Chapter 9 : The Crown Princess

Bulan bersinar cerah dipenuhi bintang. Gadis bergaun navy tampak berkeliling sendirian di sekitar istana tanpa pendamping. Dia menikmati dinginnya udara malam dan kesunyian disertai suara alunan angin yang merdu.

Sejak beberapa menit lalu Zielle meninggalkan pesta begitu juga dengan kedua pengawalnya. Dia ingin menikmati kesendirian untuk saat ini, merindukan orang tua angkatnya dan teriakan tiap pagi dari Vega.

Kehidupannya banyak mengalami perubahan. Dari perubahan identitas, lingkungan, kebiasaan, bahkan Zielle merasakan sikapnya terhadap berbagai hal mulai berubah.

Dulu dia tidak percaya dengan hal yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah, sekarang berbeda setelah menyadari identitas sesungguhnya. Yang tidak berubah hanyalah hal yang ia sukai, kesunyian.

Zielle menghela napas panjang, memikirkan kehidupan lalu sampai tidak memperhatikan jalan hingga akhirnya ....

Bukk

"Ouch, sialan!" Zielle memukul dinding di depannya yang telah membuatnya terbentur. Sejak kapan ada dinding di sana?

Rasanya sakit sekali. Dia mengusap-usap kepalanya yang sakit karena terbentur. Padahal jelas-jelas dia sudah berbelok sebelumnya, tapi tetap saja terbentur dinding. Hari ini memang sial.

"Kau senang sekali menyakiti diri sendiri."

Suara itu membuatnya mematung sejenak. Kapan dinding bisa bicara? Sepertinya menabrak dinding membuat kepala Zielle bermasalah sehingga mendengarkan ucapan datar bak dinding sesungguhnya.

Ketika Zielle melanjutkan jalan, langkahnya terhenti seketika melihat seseorang hadir di dekat dinding yang dia tabrak. Baiklah, sepertinya suara tadi bukan karena otak Zielle yang bermasalah. Tetapi di sana benar-benar ada seseorang.

Zielle sangat malu. Kenapa Vampir yang sama selalu ada di mana-mana? Kemarin di depan rumah, tadi di tangga, sekarang di koridor taman. Nanti di mana lagi?

"Kau ingin mencuri di rumahku?" Zielle berkata dingin.

"Aku tidak tahu ada pesta di Alonios." Vince bicara tanpa ekspresi seakan ucapan Zielle tadi hanyalah angin lewat yang tidak penting. Bahkan dia seakan hanya bicara pada diri sendiri.

"Kenapa kau malah datang? Apa di Nychterida terlalu membosankan sehingga singgah ke sini?" Zielle bersedekap dada menatapnya dengan provokasi.

"Jika aku bisa memilih, aku memilih tidak datang ke tempat 'Manusia bodoh'." Vince mencibir membuat Zielle menatapnya tajam.

"Kau bilang aku Manusia bodoh?" Zielle tidak terima.

"Bukankah kau Manusia dan bodoh?" Vince bicara tanpa beban.

"Aku ragu kau adalah Vampir. Seharusnya kau bisa menilai siapa aku sebenarnya."

"Karena aku Vampir, aku tahu kamu sebenarnya." Dia melangkah dan mencondongkan tubuhnya ke arah Zielle membuat gadis itu spontan melangkahkan kaki ke belakang.

"Kau ...."

Dia mendengus. "Bahkan masih ada aroma Manusia. Aku tidak salah, 'kan?"

Zielle mengerjapkan mata berkali-kali. Dia tidak tahu ingin kagum atau mengutuknya tentang penciuman Vince yang tajam. Sebelum datang ke pesta, Zielle tanpa sengaja menumpahkan darah manusia yang diantarkan sehingga mengenai pakaiannya. Alhasil, Zielle harus mengganti kembali dan menjadi lebih lama. Bahkan dia sudah menggunakan parfum sebanyak mungkin agar aromanya tertutupi.

Zielle menatapnya tajam sedangkan yang ditatap tidak tersentuh dengan tatapan tajam Zielle, malah Vampir itu membalas dengan tatapan datar andalannya seakan Zielle memiliki hutang. Vince mengingatkannya pada penagih hutang beberapa tahun lalu. Untung sudah dibayar.

