan melihat ke arah jendela di mana ruangan Vince berada. Tiba-tiba saja ia teringat sesuatu yang mengganjal.

Mengenai racun Hybrid yang meracuninya dua hari yang lalu, bagaimana darah Vince bisa menawarkan racun Hybrid?

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Kerajaan Rockwell begitu sepi di malam yang sunyi. Sebuah mobil melintas lalu berhenti di depan Istana yang disambut oleh beberapa pelayan dan kesatria.

Sepasang adik-kakak keluar dari mobil dari dua sisi pintu. Mereka berjalan agak cepat ke dalam istana seolah terburu-buru diiringi oleh para pelayan.

Kerajaan Rockwell diambang krisis. Charling dan Violetta harus kembali ke kerajaan untuk hal mendesak sehingga membuat mereka sangat terburu-buru.

Begitu sampai di depan kursi kebesaran Sang Raja, mereka berdua membungkuk memberi penghormatan.

"Terima hormat kami, Yang Mulia."

Mereka membungkuk bersamaan dan berdiri tegak setelah Sang Raja menerima hormat mereka. Vampland menjadi kacau belakangan ini, dan itu berdampak langsung pada Rockwell yang berposisikan di wilayah pesisir utara yang berdekatan dengan wilayah Penyihir Darah.

"Kalian sudah mengetahui beritanya, Kerajaan Rockwell mengalami serangan mendadak dari musuh sehingga menyebabkan kerusakan besar pada pondasi kerajaan. Ditambah .... Ketika Nycterida mengutus pasukan untuk membantu, aku mendapat berita terkait hubungan pernikahan politik yang terjadi antara Nycterida dan Alonios." Kemudian Raja melihat ke arah putranya. "Kau tahu maksudku, apa yang akan terjadi setelahnya."

Charling menjadi sangat serius saat ini. Begitu ia mendengar mengenai aliansi antara Alonios dan Nycterida, ia telah menebak bahwa kedua Kerajaan saat ini menjadi sulit ditembus. Bahkan Rockwell yang berada di 10 kerajaan terbesar tidak bisa meraihnya dengan mudah.

Charling telah lama berperang melawan Vince dan kini musuhnya telah mengungguli dengan cara menarik Alonios di pihaknya. Itu masalah yang rumit bila ingin mengendalikan keseluruhan Vampland.

Berbeda dari apa yang dipikirkan Charling, Violetta tidak pernah bersaing dengan Vince, melainkan ingin berdiri di sisinya. Ia mencengkram tinju mendengar aliansi pernikahan politik tersebut yang menyatakan bahwa segala usahanya sia-sia.

Padahal hari ini ia berniat memaksa ayahnya menggunakan pernikahan politik dengan Nycterida agar segalanya menjadi mudah sekaligus membantu Rockwell berada di puncak. Tapi semua itu sirna lebih cepat.

Pandangan Charling terarah pada Violetta yang sejak tadi hanya diam dengan pandangan dingin. Ia tahu apa yang adiknya pikirkan membuatnya sangat kesal.

"Tidak ada yang perlu disayangkan, aku akan membereskan segalanya. Ayah, bukankah dengan ini akan mudah bagi kita menarik Kerajaan Elodia?" Charling memberi solusi. Nycterida dan Elodia selalu berselisih selama ratusan tahu sedangkan Elodia memiliki hubunhan erat dengan Wizarland. Jika ia bisa menarik Elodia di pihaknya, maka aliansi antara Nycterida dan Alonios bukan apa-apa.

"Aku akan menunggu hari itu."

"Ayah, boleh aku memberi saran?"

Violetta tiba-tiba bicara. Ia tidak setuju dengan saran Charling yang ingin menjadikan Elodia di pihak Rockwell. Jika itu terjadi, maka dia harus berdamai dengan Artemis yang merupakan Putri tunggal Kerajaan Elodia. Sudah cukup Elodia di cap sebagai Kerajaan berdarah kotor oleh beberapa Vampir di Vampland.

Ketika Sang Raja memberinya celah untuk bicara, Violetta langsung bicara dengan lancar, "Akan lebih baik jika melakukan rencana pertama. Meski Nycterida dan Alonios telah bergabung untuk saat ini, aku tidak yakin akan bertahan lama. Vince selalu menjadi seseorang yang berbahaya. Bahkan aku yakin, Alonios tidak sepenuhnya percaya untuk benar-benar bergabung dengan Nycterida. Kalian mengerti maksudku."

Raja mengangguk-angguk paham sambil memikirkannya. Kedua saran anaknya memiliki resiko tersendiri bagi Rockwell. Tapi Vampir Pemburu dan Penyihir Darah jauh lebih kuat saat ini sehingga ia tidak bisa bertahan terlalu lama.

"Kalau begitu, aku ingin lihat bagaimana kalian melakukannya." Ia berpikir untuk menjalankan kedua rencana itu. Akan bagus bagi Rockwell bila kedua rencana berhasil. Jika hanya salah satu, maka Rockwell tidak akan mengalami banyak kerugian.

