Chapter 17 : Unwanted Fiance

"Apa! Tunangan?!" Zielle terkejut setengah mati sehingga tidak bisa menahan rahang yang jatuh. Baru saja Zielle datang ke ruangan Raja, dia sudah mendapat kabar ini dari mulut ayahnya sendiri bahwa dia sudah dijodohkan dan akan ditunangkan dengan seseorang dari Kerajaan tetangga.

"Sayang, tidak perlu terkejut seperti itu." Ratu Guinevere menghampiri putrinya dan mengusap kedua lengannya.

"Ibu, aku masih 17 tahun." Zielle berusaha memelas.

"Kami tahu, itu sebabnya pernikahannya akan diselenggarakan tahun depan setelah kalian lulus." Ratu Guinevere masih berusaha menenangkan putrinya yang nyaris menjadi histeris.

"Kalian? Jadi, tunanganku masih sekolah juga." Zielle merasa sedikit beruntung karena dia tidak ditunangkan dengan orang yang jauh lebih tua seperti Raja atau Duke tua. Walaupun umur tidak penting di sini, semua wajah sama saja seperti umur di bawah 30.

"Kenapa? Kamu ingin yang sudah ratusan tahun?" Raja Filemon mengejek tapi bagi Zielle sama sekali tidak lucu.

Zielle menggeleng cepat dengan rasa frustrasi. "Kenapa harus ditunangkan? Bukankah aku akan tetap di Alonios dan memimpin sebagai Ratu?"

Ratu Guinevere menaikkan alis. "Cepat sekali kamu ingin menggantikan posisi ibumu."

Zielle semakin merasa serba salah. "Bukan begitu, Ibu. Aku hanya heran. Kau bilang aku Ratu masa depan, kerajaan mana lagi jika bukan kerajaan Alonios?" Kemudian Zielle terdiam sejenak memikirkan perkataannya sendiri. "Tunggu, kalian menjodohkanku dengan Putra Mahkota?"

Mereka berdua menjawabnya dengan senyuman. Jadi, perkataan Ratu tentang Putri Mahkota benar adanya, tapi bukan di Alonios. Zielle mengerti sekarang, perjodohan ini sudah terjadi sangat lama. Bagaimana bisa dia sebodoh ini? Jika tahu seperti itu, lebih baik menetap di akademi.

"Ayah, Ibu, aku—"

"Zielle, kamu tenanglah," sela Ratu Guinevere. "Ibu tahu ini tiba-tiba bagimu."

"Ibu, aku ingin merasakan sendiri selama ratusan tahun lagi. Aku tidak mau menikah." Zielle merengek. Ini kali pertama dia merengek seperti ini. Ini memalukan!

"Ratusan tahun? Kau ingin menunggu Ayah dan Ibu mangkat terlebih dahulu!" Raja Filemon tampak terkejut.

"Bukan begitu maksudku ... Aish!" Zielle semakin serba salah. Sulit sekali menjelaskan kondisinya pada mereka.

"Dua hari lagi kamu akan pergi ke Kerajaan tetangga untuk bertunangan." Raja Filemon menegaskan.

"Dua hari! Aku baru sampai." Zielle lagi-lagi berkomentar.

"Setidaknya tidak besok. Kamu ingin besok?"

Cepat-cepat Zielle jawab dengan tegas. "Tidak!"

"Kalau begitu, bersiaplah dari sekarang. Dua hari, ingat itu." Raja Filemon menegaskan dan pergi ke luar ruangan menyisakan Ibu dan Anak berdua.

Zielle menggigiti kuku merasa gelisah. Jantungnya tidak karuan seakan ingin pecah. Zielle ingin membatalkannya!

"Sayang, tidak perlu takut. Di sana akan ada banyak yang menyayangimu. Calonmu juga baik."

Calon? Yang benar saja! Zielle merasa geli memikirkannya. Seumur hidup tidak pernah memikirkan hal aneh seperti pernikahan atau sejenisnya. Menyukai seseorang saja tidak pernah. "Ibu, apa tidak bisa dibatalkan saja?"