Tanpa Vince sadari, irisnya berubah sekilas menjadi biru dan kembali merah. Perubahan itu tidak luput dari perhatian Zielle membuat Zielle terlonjak kaget. Bagaimana Vampir seperti Vince memiliki dua warna mata berbeda?

Vampir Murni hanya memiliki iris merah. Berbeda dengan Vampir lainnya yang hanya bisa berubah menjadi merah jika dalam keadaan emosi tidak stabil. Vince termasuk jenis Vampir mana? Apa Zielle salah lihat?

Untuk memastikan apakah Zielle salah lihat atau tidak, dia memiliki sebuah rencana.

"Apa kau sejak tadi memperhatikanku?" Zielle tersenyum jahil menatap Vince lekat berharap matanya berubah lagi untuk memastikan.

Zielle melangkah lebih dekat dan berhenti di tempat di mana dia berada tadi sebelum mundur, sambil memperhatikan wajah datarnya yang tidak berubah. Dia bahkan harus mendongak saking pendeknya. Zielle sudah merelakan image-nya ini demi memastikan iris biru Vince.

Menyadari tidak ada hal yang ingin dikatakan Vince, Zielle memutuskan untuk memancingnya. Dia berharap dapat melihat iris biru Vince lagi. "Kalau begitu, aku bertanya. Kau suka bau Manusia atau Vampir?"

Vince mencondongkan wajahnya mendekati telinga Zielle. Ini tidak baik untuk kesehatan jantung. Sudah pasti Vince mendengar suara jantung Zielle yang kacau itu. Salahkan wajahnya yang terlalu tampan ditambah rasa penasaran akan iris biru itu.

"Kalau aku jawab, aku suka baumu apa yang kau lakukan?"

Zielle seakan telah membeku. Apa pendengarannya salah atau Zielle sedang berkhayal? Atau jangan-jangan Vince sudah tahu tentang darahnya istimewanya. Ini gawat!

"Kau ...." Zielle menunjuk wajahnya dengan perasaan kesal.

Dia pikir Vince menginginkan darahnya yang berharga yang dapat meningkatkan kekuatan Vampir. Tentu Zielle amat marah.

"Aku tidak tahu apa maksudmu." Zielle ingin menguji pengetahuannya. Dia tidak boleh mengakui terlebih dahulu jika tidak ingin tertangkap basah.

"Sepertinya kau terlalu banyak berpikir," katanya yang sepertinya mengira bahwa Zielle berpikiran macam-macam alias kotor. "Aku hanya merasa parfum yang diberikan pelayan barumu terlalu mencolok sehingga aroma darahmu terasa ... manis."

Ucapan Vince tepat sasaran. Itu bukan parfum melainkan darah Zielle yang manis. Itu berhasil membuat Zielle menegang, namun dia berhasil mempertahankan wajah datarnya.

Zielle terkekeh lebih tepatnya nyaris menangis mendengarnya. "Aku pahit, loh."

"Aku tahu itu." Dia bicara datar kembali.

"Lalu, kenapa kau masih ada di sini?" Zielle bicara dengan raut kesal. Dia sudah menyerah dengan iris biru Vince daripada berakhir seperti tadi.

"Sejak tadi aku di sini."

"Ini tempatku." Zielle mengusirnya.

Telunjuk Vince menyentuh dahi Zielle dan sedikit mendorongnya. "Ini sudah malam. Seharusnya kau tidur saja, Manusia bodoh."

Di saat yang sama, Vince telah menunjuk, mengusir, dan mengatai Zielle. Itu membuat Zielle semakin ingin menghabisinya detik itu juga. "Oh? Sayangnya aku Vampir yang tidur di siang hari, Blue."

"Blue?"

Zielle tersenyum lebar. Tepat sesuai dugaan bahwa Vince mulai bertanya-tanya kenapa Zielle memanggilnya 'Blue'. Itu dikarenakan irisnya yang berubah menjadi biru. Mungkin setelah ini, penindasan Vince akan berkurang.

"Kau menyebutku 'Manusia bodoh', apa aku harus memanggilmu 'Blue bodoh' juga?" Zielle bicara tak kalah menantang.

Dia tampak berpikir, bahkan dahinya sampai mengerut membuat Zielle tambah penasaran. Ia ingin menanyakannya, tapi untuk alasan apa Vince memberitahunya? Zielle hanya sekedar saingan di matanya.

"Apa yang kau lihat sebelumnya?" Vince mulai serius, bahkan nadanya terasa dingin. Dia merasa Zielle mengetahui sesuatu berdasarkan panggilan tadi.

