Chapter 7 : The Truth of a Princess

Memasuki portal Otherworld atau Vampland, langsung disuguhkan oleh bangunan-bangunan gelap di berbagai sisi. Para Vampir dapat melihat kegelapan dengan suasana pukul 6 sore. Berbeda jika manusia yang melihat, mungkin sudah tampak seperti pukul 12 malam.

Meski Vampir suka gelap, lampu tetap ada di sekitar jalanan. Para rakyat Vampir memperhatikan deretan mobil yang lewat dan sesekali membungkuk hormat karena yang lewat adalah mobil kerajaan.

Tiga mobil terpisah ketika mencapai persimpangan. Zielle sudah mengucapkan selamat tinggal pada mereka semua termasuk Jack dan Vega sebelumnya. Kini mobil yang berisikan Raja dan Ratu memasuki pekarangan istana.

Sebelumnya belum dijelaskan mengenai Raja dan Ratu. Raja Alonios bernama Filemon Eugenie sedangkan Ratu bernama Guinevere Lowerth. Kerajaan Alonios adalah kerajaan tertua dan berada di peringkat kedua di Vampland. Itu sebabnya mereka sangat dihormati seluruh Vampir Vampland.

"Kamu pasti merasa asing dengan semua ini. Terbiasalah." Raja Filemon menegur Zielle yang sedang memandangi halaman istana yang begitu luas.

Pintu gerbang istana terbuka. Dari sini, terlihat pintu istana yang tampak bercahaya karena lampu di berbagai sisi. Sisanya gelap. Satu lagi, jangan lupakan pelayan dan penjaga berbaris menyambut mereka.

Melihat istana megah ini, membuat Zielle teringat akan berbagai film Disney. Zielle tidak bisa membayangkan kehidupannya sebagai seorang putri. Padahal sebelumnya dia hanya gadis biasa di sekolah.

Setelah mobil berhenti, mereka bertiga turun dari mobil. Banyak Vampir membungkuk sepanjang jalan membuat Zielle sedikit shock melihat vampir-vampir itu membungkuk. Dia tidak terbiasa.

"Selamat datang, Tuan Putri."

Kalimat yang dilontarkan membuat Zielle semakin terguncang. Secepat ini kehidupannya berubah. Dia masih tidak percaya dan berharap ini semua hanyalah mimpi.

Mereka berjalan berdampingan, Zielle ada di tengah antara Raja dan Ratu. Dua Vampir di sisinya tampak elegan, tidak seperti Zielle yang seperti gadis biasa dan berjalan dengan ragu-ragu melihat kesana-kemari.

"Zielle, lebih baik kamu bersiap untuk pesta debutante besok." Raja Filemon memberitahu.

"Debutante? Apa itu perlu?" Zielle tahu apa itu debutante. Itu adalah pesta kedewasaan perempuan yang baru muncul di kalangan masyarakat kelas atas. Zielle memang baru menunjukkan diri sebagai Putri Alonios.

"Kamu adalah Putri Tunggal Kerajaan Alonios. Pesta itu sudah menjadi tradisi apalagi umurmu sudah 17 tahun. Tidak mungkin kamu tetap menutup diri di kerajaan, 'kan?" Ratu Guinevere menjelaskan.

Zielle hanya mengangguk pasrah. Pesta atau apa pun itu, dia tidak peduli. Intinya dia sudah lelah ingin tidur. Tapi ini malam dan Vampir tidak tidur di malam hari tapi siang hari. Zielle harus merelakan kasurnya untuk kali ini sampai pagi tiba. Meski pada kenyataannya Vampir tidak butuh tidur, namun tidur adalah kebutuhan sampingan untuk mengisi energi.

Tampak sosok gadis berpakaian pelayan datang membungkuk pada mereka bertiga. Dia sangat manis dengan gaun pelayan seperti dalam komik. Rambutnya hazel dikepang dua dan wajahnya bundar, sangat manis.