"Tidak bisa," tegasnya. "Zielle, ini demi masa depanmu dan masa depan Alonios. Kamu juga akan semakin aman. Kami sudah memutuskannya sejak beberapa bulan yang lalu."

"Kenapa aku baru diberitahu?"

Ratu Guinevere tersenyum hangat membuat putrinya tenang, tapi tidak dengan ucapan yang dia lontarkan. "Karena kami tahu sifatmu."

Zielle mengerti, mereka takut putri mereka kabur dan pertunangan dibatalkan atau diundur karena Zielle kabur. Kalau sudah seperti ini, Zielle tidak bisa kabur atau menolak. Mereka sangat pintar. Tapi walau begitu, bukan berarti Zielle tidak bisa kabur sekarang.

"Apa karena tahta?" Zielle curiga. Sepertinya kerajaan yang membentuk kerja sama ini tidak biasa sehingga membuat Raja dan Ratu menyetujuinya begitu saja.

"Kami sudah memiliki segalanya, untuk apa yang lain? Kalau kamu ingin jadi Ratu, aku juga bisa memberimu posisi Ratu Alonios sekarang. Ini demi kebaikanmu."

"Kenapa demi kebaikanku?" Zielle bertanya lagi. Tiga kata itu menyimpan banyak makna dan Zielle ingin lebih detail.

Ratu Guinevere tampak berpikir sejenak. "Penyihir darah dan vampir pemburu semakin kuat, aku takut kerajaan kita tidak bisa bertahan tanpa dukungan."

"Sekuat apa kerajaan sekutu?" Zielle bertanya karena menurutnya kerajaan Alonios sudah cukup kuat karena berada di posisi tertinggi Vampland. Apalagi kerajaan ini pernah mencetak sejarah selama ribuan tahun lamanya.

"Kamu akan tahu setelah datang nanti."

Teka-teki lagi ....

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Zielle masuk kedalam kamar dengan cara kasar karena marah. Jelas marah telah dijodohkan begitu saja. Hanya saja, dia tidak boleh menunjukkan kemarahan didepan banyak orang.

"Putri ...."

"Biarkan aku sendiri." Zielle tidak ingin menjadikannya pelampiasan amarah. Itu sebabnya dia mengusir Vany.

Vany tampak gemetar kemudian meletakkan segelas darah yang dia bawakan ke meja lalu pergi dari kamar.

Zielle menatap langit-langit diatas kepala yang dia rebahkan di ranjang. Pikirannya berputar mengatur strategi bagaimana caranya pergi dari Kerajaan tanpa ketahuan. Dia bisa menjadi bayangan dan pergi keluar nanti siang ketika Kerajaan sudah sepi. Jika ketahuan pun, mana ada vampir yang mengejarnya siang-siang?

Zielle memutuskan untuk tidur karena dia juga lelah telah menempuh perjalanan empat jam diatas kuda. Lagipula, para pelayan itu paling tidak hanya berpikir kalau Tuan Putri sedang lelah. Padahal dia menunggu siang hari.

Matahari menunjukkan sinarnya. Zielle membuka mata, melihat kamar yang gelap gulita, hanya ada sedikit cahaya matahari yang masuk dari celah gorden merah.

Zielle mengenakan pakaian bertarung dan jubah untuk menutupi identitas. Membuka gorden lebar-lebar juga pintu balkon. Akhirnya dia dapat merasakan sensasi matahari kembali setelah lama berdiri di kegelapan.

Jika ini waktu lain, dia pasti akan menikmati hari dengan berjalan-jalan. Tapi, ini bukan saatnya untuk bersenang-senang.

"Putri? Aaargh!"

Zielle tersentak kaget dan menoleh ke belakang. Melihat seorang gadis berpakaian pelayan mengeluarkan asap ditubuhnya. Tangannya menutupi wajah hingga terbakar karena sinar matahari.