"Entahlah, mungkin sesuatu yang ...." Zielle menggantung kata-katanya dengan sengaja. Ia semakin yakin ini adalah rahasia besar dan beruntung bisa dibuat sebagai senjata ketika pria itu mengganggu.

"Kau tahu sesuatu?"

"Benar, aku tahu sesuatu." Zielle tersenyum lebar penuh tantangan. "Aku tidak tahu bagaimana jadinya jika tersebar."

"Kau mengancamku?" Suaranya menjadi dingin sehingga membuat Zielle bergidik ngeri. Sepertinya Zielle melampaui batas sehingga membuat Vince marah.

"Aku tidak mengancam. Aku hanya bercanda tentang menyebar rahasiamu. Tenang saja, rahasiamu aman padaku." Zielle sedikit melonggarkan. Dia masih sayang nyawa dan memilih jalan aman dibandingkan tadi. Lagi pula, dia tidak tahu rahasia apa itu dan lebih baik tetap tidak tahu. "Tapi aku tetap akan memanggilmu 'Blue'."

"Kenapa harus 'Blue'?"

"Kau bahkan memanggilku 'Manusia bodoh', kau pikir aku tidak marah?" Zielle memelotot tajam. Vince tampak ingin melawan namun Zielle langsung menyelanya dengan ketus. "Kenapa? Masih mau melarang!"

"Putri Zielle? Pangeran Vince?"

Suara berat Raja Filemon membuat jantung Zielle nyaris berhenti. Saat itu juga dia sadar bahwa posisi mereka berdua terlalu dekat dan hanya berjarak 5 cm dari wajah. Apa kata Raja nanti!

Mereka langsung menjaga jarak dengan canggung, sedangkan Vince yang tetap datar seakan hal tadi tidak pernah ada. Melihat kedua raja yang memperhatikan mereka, membuat keduanya merasa kesal.

"Yang Mulia, kau di sini?" Tubuh Zielle terasa kaku. Bayangkan saja ketika kalian bersama dengan lawan jenis dan saling berdekatan seperti itu didepan orang tua kalian. Bayangkan betapa malunya!

Melihat kehadiran raja dari Nychterida, spontan Zielle membukuk formal layaknya putri. Begitu juga dengan Vince sebagai bentuk formalitas. Yang membuat segalanya menjadi lebih canggung, gerakan keduanya bersamaan—walau berbeda cara membungkuk.

"Putri Zielle, senang bertemu denganmu." Raja Xander menyapa dengan hangat.

"Senang bertemu denganmu, Yang Mulia." Zielle menjawab dengan formal.

"Kalian berdua rupanya sudah saling kenal. Ini mengejutkan karena Vince hanya memiliki tiga teman di akademi." Raja Xander tampak tenang.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" Wajah Raja Filemon terlihat masam walau suaranya terdengar berwibawa.

"Hanya bertemu teman lama. Tak apa jika saling sapa." Zielle menjawab dengan senyuman paksa.

Vince meliriknya tajam dengan tatapan, 'sapa katamu? Bukankah kau yang cari masalah?' Itu membuat Zielle tambah kesal. Dia menatapnya balik dengan wajah marah dan melototinya seakan mengatakan, 'kau ingin mati?!' Kira kira seperti itulah jika bisa telepati.

Raja Xander terkekeh. "Jadi begitu, baguslah. Akan lebih baik jika kalian bisa lebih dekat."

Keduanya semakin emosi mendengarkan ucapan itu. Raja Xander terkenal sebagai Raja yang hangat dan humoris, bertolak belakang dengan Raja Filemon. Entah bagaimana Ayah dan Anak bisa sangat berbeda.

"Raja Filemon dan Raja Xander, saya undur diri kembali ke pesta." Zielle membungkuk sopan kemudian pergi sebelum hal tidak baik menghantuinya.

Setelah kepergian Zielle, Vince dengan raut wajah datar bicara, "Saya pamit undur diri. Ajudan saya sudah menunggu."

"Ah, baiklah," sahut Raja Xander.

"Yang mulia tidak ikut?" Vince bertanya pada Raja Xander karena sejak awal dia sangat ingin kembali ke Nychterida.

"Ada beberapa hal yang ingin kukatakan, kau kembali terlebih dahulu."