"Namanya adalah Vany, mulai sekarang dia akan menjadi pelayan pribadimu. Ke mana-pun kau pergi, dia akan ikut kecuali akademi." Raja Filemon mengenalkan.

"Apa aku akan pergi ke akademi?" Zielle bertanya untuk meyakinkan pikirannya sendiri.

Ratu Guinevere menjawab, "Setelah kamu siap, kamu akan pergi ke akademi untuk belajar. Bukankah di dunia manusia kamu juga masih sekolah?"

Zielle mengangguk. "Benar."

Zielle teringat akan empat Vampir Murni tadi. Jika dia sekolah di akademi itu, dia akan bertemu dengan keempatnya lagi begitu juga dengan Vince—yang baru-baru ini menjadi musuh.

Vany mengantar Zielle ke kamar di lantai tertinggi. Kalau bertanya dia takut di lantai atas atau tidak, jawabannya tidak. Justru dia senang berada di ketinggian seakan sedang uji nyali ketika melihat ke bawah.

Istana ini memiliki 20 lantai dan tepat sekali kamarnya ada di lantai 20. Jangan tanya berapa luasnya, Zielle tidak pernah bermimpi memiliki kamar yang luasnya seperti apartemen luxury.

Barang tertata tampak klasik yang dipenuhi merah dan cokelat dengan ranjang big-size berbalut selimut merah menjadi pusatnya. Merah adalah warna kesukaan Zielle.

Melihat tiap sudut termasuk kloset yang di dalamnya banyak sekali gaun yang beragam. Jubah dengan style yang berbeda-beda. Ada juga aksesoris lain yang tampak mahal dan berat.

"Putri ingin ganti baju sekarang?" Tiba-tiba Vany bertanya membuyarkan lamunan Zielle yang sedang menghitung-hitung harga semua barang ini.

"Eh?" Zielle menggeleng pelan. "Nanti saja, aku masih ingin melihat-lihat."

Berjalan ke arah pintu yang merupakan pintu balkon. Pintu itu terbuat dari kaca yang dipenuhi ukiran kayu dan dipenuhi gorden merah. Zielle membukanya, melihat pemandangan kerajaan Alonios dari atas membuatnya ingin menitikkan air mata. Ini jauh lebih indah dari yang selama ini terbayangkan.

Vany juga mengikut dari belakang, dia sama seperti Zielle yang terpana dengan pemandangan dari lantai 20. Seluruh kota terlihat dan menyala baik dari kunang-kunang maupun lampu bangunan.

"Saya baru pertama kali melihat ini, Putri." Vany terkesima.

"Aku juga pertama kali," kata Zielle kemudian menoleh ke arah Vany. "Kalau bicara denganku, tidak perlu terlalu formal. Aku tidak terbiasa."

"Baik, Tuan Putri." Vany membalas dengan semangat.

"Berapa umurmu?"

"Tahun ini umurku 16, Putri."

"Ternyata beda setahun denganku," gumamnya kemudian memandangi Ibu Kota kembali. "Kenapa kau menjadi pelayan di umur segitu? Seharusnya kau masih belajar."

"Putri, keluargaku adalah keluarga pelayan. Cukup bisa membaca dan menulis saja agar dapat melayani anggota kerajaan. Aku sangat beruntung bisa melayani Putri."

Zielle tersenyum tipis. Vany sangat polos membuatnya kasihan karena terjerat sistem kasta. "Karena kamu bersedia bersamaku maka kamu tidak akan dirugikan," gumam Zielle pelan sambil melihat pemandangan kota yang diliputi hutan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pantulan seorang gadis bergaun biru tampak di cermin besar. Gaun biru yang indah dan elegan menambah kecantikan seorang Zielle yang baru saja selesai dirias dengan riasan tipis oleh pelayan pribadinya. Zielle benar-benar seperti putri sungguhan dengan aura bangsawan yang kental, berbeda dari sebelumnya.

"Putri, kamu terlihat sangat cantik." Vany memuji sedangkan Zielle hanya tersenyum percaya diri. Dia merasa sudah seperti idol yang akan melakukan comeback stage.