Spontan, Zielle menutup pintu dan gorden agar ruangan kembali gelap. Dia menyalakan lampu sehingga cahaya lampu menyinari ruangan dan tampak Vany sudah terduduk dalam keadaan melepuh. Zielle terburu-buru menghampiri Vany yang masih kesakitan. Tangannya melepuh dan terasa panas sehingga Zielle merasa bersalah padanya.

"Vany, tenanglah. Aku akan membantumu." Zielle melihat segelas darah di meja dan langsung mengambilnya. Ini adalah darah yang diberikan Vany, Zielle belum meminumnya karena terburu-buru.

"Putri, tak apa. Itu darah kelinci kesukaan Putri, Vany tidak boleh menerimanya." Vany menolak.

"Ini perintah!" Zielle menegaskan dengan marah. Sudah seperti ini masih memikirkan orang lain, makhluk macam apa dia!

"Putri ...."

"Diam!" Zielle bicara dengan nada dingin yang berhasil membuatnya takut dan menurut.

Vany menenggak darah di gelas sampai habis. Jika Zielle tidak memperhatikannya, dia tidak akan pernah meminumnya dan lukanya tidak akan sembuh.

"Kenapa kau masuk?" Zielle bertanya dengan dingin.

"Putri, Vany ingin mengambil gelas tuan putri dan memastikan putri sudah tertidur. Vany telah lancang dan pantas dihukum." Dia menunduk dalam membuat Zielle mengasihaninya. Tapi walaupun kasihan tetap saja marah. Rencana terbaiknya telah gagal.

"Sudahlah," kata Zielle melembut, lagipula itu salahnya juga telah merencanakan rencana konyol ini. "Kamu bisa kembali ke tempatmu."

"Putri, jangan pergi." Vany memohon. Wajah kasihannya selalu berhasil membuat Zielle luluh.

"Bukan urusanmu." Zielle tetap akan pergi. Dia tidak ingin ditunangkan oleh siapapun.

"Putri, saya mengerti alasan putri pergi. Namun, itu percuma saja. Yang Mulia Raja sudah memerintah penyihir untuk membuat mantra pelindung disekitar istana agar Putri tidak bisa keluar walau disiang hari. Tugas memeriksa Putri juga berasal dari Yang Mulia Ratu."

"Pelindung, ya," gumam Zielle kembali murung. Dia tidak sadar bahwa seluruh istana sudah diberi mantra pelindung. Mantra pelindung yang dibuat penyihir hanya bisa dipatahkan oleh penyihir, bukan vampir sepertinya. Rasanya sia sia.

"Jadi, putri jangan gegabah lagi. Vany takut terjadi sesuatu pada Putri."

Zielle menunduk dalam-dalam. Karena dia Vany menjadi celaka dan nyaris mati menjadi abu. Zielle merasa terlalu ceroboh tanpa mengetahui siasat Raja dan Ratu. Kenapa harus terjebak dalam pernikahan ini!

Pertunangan ini ... tragedi!

Zielle ingin tahu apa saja yang direncanakan Raja dan Ratu. Siapa yang menjadi tunangannya kelak sampai harus dikurung seperti ini? Apa alasan sebenarnya?

ʀᴀᴛᴜ ᴊᴜᴊᴜʀ. ᴍᴜꜱᴜʜ ꜱᴜᴅᴀʜ ᴛᴇʀꜱᴇʙᴀʀ ᴅᴀɴ ꜱᴇᴍᴀᴋɪɴ ᴋᴜᴀᴛ, ᴋᴀᴜ ᴛɪᴅᴀᴋ ʙɪꜱᴀ ʙᴇʀᴛᴀʜᴀɴ ʟᴇʙɪʜ ʟᴀᴍᴀ.

Zielle tahu Ratu Guinevere jujur. Tapi seharusnya ada alasan lain kenapa dia harus dikirim ke kerajaan yang lebih kuat.