Vince mengiyakan kemudian pergi dari sana tanpa banyak bicara. Setelah dari Nychterida, dia harus kembali ke akademi berdasarkan surat izin sebelumnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sring

Dua senjata saling berbenturan antara Ayah dan Anak yang sedang berlatih pedang. Sudah beberapa hari ini Zielle berlatih demi mengikuti ujian akademi. Beberapa hari itu juga Zielle merasa terisksa bagai berada di sekolah militer.

Tiap kali Zielle berlatih pedang, dia selalu kalah telak. Entah terkena serangan atau pedangnya yang terlempar. Dua hal itu terus terulang berkali-kali tanpa perkembangan. Sudah dibilang, Zielle tidak pandai bela diri.

Srang

Pedang Zielle jatuh untuk kesekian kalinya. Ia menghela napas seraya menutup mata menenangkan emosinya yang tidak stabil, ditambah ejekan serta persuasi para bayangan.

"Zielle, fokus!"

Zielle mengambil kembali pedangnya dan menghela napas kasar. Untuk kesekian kalinya dia menghela napas. Kemampuan bicara dengan bayangan menyiksanya!

"Bayangan itu mengganggumu lagi?"

Raja Filemon paham betul masalah putrinya. Entah bagaimana reaksinya jika tahu bahwa yang mengganggu Zielle adalah bayangannya sendiri. Apakah dia akan memarahi bayangannya sendiri?

"Aku tidak tahu cara mengabaikannya," sahut Zielle dengan lesu. Bahkan ketika belajar dengan Ratu Guinevere, bayangan para pelayan dan Ratu terus mengganggunya sehingga tidak dapat konsentrasi.

"Anggap semua bayangan adalah dirimu sendiri dan kau harus mengontrolnya." Raja Filemon menasehati.

"Aku harap bisa," gumamnya kemudian memulai latihan kembali.

Pedang mereka kembali berbenturan menciptakan suara nyaring. Ini adalah ronde kesekian kalinya tiap kali Zielle menjatuhkan pedang. Kali ini tidak boleh!

ɪᴍᴜᴛ

ᴅᴜɴɪᴀ ᴍᴀɴᴜꜱɪᴀ ʙᴀɢᴜꜱ?

ᴍᴇɴʏɪɴɢᴋɪʀ

"Uh?"

Srangg

Pedang jatuh dan kali ini lebih buruk karena tiba-tiba saja gadis itu nyaris terjungkal. Lagi-lagi hal seperti ini terjadi.

"Kita sudahi untuk hari ini." Raja Filemon menepuk-nepuk bahu putrinya dan pergi.

ꜱᴇᴍᴀɴɢᴀᴛ ꜱᴇᴍᴀɴɢᴀᴛ

Zielle tahu Raja sedang menyemangatinya, tapi Zielle sama sekali tidak semangat. Zielle tidak percaya diri terhadap kemampuan bertarungnya. Bakatnya terlalu buruk untuk disebut Putri Mahkota. Ratu Guinevere mangatakan bahwa Zielle adalah Ratu masa depan atau biasa disebut Putri Mahkota. Tapi Zielle pesimis bahwa dia bisa menanganinya.

Zielle kembali ke kamar, membasuh diri dan mengganti pakaian tarung menjadi gaun merah. Merebahkan dirinya di ranjang berusaha menenangkan pikiran dan tubuh yang sejak tadi menegang karena latihan.

Pikirannya berkecamuk dengan berbagai kemungkinan. Dia pikir akan menjadi seorang putri hebat setelah latihan kali ini, tapi itu terlalu sulit. Ratu Guinevere memiliki kekuatan terkuat dan dapat bertarung seperti Raja Filemon. Bagaimana putri mereka memiliki bakat seburuk itu? Bagaimana dia melindungi Kerajaan di masa depan?

Deritan pintu terdengar nyaring. Seseorang masuk ke dalam melihat Zielle yang baru saja beranjak dari ranjang. Itu adalah Ratu Guinevere yang membawakan camilan untuk Zielle.

"Kamu baru saja selesai latihan, pasti lelah."

Zielle duduk di sebelah Ratu Guinevere dan memakan sedikit camilannya. "Ibu, aku masih bertanya-tanya, kenapa Kerajaan Nychterida datang malam itu?" Zielle masih tidak melontarkan pertanyaan ini sejak kemarin karena terlalu sibuk.