Setelah pertemuan itu, Violetta pergi ke kamarnya diiring oleh para pelayan. Pikirannya berkecamuk dan ia masih dilanda amarah akan rencana yang awalnya berjalan dengan mulus, kini terhambat. Ia hanya bisa menggunakan jalan samping dan menggunakan paksaan yang cukup kejam bila perlu.

Ketika sampai di depan kamar, ia mengusir semua pelayan karena ingin sendiri. Ia masuk ke dalam dengan wajah suram yang membuat semua orang di sisinya menunduk takut.

Tapi begitu memasuki kamar, ia dikejutkan oleh kehadiran seorang wanita pirang yang duduk di sofa dengan nyaman sambil memakan anggur di meja. Violetta tidak mengenalnya, ia begitu terkejut dan marah melihat seorang wanita seenaknya masuk ke kamarnya.

Ketika dilanda marah dan Violetta akan mengusir wanita itu secara kasar, wanita itu tiba-tiba menghilang dan menghantamnya begitu keras sampai membentur dinding. Wanita itu mencengkram leher Violetta hingga empunya merasa tersendat.

"Tuan Putri, apa Putri baik-baik saja?" Suara pelayan terdengar begitu khawatir dari luar. Suara benturannya begitu keras hingga semua orang khawatir, namun sayangnya pintu terkunci begitu ingin masuk ke ruangan.

Violetta ingin minta tolong, namun suaranya hilang karena cekikan dan ia terus meronta. Ia bahkan tidak bisa menggunakan kekuatannya seakan seluruh kekuatannya telah habis.

Wanita itu tersenyum lebar. "Kau baik-baik saja, 'kan? Pelayanmu sangat berisik."

Wanita itu melepas Violetta begitu kasar sampai jatuh. Ia terbatuk, berusaha merangkak ke pintu namun lengannya diinjak oleh wanita itu hingga ia mengerang kesakitan. Sayangnya suaranya hilang begitu menyedihkan.

"Aku akan berperilaku baik jika kau juga berperilaku baik," kata wanita misterius itu. Matanya merah penuh kegilaan menunjukkan ia sangat suka memperlakukan seseorang seperti ia memerlakukan Violetta. Apalagi dia adalah darah murni.

Violetta yang awalnya meronta mulai diam. Ia harus tenang agar wanita ini tidak menyiksanya. Suara ketukan pintu membuatnya teralih, karena wanita itu mengancamnya, ia hanya bisa mengikuti permainan berbahaya ini.

Ia pun sedikit berteriak memberitahu pelayannya, "Aku baik-baik saja."

Violetta merasa senang begitu sadar bahwa suaranya telah kembali. Injakan yang menyakiti tangan indahnya terlepas dan ia berdiri menghadap wanita itu dengan tatapan tajam serta waspada.

"Siapa kau?" tanyanya. "Kenapa kau menargetku?"

"Siapa aku tidak penting, tapi aku biasa dikenal sebagai Gretta."

Violetta ingat sekarang. Baru saja ia akan mengatakannya, wanita itu langsung menyela, "Terlalu pintar tidak akan menyelamatkanmu."

"Apa yang kau inginkan?" tanya Violetta. Ia mulai sangat berhati-hati begitu mengenai wanita itu yang masuk dalam daftar hitam seseorang yang paling berbahaya selain Vince dan Greyfend.

Gretta duduk di atas sofa dengan santai dan menyilangkan kedua kakinya. "Aku datang khusus menemuimu untuk sebuah tujuan," katanya kemudian menatap mata merah Violetta. "Kau ingin mendapatkannya? Lewellyn?"

"Aku pikir kau tidak akan peduli."

"Aku memang tidak peduli, tapi aku peduli pada rencanamu. Biar kuberitahu, kau mengatakan rencana konyol itu pada Raja, kau pikir telah mendapat kepercayaannya? Pada akhirnya, Charling yang akan menguasai segalanya. Kau hanya sebuah alat untuk perdamaian." Gretta tersenyum miring membuat siapa pun bergidik ngeri.

"Asal rencanaku berhasil—"

"Kau tidak akan berhasil, Tuan Putri," sela Gretta terkekeh. "Betapa bodoh dirimu menginginkan tahta Nycterida. Aku mengenal Lewellyn lebih baik, sama seperti kakakmu, dia menginginkan seluruh Vampland. Eugenie akan menjadi Ratu Vampland, dan kau akan menjadi Vampir gelandangan seperti di Dunia Manusia."

"Kau hanya bisa mengecoh seseorang, tidak bisa membantu. Aku tidak ingin bicara padamu." Violetta begitu kesal. Andai Gretta tidak jauh lebih kuat dari Vampir kebanyakan termasuk Vampir Murni, ia tidak akan repot-repot mendengar celotehannya.

"Aku bisa membantu, jika kau juga membantuku."