"Bayangan, apa kau bisa memberitahuku?" bisik Zielle berharap bayangan memberitahu. Namun, bayangan tidak memberitahu apapun lagi. Bahkan bayangan sudah mulai pilih kasih. Zielle tidak memiliki pendukung saat ini. Mau tidak mau harus menjalankannya agar mendapat petunjuk.

Malamnya, Zielle masih terduduk didepan jendela menatap kosong ke arah luar. Dia masih mencari cara agar mengetahui rahasia dibalik semua ini. Dia tidak tahu kenapa bayangan tidak memberitahu ada apa diluar sana.

"Putri, saatnya memilih pakaian untuk pertunangan."

Suara itu bukan dari Vany melainkan pelayan lain. Ada enam pelayan termasuk Vany berdiri didepan pintu dengan senyum cerah. Sepertinya keributan seperti debutante terulang.

Mereka semua mondar-mandir memilihkan pakaian sedangkan yang dicarikan hanya diam didepan cermin menatap diri sendiri yang dipenuhi kain. Kain sana sini ditempelkan kemudian ditarik kembali dan terus berganti dengan berbagai warna. Zielle sudah jengah.

"Putri, bagaimana dengan yang ini? Ini sangat bagus untuk putri."

"Tidak, ini saja. Putih lebih cerah untuk putri."

"Putri tidak suka putih, dia suka merah." Vany mengoreksi.

"Kalau begitu yang ini saja."

"Itu terlalu terbuka. Putri tidak suka." Vany mengingatkan lagi.

"Bagaimana dengan hitam?"

"Kau ini, pertunangan hanya terjadi sekali seumur hidup. Putri harus mendapati sesuatu yang disukai."

"Yang ini saja, putri akan sangat cantik."

"Sudah kubilang, itu terlalu terbuka."

"Sebenarnya ini pertunangan atau pernikahan?! Kenapa kalian begitu rumit?" Zielle kesal dan langsung berjalan ke arah lemari pakaian dan membukanya dengan kasar. Untung saja tidak copot.

Dia mengambil gaun merah secara asal, tidak tahu bagus atau tidak yang penting pakai baju. "Aku pakai ini, tidak ada negosiasi."

Mereka terdiam sejenak entah apa yang mereka pikirkan. Kemudian, wajah mereka cerah kembali seakan menemukan harta berharga. Mereka lebih aneh daripada pengawal kemarin.

"Putri, seleramu sangat tinggi!"

"Itu sangat bagus. Kenapa aku tidak terpikirkan?"

"Putri, kau akan sangat cantik besok."

"Gaun yang indah, semua orang akan iri melihat putri."

"Sekarang, tinggal melakukan perawatan untuk tuan putri."

Perawatan? Lagi! Zielle ingin menangis saja sekarang. Cukup pesta debutante membuatnya gila dalam sehari, ini lebih buruk dari yang dipikirkan. Kenapa hidupnya dramatis!

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Awalnya kisahnya sudah dimulai sejak datang ke Vampland. Namun siapa sangka, kisahnya akan benar-benar dimulai dari sebuah Kerajaan terbesar di Vampland. Zielle tidak mengerti kenapa dia memiliki hidup serumit ini.

Kehidupannya dulu sangat lancar seperti air sungai yang deras, namun sekarang berelok-elok dan kusut seperti benang. Zielle ingin mengejar karir seperti dalam wawancara tv di mana banyak orang genius menjadi terkenal, tapi Zielle tidak mendapatkannya.

Hidup panjang, Tahta, Kerajaan, Keabadian, Kekuasaan, semua itu tidak diinginkan Zielle. Tapi dia tidak memiliki pilihan lain selain melanjutkan hidup baru yang penuh kegelapan. Perang dan konflik tidak pernah akan usai sampai dunia benar-benar telah berakhir. Zielle sudah tahu semua itu.