"Tidak ada hal khusus. Raja Xander dan ayahmu adalah teman baik, jadi sekadar berkunjung dan sedikit membicarakan masalah kerajaan."

"Sebagus itu hubungannya?" Zielle heran. Bagaimana hubungannya dengan putra sahabat ayahnya bisa sekacau itu bagai musuh antara Vampir dan Werewolf?

"Kamu akan tahu setelah memiliki teman."

Zielle tidak pernah memiliki teman. Bahkan dia tidak tahu caranya berteman jadi itu akan sia-dia saja. Walau dia ingat tentang empat vampir yang datang waktu itu, tapi dia tidak berharap bahwa mereka akan menjadi temannya kelak. Baginya pertemuan itu hanya sebatas kebetulan.

"Ibu dengar kamu kesulitan mengontrol kekuatanmu."

Zielle hanya mengangguk lemah sebagai jawaban. Kemampuannya selalu menjadi pengganggu konsentrasinya sehingga tidak dapat berkembang.

"Ibu memiliki solusinya."

"Apa itu?" Zielle penasaran.

"Pertama, lakukan apa yang pernah kita coba sebelumnya setiap hari sampai kamu bisa mengendalikannya. Kedua, coba mengontrol suara bayangan yang ingin kamu dengar. Ketiga, manfaatkan suara itu menjadi kekuatanmu. Biasanya, bayangan-bayangan itu mengatakan sebuah informasi, kamu harus bisa memanfaatkannya tanpa kehilangan konsentrasi."

"Aku pikir itu sulit." Zielle ragu.

"Tidak tahu jika tidak dicoba. Kamu harus bisa mengendalikan bayangan atau bayangan yang akan mengendalikanmu. Ini adalah hal dasar." Ratu mengusap-usap rambut putrinya dengan lembut.

Zielle mengangguk patuh. Setidaknya dia memiliki satu kesempatan untuk berkembang menjadi yang lebih baik.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Malam di beberapa hari berikutnya, Zielle kembali berlatih pedang dengan Sang Raja. Dia menggunakan insting bayangan sebagai pertahanan sehingga refleksnya meningkat dan lebih cepat.

Sebenarnya, sudah dua hari Zielle melakukan tiga hal yang Ratu Guinevere katakan sebelumnya, dan itu cukup baik untuk perkembangannya.

Zielle mengikuti alunan pedang dan menahan tiap serangan yang dilancarkan padanya. Walau kekuatan Raja Filemon lebih tinggi, Zielle bisa menyeimbangi walau cukup sulit.

ᴋᴀɴᴀɴ

Zielle mengikuti arah tubuh ke kanan kemudian menghantam pedang Raja Filemon dan memutarnya.

Zielle mengikuti perkataan bayangan walau ada beberapa kalimat sembarangan yang terlontar, namun Zielle mengabaikannya. Dia hanya mencerna bagian yang penting dibanding omong kosong.

Arahan bayangan hanya sebagai tumpuan baginya, bukan keterampilan sesungguhnya. Zielle tetap melatih kekuatannya sendiri sehingga dapat bertarung tanpa bantuan bayangan yang kadang menyesatkan. Dia tidak boleh terlalu terpengaruh.

Hentakan pedang terus bersahutan. Semakin lama, kekuatan serangannya bertambah sehingga ketika melancarkan serangan pada Raja Filemon lebih mudah, dan membuat pedang Raja Filemon terjebak dengan pedangnya kemudian memutarnya dan....

Pedangnya berhasil terlepas dari genggaman Raja Filemon, selanjutnya ia menyodorkan pedang lurus ke depan ayahnya.

Ini adalah pencapaian besar setelah lama berlatih!

Zielle menurunkan pedang dan mengembalikannya ke sarung setelah mendengar tepuk tangan dari ayahnya. Zielle sedang senang hari ini, dia bersumpah akan mentraktir Vany dan Edden!

"Kau meningkat sangat banyak, bagus sekali." Raja Filemon tampak senang. Walau Raja meminimalisir kekuatan agar Zielle tidak terlalu ditekan, namun itu adalah perkembangan yang sangat baik bagi pemula.

"Semua berkat dukungan Ayah dan Ibu." Zielle menjawab dengan gembira. Perjuangannya tidak sia-sia.

"Setelah ini, teruslah berlatih. Aku sudah meminta Edd untuk berlatih denganmu selagi aku tidak ada."

