Chapter 5 : Surprise Attack

Mengingat kembali serangan Vampir liar kepada empat Vampir Murni sebelumnya, sepertinya ini ada hubungannya dengan pemburu Vampir Murni di Dunia Manusia. Apa Antonio termasuk?

"Sekarang kau sudah tahu, aku tidak akan berlama lagi," ucapnya membaca pikiran Zielle. Zielle merasa bodoh baru menyadarinya sekarang.

Ketika Antonio melangkahkan kaki dengan langkah lebar, Zielle mundur beberapa langkah seperti gadis ketakutan. "Tunggu dulu!"

Dia menghentikan langkah. Iris merahnya menunjukkan rasa kesal. "Ada apa?"

"Kenapa kau ingin darah Vampir murni?" Zielle bertanya-tanya. Sebenarnya dia ingin menghindari pertarungan karena tidak bisa bertarung, walau tidak yakin mendapat jawabannya sekarang.

"Apa aku perlu menjawabnya?" Dia menyahuti tak kalah sinis.

"Tidak ada gunanya kau menghisap darahku. Aku tidak bisa apa-apa. Bahkan bela diri saja tidak bisa." Zielle mencoba basa-basi walau payah dalam hal itu.

Antonio semakin melangkahkan kakinya. Taringnya sudah terlihat disertai sorot tajam. Sayangnya, Zielle tidak tersentuh karena pernah melihat hal yang lebih menyeramkan seperti melihat orang tuanya penuh darah.

"Pikiranmu penuh dengan sampah."

Zielle tersenyum kecut tidak tahu harus tertawa atau menangis. Ini kali pertamanya berhadapan dengan Vampir yang ingin menyerangnya. Berbeda dengan kemarin yang masih tidak tahu apa yang terjadi. Merepotkannya lagi, Vampir itu bisa baca pikiran.

ᴀᴋᴜ ʙɪꜱᴀ ᴍᴇᴍʙᴀɴᴛᴜᴍᴜ.

Zielle tercerahkan ketika mendengar bisikan tersebut. Dia mulai senang, tapi tidak tahu harus melakukan apa.

ʟᴀᴋᴜᴋᴀɴ ꜱᴀᴊᴀ ᴀᴘᴀ ʏᴀɴɢ ɪɴɢɪɴ ᴋᴀᴜ ʟᴀᴋᴜᴋᴀɴ ᴘᴀᴅᴀɴʏᴀ.

ᴋᴀᴜ ʙɪꜱᴀ ᴍᴇɴɢᴇɴᴅᴀʟɪᴋᴀɴ ᴋᴀᴍɪ.

Zielle mengangguk paham. Sebelum itu, dia harus mengosongkan pikiran dari si pembaca pikiran agar serangannya tidak mudah ditebak. Walau sulit, tetapi harus bisa jika ingin hidup.

Zielle menutup mata berusaha tenang dan mengosongkan pikiran. Ketika membuka mata kembali, tampak taring muncul tepat di hadapannya. Sedangkan Zielle hanya diam seakan tidak terjadi apapun.

Dalam hitungan detik, Antonio seakan tertarik kembali dan berdiri di tempat semula tanpa bisa bergerak.

Sebuah bayangan mengikat kedua kaki Antonio seperti tali. Bayangan itu adalah bayangan Antonio yang mengkhianati tuannya. Tidak ada yang lebih mengerikan dibandingkan bayangan pribadi yang mengkhianati tuannya sampai terbunuh.

Bayangan hitam menjulur dari tanah melilit tangan dan kakinya bersamaan seperti sebuah sulur. Antonio dipaksa berlutut hingga terdengar benturan keras tanpa bisa melakukan perlawanan.

"Sayangnya, aku Vampir Murni yang memiliki kemampuan istimewa. Apa kau memilikinya?" Zielle sedikit mengejeknya.

Antonio tampak kesal. Dia mengerang marah memaksakan diri untuk berdiri sehingga bayangan yang melilitnya terlepas. Zielle masih belum cukup mengontrolnya sehingga mudah dilepas, bukan karena kekuatannya yang lemah.

Tanpa banyak bicara, ketika Antonio berniat menyerang kembali, Zielle dengan sigap menarik kedua kakinya hingga menjauh kemudian melilit lehernya sampai melayang di udara.

Antonio tertarik ke arah cahaya matahari yang terlihat sangat terik. Tempat Zielle memang tertutup dari sinar matahari karena pohon rindang, itu sebabnya dia dengan mudah menyerang. Bodohnya, dia melakukannya di siang hari di mana kelemahan terbesarnya berada.

"Aaaaargh!"

Antonio mengerang kesakitan karena jeratan bayangan makin keras sehingga membuatnya ingin memberontak. Bayangan menyeret lehernya dengan kasar ke arah sinar matahari kemudian kedua tangan dan kakinya terikat tepat di bawah sinar matahari terik.

Perlahan kulitnya memerah dan mengelupas. Asap keluar dari sekujur tubuhnya membuat kulit pucatnya menghitam karena panas sinar matahari. Dia benar-benar terpanggang.

Zielle menutup mata tidak berani melihat perubahan yang menakutkan. Tidak ada api, hanya ada bau hangus yang dalam hingga Antonio berubah menjadi abu yang berterbangan terbawa angin.