Saat ini, dia berada di depan tempat penentuan hidupnya. Sebuah Kerajaan besar, yang besarnya melebihi Alonios. Sangat pantas disebut Kerajaan terkuat di Vampland. Ini adalah ujian, ujian yang lebih sulit dibanding matematika. Zielle akan cemas memikirkan hasilnya setiap hari karena ini menyangkut hidupnya.

Dibawah rembulan yang bersinar, para vampir berlalu lalang merayakan pesta yang diadakan dalam istana. Zielle masih diluar, memandangi langit dalam diam. Di langit yang sama, namun tempat asing. Zielle sulit berpikir untuk saat ini sehingga tidak tahu dirinya ada dimana.

Zielle sudah bertekad bulat. Dialah yang menentukan nasibnya di tempat ini, bukan orang lain. Dia yang menentukan jalan takdirnya sendiri, bukan orang lain. Zielle adalah Zielle, bukan Putri manapun yang diatur.

Zielle akan membatalkan pertunangan.

"Putri, lewat sini." Edden mendampingi begitu juga Vany. Zielle berada ditengah antara Raja dan Ratu yang berjalan dengan elegan sedangkan Zielle seperti anak ayam yang membuntuti induknya.

Saat ini, Zielle mengenakan pakaian merah yang dipilih asal kemarin. Pilihannya terlalu bagus untuk seseorang yang memilih secara asal. Rambutnya dibuat bergelombang dan dibiarkan tergerai panjang disertai riasan tipis sehingga membuatnya tampak natural.

Zielle berjalan lurus tidak mempedulikan berbagai tatapan sampai akhirnya pintu depan terbuka lebar menampakkan lautan vampir dalam pesta memenuhi ruangan. Ini mengingatkannya pada debutante beberapa bulan lalu.

Mereka semua memperhatikan dengan berbagai macam ekspresi. Zielle gugup, sangat gugup sehingga ingin pingsan. Sayangnya vampir tidak bisa pingsan jika bukan pingsan karena terluka.

"Ibu ...."

"Tidak perlu gugup." Ratu Guinevere menggenggam tangan putrinya dengan hangat.

Zielle tidak menginginkan ini semua. Dia sudah membayangkan bagaimana calonnya nanti yang tidak dia akui sebagai calon karena berpikir bahwa pria yang dijodohkan paksa dengannya adalah vampir yang jelek dan tidak sesuai tipenya. Bagaimana jika vampir itu psikopat? Suka mengoleksi wanita? Suka kdrt? Sudah pasti kehidupan Zielle kacau-balau.

ꜱɪɴɢᴋɪʀᴋᴀɴ ᴘɪᴋɪʀᴀɴ ɴᴇɢᴀᴛɪꜰ

Zielle tidak peduli. Dia mengabaikan ucapan bayangannya sendiri juga bayangan lain yang terus melontarkan banyak ucapan pujian mewakili hati para pemirsa. Bahkan Zielle juga mendengar komentar pada bangsawan yang tidak enak seperti dia akan cocok dengan Pura Mahkota atau sejenisnya.

Zielle tidak suka ini! Dia akan lebih suka dengan seseorang yang mengatakan bahwa mereka sama sekali tidak cocok. Zielle akan sangat mendukung argumen itu.

Zielle bahkan tidak tahu siapa orang itu karena tidak ada yang memberitahu. Nama kerajaannya saja tidak diberitahu. Jadi, dia menganggap bahwa itu adalah vampir jelek yang suka tebar pesona sampai banyak yang mengaguminya.

Lautan vampir itu terbelah menjadi dua memberi jalan menuju Raja dan Ratu. Sejak tadi Zielle tidak fokus, dia menarik-narik gaun Ratu Guinevere memohon padanya tapi Ratu tidak menghiraukan. Bahkan kedua pengikutnya sudah tidak ada. Zielle hanya bisa memanyunkan bibir.