Senyuman Zielle luntur menjadi serius. "Ayah mau ke mana?"

"Selama dua minggu, Ayah ada urusan di luar Vampland. Kamu tenang saja, aku sudah memberitahu Edd apa saja yang harus dilatih selain pedang."

Zielle mengangguk pelan. Dia masih penasaran, urusan apa sehingga Raja Filemon harus pergi ke luar Vampland. "Apa ada masalah?"

"Ini adalah pertemuan antar ras. Ayah dan Raja Xander sudah mendiskusikannya waktu itu bahwa kami dari dua kerajaan terbesar akan menghadiri pertemuan antar ras di Wizarland."

"Jadi wilayah Penyihir Putih," gumamnya lalu menghela napas panjang. "Kapan ayah akan pergi?"

"Sekarang."

"Kalau begitu hati-hatilah. Aku menunggumu kembali."

Raja Filemon tersenyum hangat setelah sekian lama menjadi dingin. Dia mengusap kepala putrinya dengan lembut dan pergi ke tempat kerja.

Sedangkan Zielle, diam di tempat. Apa kali ini ia akan kesepian lagi? Pada kenyataannya setelah dia bertanya pada Ratu Guinevere tentang pertemuan antar ras, rupanya Ratu juga ikut bersama Raja. Zielle menyesal telah bertanya karena pada akhirnya tetap murung sendirian di Istana sebesar ini. Walau Vany dan Edden bersamanya, tetap saja hanya dirinya seorang Putri di Kerajaan Alonios.

Buruknya lagi, Ratu Guinevere mengirimnya Guru Tatakrama dan Guru Ilmu untuk menggantikan Ratu mengajarinya tentang Vampland dan aturan-aturan menyulitkan itu. Sebelumnya Ratu Guinevere hanya menceritakan sejarah Vampland dan Kerajaan Alonios saja sebagai dongeng.

Penderitaan Zielle kini benar-benar dimulai!

Seminggu lamanya Zielle belajar mati-matian dan membosankan. Bahkan ketika belajar bertarung dengan Edden, Zielle merasa Raja Filemon lebih cocok dibanding Edden. Bukannya mengejek Edden yang malang, dia hanya merasa kurang menantang jika hanya bersama dengan Edden yang terlalu hati-hati terhadap kondisinya sebagai Putri.

Tidak tahu kenapa, Edden selalu saja kalah ketika beradu pedang maupun kekuatan walau tanpa bantuan bayangan. Apa dia terlalu lemah untuk disebut sebagai kesatria atau Zielle yang terlalu kuat? Atau dia mengalah? Itu tidak mungkin karena Raja memintanya untuk tidak mengalah jika melawan Zielle.

Bahkan di kelas tatakrama, itu yang paling tidak disukai. Guru tatakrama yang bernama Cloe itu baik, tapi selalu saja mengatur orang sesuka hati. Bahkan dia mengajari cara minum darah dari gelas dengan benar! Apa ada aturan yang seperti itu?

Guru ilmu pengetahuan lebih baik walau begitu tegas. Dia mengajar sejarah dan beberapa bahasa yang biasa dipakai Vampir pedalaman juga ras lain. Rupanya guru bernama Nathy ini pintar juga. Dia juga mengajari filosofi dan berbagai macam teori kekuatan berbagai ras dari yang berbahya maupun tidak.

Nathy juga mengajari Zielle tentang monster dan berbagai jenis darah yang baik untuk Vampir maupun tidak baik. Jangan lupakan pelajaran yang tidak pernah absen di tiap sekolah dari TK sampai lulus sekolah, matematika. Kenapa di mana-mana ada matematika?

Tak terasa, seminggu telah berlalu dan Zielle sudah belajar banyak hal. Nathy juga menyuruhnya menghabiskan waktu di perpustakaan untuk memperdalam ilmu. Dia membaca buku perpustakaan sudah seperti buku fantasi, jadi tidak terlalu membosankan walau tetap harus menghafal tahun yang berbeda dengan itungan waktu di dunia manusia.

Cloe terus terusan mengajarinya aturan kerajaan yang tidak sehat untuk mentalnya. Bahkan dia tidak bisa makan banyak seperti di Dunia Manusia. Ini bagai kelas neraka. Kesehariannya selalu saja diatur dari pagi ke malam sampai malam lagi.

Kapan ini bisa berakhir?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!