Zielle merasakan pintu terbuka dari depan. Keluar dari kloset dan melihat Ratu Guinevere membawa nampan berisi cairan merah yang diletakkan di atas meja. Cairan itu memiliki aroma manis di penciuman Zielle.

Zielle heran. Dia tidak pernah meminta segelas darah dari siapa pun terutama ibunya. Bagaimana Sang Ratu bisa membawakannya tiba-tiba?

"Kamu pasti lapar," kata Ratu Guinevere kemudian duduk di kursi.

Zielle menghampiri dengan canggung dan duduk di sebelahnya. Sesekali dia melirik gelas di meja dan merasakan kerongkongannya kering. Padahal Zielle sudah memutuskan untuk tidak minum darah lagi.

"Aku membawakanmu darah kelinci. Aku tahu, selama ini kau puasa darah dan terbiasa akan hal itu. Asal kamu tahu, Vampir Murni memang bisa bertahan tanpa minum darah, tapi itu hanya membuat fisik melemah. Bagaimana pun, Vampir tetap Vampir."

Zielle baru tahu hal ini. Pantas saja dia tidak bisa menahan serangan Vince sebelumnya. Itu karena fisiknya menjadi seperti Manusia setelah lama tidak minum darah.

Dia menurut dan langsung menenggak darah kelinci sampai habis. Cairan yang masuk ke kerongkongannya membuatnya merasa lega setelah lama menahan. Perasaan ini ... benar-benar melegakannya.

"Di mana Raja?" Zielle bertanya karena tidak melihatnya lagi. Dia sudah belajar untuk memanggil mereka dengan sebutan Ayah dan Ibu, tapi masih agak sulit.

"Ayahmu ada di ruang kerja. Tugas seorang Raja sangat berat, dia hampir tidak memiliki waktu senggang."

Zielle mengangguk paham. Kemudian, sesuatu terlintas di pikirannya. Dia ingat tadi Ratu Guinevere mengatakan tentang alasan Zielle yang dititipkan pada manusia. Dia ingin tahu sekarang.

"Kau belum menjelaskan pertanyaanku ketika masih di Dunia Manusia. Apa alasanku dititipkan?" Zielle bertanya dengan ragu.

"Kau benar-benar sangat ingin mengetahuinya," kata Ratu Guinevere yang raut wajahnya kian berubah menjadi suram. "Ketika kamu dilahirkan, terjadi penyerangan Vampir Pemburu di Istana. Ada salah seorang Vampir Pemburu yang menyusup ke dalam dan ingin mencelakaimu. Untung saja ayahmu tepat waktu dan menghabisi Vampir Pemburu itu. Di luar sana, bukan hanya ada Vampir Pemburu yang menyerang melainkan Penyihir Darah."

"Kenapa mereka menyerang?"

"Kamu dilahirkan pada saat gerhana matahari muncul. Kekuatan yang diwariskan menyatu padamu membuat ketakutan pada Penyihir Darah. Kamu dilahirkan dengan kekuatan berbahaya, juga darah murni yang kuat. Siapapun yang meminum darahmu akan bertambah kuat, serta efek ketergantungan terhadap darahmu meningkat. Bagi mereka, darahmu akan terasa lebih manis dibandingkan Manusia."

"Jadi itu alasan kalian membawaku ke Dunia Manusia? Untuk menghindari Vampir Pemburu dan Penyihir Darah?" Zielle menyimpulkan.

Ratu Guinevere mengangguk lemah. "Kami tidak memiliki pilihan lain. Dunia Manusia lebih aman saat itu dan aromamu akan tertutupi oleh aroma manusia."

"Jadi mereka datang ke Dunia Manusia karena aku." Itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan. Zielle tidak habis pikir dirinya telah membuat Manusia dalam masalah besar. Karenanya, mereka takut keluar malam akibat teror Vampir. Karenanya juga Jack dan Vega menjadi Vampir. Zielle merasa bersalah.