Ditengah kepanikan karena tidak ada dua pengikut itu, tiba-tiba Raja dan Ratu berhenti membuat Zielle menabrak punggung mereka berdua. Nyaris saja Zielle mengumpat kasar jika tidak mengingat bahwa dia ada di tempat penuh dengan tatakrama.

Ketika pandangannya fokus ke depan berdasarkan isyarat Ratu, tatapannya kosong sesaat melihat pria yang berdiri di sebelah Raja yang diyakini adalah ayah pria itu. Zielle tidak tahu kenapa, otaknya seakan membutuhkan waktu untuk mencerna dua vampir di depan sehingga tampak seperti orang bodoh.

Setelah beberapa lama terdiam, Zielle baru menyadari sesuatu. Pria yang tampannya di luar batas beserta wajah datarnya tanpa ekspresi menatapnya dengan tatapan permusuhan seakan memiliki dendam 7 kehidupan.

Seharusnya Zielle sudah menduganya sejak awal bahwa dia ada di kerajaan Nychterida, Kerajaan terkuat di atas Alonios. Pangeran mereka adalah Vince! Lagi-lagi Zielle sangat ingin mengumpat kasar atas kondisi tidak menguntungkan ini.

"Blue!" Zielle jelas terkejut melebihi terkejut melihat Greyfend waktu itu. Ini luar binasa jahatnya!

"Blue?" Mereka semua bertanya-tanya terkecuali Vince.

"Maksudku ... ini...." Zielle tidak tahu ingin bicara apa. Julukan itu khusus dia dan Vince yang tahu mangkanya mereka bingung.

"Putri, kamu tidak perlu panik seperti itu." Raja Xanthus bicara sambil terkekeh. Kepanikan Zielle sangat jelas terlihat.

Ratu Guinevere menggenggam tangan putrinya lagi dan tersenyum. "Sepertinya Putri sangat terkejut."

Zielle sangat ingin pulang. Dia tidak ingin bertengkar. Alasannya pulang adalah untuk menghindari Vince, tapi dia malah ditunangkan dengan Vince. Kesialan apalagi ini? Dia telah ditunangkan dengan vampir yang menghisap darahnya! Bisa bayangkan bagaimana kehidupan Zielle kelak? Zielle bisa anemia!

"Tidak menyangka, ya. Kalian sudah saling kenal seharusnya sudah akur sejak lama." Raja Xanthus bicara lagi membuat Zielle naik pitam.

"Putri, kau melupakan tatakramamu." Raja Filemon mengingatkan. Itu membuat Zielle ingin berteriak keras seperti orang kesurupan. Mau tidak mau, Zielle harus menurut.

"Karena semuanya sudah hadir, akan lebih baik jika pertunangan segera dilakukan. Terimakasih Raja dan Ratu Kerajaan Alonios sudah menyempatkan diri menghadiri pertunangan ini. Kami berharap, kedua Kerajaan akan dapat saling menguntungkan setelahnya ...."

Zielle sudah bosan duluan. Dia tidak ingin mendengarkan lagi. Baginya, itu semua tidak penting. Dia ingin kabur sekarang juga. "Ayah, Ibu, aku ingin ke toilet."

Ratu Guinevere mengangguk pelan. "Raja Xanthus. Bisakah mengutus seseorang mengantarnya untuk sebuah urusan?"

Raja Xanthus mengerti yang dimaksud Ratu Guinevere kemudian melirik putranya yang masih anteng di kursi. "Vince, bisakah mengantar Putri?"

"Um, Yang mulia. Saya tidak ingin merepotkan Pangeran jadi lebih baik bersama pelayan saja." Zielle menolak. Siapa yang mau ditemani Vince yang selalu ingin membunuhnya?

Tidak tahu bagaimana Raja Xanthus menaklukan Vince, pria itu malah menghampiri Zielle dengan wajah datar andalannya. Ucapan Altaura diabggal angin lalu! "Semua pelayan sibuk, jika tidak mau maka tidak perlu pergi."