Violetta mengerutkan dahi. "Apa yang bisa kau lakukan?"

"Aku bisa menjadi siapa pun di dunia ini. Kenapa aku tidak bisa menjadi dirimu? Kau tahu, aku lebih mengenal Lewellyn dibanding siapa pun di dunia ini."

"Apa yang kau tahu? Apa lebih baik dariku?" Violetta tidak percaya. Ia bahkan baru pertama kali melihat Gretta, wanita itu juga tidak ada di akademi dan bertindak sebagai Vampir liar yang diburu. Kenapa dia harus percaya?

Namun Gretta tidak peduli apa yang Violetta pikirkan. Ia tetap memasang senyum dingin yang kini menjadi lebih misterius. "Aku tahu rahasia besar Lewellyn. Itulah alasan mengapa aku masih hidup di bawah bayangannya tanpa takut diketahui. Aku ada di mana-mana, meski Lewellyn tahu keberadaanku, dia tidak akan membunuhku. Dia cukup menghargaiku sebagai penyimpan kelemahan yang akan membuatnya hancur hanya dengan satu kata."

Violetta menjadi penasaran. Apa yang sebenarnya Gretta bicarakan? Ia pun menebak ketika terpikirkan sesuatu. "Apa menyangkut kematian ibunya?"

Gretta menatapnya geli. "Lebih dari itu."

Violetta semakin berpikir apa yang ia lewatkan. Tapi ia tidak bisa memikirkannya lagi hingga membuatnya menghela napas. Jika ingin berperang, maka harus mengenali musuh lebih baik. Tapi informasinya mengenai Vince jauh dari kata cukup.

"Gretta, kau mengatakan bisa membantuku, 'kan?"

"Cepat sekali berubah pikiran." Gretta berpura-pura terkejut.

"Kau tahu rahasianya, beritahu aku maka aku akan membantumu. Aku akan melakukan apa pun yang kau inginkan asal kau membantuku."

"Apa pun?" Gretta menaikkan sebelah alis.

"Ya."

"Kalau begitu, aku akan memberitahumu rahasianya sekarang, tapi setelahnya kau harus membantuku jika ingin aku membantumu lebih jauh." Gretta memberi syarat.

"Baik," lirih Violetta. Ia benar-benar diambang putus asa karena hal ini sehingga harus berkonklusi dengan Gretta. Ia harus terus berhati-hati kedepannya.

Gretta tersenyum puas. Ia membisikkan sesuatu di telinga Violetta membuat iris merahnya terbelalak. Violetta begitu terkejut nyaris tidak bisa berkata-kata, ia menatap Gretta tidak percaya.

"Tidak mungkin ...."

Gretta menyeringai. "Saatnya kau membantuku." Pada saat itulah ia menyayat lengan Violetta sehingga darah mengalir begitu banyak sampai menetes di lantai.

Violetta terkejut, tapi tidak bicara apa pun karena lagi-lagi ia tidak bisa bicara. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya ingin Gretta lakukan, tapi ia tahu bahwa Gretta menginginkan darahnya.

Gretta dengan santai menarik lengan berdarah Violetta hingga gadis itu kesakitan. Selanjutnya, ia merasa darahnya terhisap begitu cepat dan rasa sakit menjalar hingga tidak bisa melakukan pergerakan lain selain menahan dalam diam. Gretta menghisap darahnya begitu banyak, barulah teringat akan kekuatan Gretta yang mengerikan, ia mulai memucat dan sadar telah diperalat.

Ketika Gretta menarik kepalanya, wajahnya telah berubah menjadi sangat mirip dengan Violetta. Mulutnya penuh darah, dalam seketika seluruh bentuk fisiknya menyerupai Violetta hingga Violetta sendiri tercegang.

"Apa yang kau lakukan ..." lirihnya. Tiba-tiba tubuhnya melemas tidak bertenaga seolah seluruh darahnya telah habis hingga dengan mudah runtuh ke lantai.

Gretta menatapnya dengan seringaian. Ia pun berjongkok, melihat Violetta yang kini berubah menyedihkan. Wujudnya perlahan berubah menjadi kurus kering seolah tanpa daging sedangkan matanya terus menatap Gretta penuh amarah. Itu adalah kesukaannya.

"Aku akan menepati janjiku. Selamat tidur, Tuan Putri." Gretta mengusap wajah keriput Violetta sehingga matanya menutup.

Ia berdiri dengan perasaan gembira dan puas. Senyumnya yang tidak luntur begitu mengerikan. Hanya dalam sekejap, Rockwell menjadi miliknya.

"Vince Lewellyn, kau tidak akan menyangka aku hadir di depanmu secara langsung." Ia tertawa puas berpikir bagaimana ia mempermainkan keseluruhan kondisi dalam kendalinya. Ia akan bersenang-senang, dan melanjutkan rencananya.

Terpopuler

Comments

『Minecraft』

『Minecraft』

tahu= tahun

2022-06-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!