"Jangan terlalu merasa bersalah. Mereka yang melakukannya yang bersalah. Kamu tidak berniat seperti itu." Ratu Guinevere mengusap-usap lembut kepala putrinya berusaha meyakinkan.

"Lalu, apa yang terjadi pada Alonios ketika aku dikirim? Kenapa Penyihir Darah ikut andil dan merasa aku membahayakan mereka? Siapa mereka?"

"Tiap ras memiliki alasan masing-masing. Vampir memburumu karena darah yang mengalir di nadimu, sedangkan Penyihir Darah menginginkan kekuatan dalam dirimu untuk menguasai dunia. Penyihir Darah adalah Penyihir yang membelot dari Kekaisaran Wizarland dan memilih jalan sihir hitam dengan bekerja sama dengan Iblis. Mereka berbahaya, ditambah jika mereka berhasil mengambil kekuatanmu."

"Kenapa dengan kekuatanku? Aku rasa tidak ada yang istimewa." Zielle bingung. Apa istimewanya kekuatan bayangan? Bahkan akan melemah jika di malam hari karena tidak terdapat bayangan mengikuti. Apa mereka salah sasaran?

Ratu Guinevere berpikir sejenak. "Tunjukkan kekuatanmu."

"Bagaimana caranya?" Zielle tambah bingung. Meskipun terdapat bayangan di sini, tapi dia tidak bisa langsung menggunakannya tanpa menyakiti. Kontrolnya masih tidak baik dan bisa saja menyakiti siapapun.

"Ikuti aku." Ratu Guinevere bicara dengan tenang dan menjulurkan tangannya. "Pusatkan pikiranmu ke tangan dan biarkan sesuatu dalam dirimu keluar. Tapi kau harus bisa mengendalikan arah dan besar kecilnya."

Zielle mengikuti instruksi sang Ratu. Ketika Ratu Guinevere melakukannya, tampak sebuah api keluar dari telapak tangan seakan membakar kulitnya. Itu seharusnya menjadi kekuatan terkuat. Api adalah kelemahan Vampir.

"Lakukan sepertiku."

Zielle mengangguk pelan berusaha melakukan apa yang ibunya lakukan. Melakukannya jauh lebih sulit dibandingkan kelihatannya. Dia merasa tubuhnya bergetar bercampur dingin. Sesuatu yang dingin menyelimuti lengannya sehingga terasa berat dan sulit mengontrolnya lagi.

Semakin lama, sesuatu yang dingin itu semakin mengalir hingga membentuk bayangan hitam yang berat di tangan. Selama ini dia tidak pernah mengeluarkan kekuatan seperti ini, terakhir hanya mengontrol bayangan orang lain. Ini jauh lebih sulit.

Zielle langsung menariknya kembali agar tidak menyakiti siapapun. Perasaan ini sangat familiar. Seakan pernah menggunakannya tanpa sadar.

"Bayangan," kata Ratu Guinevere kemudian tersenyum. "Raja pertama Alonios, Raja Aldric juga memiliki kekuatan bayangan dan menjadi legenda berpengaruh terhadap peperangan kejayaan Bangsa Vampir."

"Jadi begitu," gumam Zielle. "Sayangnya aku tidak bisa menggunakannya dengan baik."

Ratu Guinevere tersenyum lebar. "Kamu tenang saja. Ayahmu akan mengajarimu bertarung dan pengendalian kekuatan sedangkan Ibu mengajarimu materi sebelum masuk ke akademi."

Bahu Zielle terasa jatuh dan menghela napas. "Apa harus Mystic Academy?"

"Kenapa? Seseorang dari akademi mengganggumu? Itu adalah akademi khusus bangsawan, semua Putri dan Pangeran Vampland sekolah di sana."

"Tidak, aku hanya ... mengingat kenalan lama." Zielle tidak tahu ingin menangis atau tertawa. Dia tidak ingin bertemu dengan Vampir yang ingin membunuhnya lagi. Andai Ratu Guinevere tahu kejadian itu, apa dia tetap akan membiarkan Zielle pergi ke akademi?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!