Ucapan dinginnya itu membuat Zielle semakin memanas dan ingin meninjunya sekarang juga. Zielle sangat malas berhadapan dengannya, sangat malas!

Mau tidak mau, mereka harus pergi dari aula. Zielle mendengus kesal dan berjalan membuntuti Vince. Bahkan Vince berjalan lebih cepat seperti terburu-buru sehingga Zielle harus sedikit berlari.

Keluar dari area pesta, hanya ada keheningan sepanjang jalan di lorong sepi ini. Zielle masih membuntutinya seperti anak ayam yang mengikuti induknya. Tiba-tiba, Vince berhenti sehingga Zielle menabrak punggung kerasnya. Sudah dua kali Zielle menabrak punggung seseorang. Kasihan dahi ....

"Aku tahu toilet hanya alasan." Dia berbalik menghadap gadis yang akan menjadi tunangannya sedangkan pelakunya masih mengusap dahi yang sudah kena sial dua kali.

"Apa pedulimu?" Zielle masih kesal.

"Kenapa kau menerima?" Dia mengalihkan topik. Namun, Zielle tidak mengerti maksudnya. Ayolah, Zielle tidak mengerti bahasa isyarat.

"Menerima apa?"

"Pertunangan," Vince menekankan kata-katanya.

"Kapan aku menerima? Sejak awal aku berusaha kabur. Karena aku tidak bisa kabur, aku tidak memiliki pilihan lain karena desakkan Raja dan Ratu," kata Zielle jujur. "Kau sendiri menerima begitu saja. Kenapa menyalahiku yang tidak tahu apa pun? Aku bahkan tidak tahu kalau itu kau."

Vince tidak menjawab. Dia hanya diam seakan sudah menduga bahwa Zielle akan menjawab seperti itu. Dia sendiri tidak berniat menjawabnya.

"Sekarang kau hanya diam. Aku bertanya, kenapa kau menerima pertunangan?" Zielle menekankan kata-katanya. Jika saja dia tidak menerima, hal ini tidak akan terjadi. Pertunangan hanya bisa terjadi jika kedua belah pihak menerima.

"Aku memiliki alasanku sendiri." Vince bicara acuh tak acuh.

"Aku perlu tahu." Zielle mendesak.

"Kau tidak akan mengerti karena semua ini tidak sesederhana yang kau pikir." Kemudian Vince melesat cepat meninggalkan gadis malang itu begitu saja sendirian.

Apa dia sengaja membuat Zielle tersesat? Zielle telah tersesat tanpa tahu arah. Apalagi Vince membawanya ke tempat yang cukup jauh dari aula dan sepi sehingga Zielle tidak bisa meminta petunjuk bayangan. Ini keterlaluan!

Setelah lama berkeliling, akhirnya sampai di pesta dengan rasa kesal yang memuncak. Untung saja Zielle bertemu pelayan yang sedang lewat, jadi dia meminta bantuan pada pelayan itu sampai pesta. Menyebalkannya lagi, Vince ternyata sudah sejak tadi ada di pesta mengabaikannya.

Setelah kedatangan Zielle, mereka semua melakukan apa yang mereka mau sedangkan Zielle hanya menurut layaknya babu. Dia terasa seperti boneka sekarang.

Vince dan Zielle bertukar cincin pertunangan. Keduanya sama-sama terpaksa bertukar cincin yang tidak bisa dilepas. Otomatis, mereka akan selalu terikat seumur hidup kecuali keduanya membatalkan pertunangan. Berbeda lagi jika sudah menikah, jika sudah menikah maka tidak bisa dilepaskan sampai mati. Itu yang membuat Zielle sangat pasrah. Kehidupan ini tidak sesuai keinginannya.

"Cincin ini tidak akan bisa terlepas seumur hidup. Apa Putri tahu itu?"

Saat ini Zielle sedang bersama Vany di balkon setelah acara bertukar cincin selesai. Vany sejak tadi bicara tentang berbagai hal yang tidak tuannya pahami, tuannya hanya menyimak tanpa mencerna.

"Putri, setelah menikah nanti bawalah aku bersamamu. Istana ini sangat bagus. Lihatlah taman disana, lebih bagus dibandingkan istana kita." Vany terpana melihat kabwah dimana terdapat taman dipenuhi bunga.

Zielle tetap memasang ekspresi malas. Baginya, Alonios lebih bagus dan dia lebih suka rumah. Di rumah, pergerakannya tidak terbatas. Dia bisa bebas melakukan apapun tanpa beban dan tanpa kekangan. Lagipula, belum tentu dia akan tinggal disini. Bisa saja pertunangan batal.

"Pangeran Vince sangat tampan. Putri, semua orang akan iri padamu. Kau adalah Ratu Kerajaan Nychterida masa depan!"

Zielle tidak menanggapi. Dia hanya meminum koktail berwarna merah dari gelas di tangannya seperti sedang minum air putih. Dia tidak peduli dengan semua ini.

"Putri pasti sangat menyukai Pangeran Vince."

Byurrrr

Zielle menyembur koktail yang diminum saking terkejutnya. Bagaimana bisa menyukai orang yang ingin membunuhnya berkali-kali? Bahkan pria itu bisa saja menghunuskan pedang dan memenggalnya sekarang juga tanpa ketahuan.

"Kau bicara omong kosong, tidak takut?" Zielle bicara penuh ancaman tapi Vany salah mengartikan.

"Putri, aku bicara apa adanya. Ada banyak sekali yang menyukai Pangeran Vince. Aku termasuk pengagumnya." Vany bicara malu-malu.

"Dia memiliki banyak musuh di Vampland dan aku salah satunya." Zielle bicara sinis sambil membersihkan lantai bekas semburan.

"Putri, biar aku saja." Vany mengambil alih dan Zielle hanya mengiyakannya. Dia kembali berdiri memperhatikan taman.

Zielle menghela napas panjang dan bersandar pada pagar balkon, memandangi langit gelap dan angin sepoi-sepoi dalam diam. Zielle butuh ketenangan.

"Tinggalkan aku sendiri," kata Zielle tanpa menatap Vany.

"Baik putri." Vany menurut dan pergi dari balkon.

Zielle berbalik ke arah taman memandangi rembulan dalam diam. Tiap kali pikirannya kacau, dia selalu berdiam diri menatap bulan yang bersinar penuh dan merasakan angin yang berhembus mengibarkan rambutku kesamping. Hanya ketenangan yang diperlukan untuk melepas rasa stress.

Seketika, Zielle merindukan kehidupan yang dulu. Bangun pagi, mendengar ocehan Vega dipagi hari, sarapan, sekolah. Dia merindukan itu semua. Dia merindukan Jack dan Vega juga tinggal bersama mereka. Zielle merindukan seluruh dunia manusia.

Cklek

Zielle menghela napas berpikir Vany datang. "Vany, sudah kubilang tinggalkan aku sendiri."

"Kau tidak bisa membedakan pelayanmu dengan orang lain?"

Rasanya jantungnya telah berhenti dari tempatnya. Sejak kapan suara Vany berubah menjadi pria? Itu jelas bukan Vany melainkan orang lain. Dari aromanya, Zielle sudah mengenalinya dengan jelas.

"Kenapa kau disini?" Zielle bertanya dengan malas. Kali ini dia tidak ingin bertengkar seperti tadi.

"Raja Xanthus memerintahkanku untuk menemuimu." Vince berkata jujur tanpa banyak basa-basi.

Zielle terkekeh dan berbalik ke arahnya dengan tatapan mengejek dengan anak patuh itu. Saat itu juga Vince menghampiri Sang Putri, menjulurkan tangan kanannya ke depan sedangkan tangan kirinya dipungung dan sedikit membungkuk.

"Kau mau berdansa denganku?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!