Zielle menghela napas lega. Akhirnya, dia bisa sedikit menjaga diri walau diawal sempat panik. Zielle bersumpah akan belajar bela diri nanti. Bisa gawat jika hal yang sama terulang.

Tanpa dia sadari, sepasang mata merah memperhatikannya dengan sorot datar di balik pepohonan besar. Tidak ada ekspresi yang ditampilkan, hanya keseriusan sebelum sebuah kata terucap dengan nada serak.

"Moon shadow(?)"

Setelah menempuh perjalanan jauh, Zielle sampai di rumah dua tingkat di pinggir kota. Ia memarkirkan mobil lalu mengambil box yang sebelumnya dipindahkan ke bagasi. Juga tidak lupa mengambil bungkusan darah beku dari pasar yang masih aman berkat Calixto.

Zielle sudah memutuskan untuk melupakan masalah Antonio. Tidak tahu bagaimana reaksi sekolah jika menyadari bahwa Antonio, sang murid yang baru masuk sehari hilang bagai ditelan bumi. Zielle Tidak ingin memikirkannya lagi.

ʟᴇᴡᴇʟʟʏɴ

Zielle tertegun mendengar bayangan yang bicara. Dia mengedarkan pandangan, berharap seseorang yang disebut bayangan benar-benar ada, tetapi kenyataan tidak berpihak padanya.

Tempat ini begitu sepi.

Zielle mulai ragu. Mana mungkin ada Si Lewellyn di sekitar sini? Tapi bayangan tidak pernah salah dalam hal memberi informasi. Zielle harus memastikannya.

Melangkahkan kaki ke depan pagar rumah, mengedarkan pandangan berharap menemukan sesuatu yang mencurigakan. Tapi semua yang ditemukan hanya kosong selain kucing liar yang melintas.

Zielle mulai bingung. Dalam sekejap, dia juga menyadari kehadiran seseorang tetapi tidak tahu letak tepatnya di mana. Mengandalkan penciuman yang tajam, Zielle dapat mengetahuinya. Dia biasa melakukan hal ini sejak dulu untuk mencari seseorang tanpa menyadari jati dirinya sendiri. Dia hanya menganggap itu adalah kelebihan.

Pandangannya berhenti di depan sebuah pohon besar. Saking besarnya hingga cukup untuk persembunyian beberapa orang. Wajahnya terlihat ragu sejenak dan berbalik ke rumah. Ia mengambil sapu ketika melihat halaman yang kotor, dan menyapu dalam diam.

Tepat di belakang pohon, di depan rumah Zielle, sosok pria bersandar dengan ponselnya dan sesekali melirik ke arah gadis yang tengah manyapu. Awalnya dia tampak curiga kenapa gadis itu menyapu halaman begitu tiba-tiba, tapi ponselnya lebih penting daripada gadis itu.

Ketika pandangannya beralih ke depan rumah dua lantai tersebut, alangkah terkejutnya menyadari tidak ada siapapun di sana. Namun dia tetap merasakan keberadaan gadis yang dimaksud walau merasa jengkel telah lepas dari pengawasan.

Kemudian bau darah manusia yang beraroma cukup manis masuk ke indera membuatnya waspada. Wajah dinginnya semakin dingin seketika.

"Mencari sesuatu?"

Suara itu membuatnya spontan berbalik kemudian mengayunkan tangannya. Menarik Vampir tersebut kemudian mencekiknya sampai terpojok di batang pohon besar.

Suara dentuman terdengar keras hingga pohon yang menjadi sandaran itu sedikit bergoyang karena benturan.

"Akhhh ...."

Zielle merasa lehernya akan putus. Cengkraman ini terlalu kuat sehingga membuatnya sulit bernapas. Niat mengejutkannya malah menjadi petaka karena menyinggung orang yang salah.

"Lewellyn, kau ingin membunuhku!" Zielle meraung marah. Sambil berusaha melonggarkan cekikan yang tak kunjung dilepas.

Vince melepas cekikannya, membiarkan gadis tersebut terbatuk-batuk sambil memegangi leher yang memerah. Cekikannya terlalu kuat, bisa saja gadis itu mati jika terlambat sedikit.

"Jangan bilang kau salah sangka bahwa aku Vampir liar yang ingin membunuhmu." Zielle bicara ketus.

Vince tidak menjawab, dia hanya menatap Zielle datar tanpa ekspresi membuat Zielle ingin meninju wajah datar itu. Mengabaikan apa dia tampan atau tidak, Zielle tidak lagi peduli.

Lama terdiam, akhirnya dia bicara, "Tubuhmu memiliki aroma darah Manusia. Itu sebabnya—"

"Kau berpikir aku Vampir yang habis memburu Manusia, begitu?" sela Zielle dengan penuh tekanan. Tidak lagi mendapat jawaban, Zielle mendengus kesal dan mengalihkan pembicaraan. "Kenapa kau mengikutiku? Kau tidak percaya dengan alamat yang kuberikan?"

Vince tidak menjawab lagi, justru memberikan tatapan tidak bersahabat itu. Lama kelamaan Zielle sangat ingin mencolok mata tajamnya biar buta. Bicara dengan Vince sama saja bicara pada dinding.

Merasa tidak dipedulikan, Zielle pergi dengan perasaan kesal sambil mengumpat dalam diam. Dia memegangi lehernya yang memar karena cekikan, itu terlalu sakit.

Vince hanya menatap kepergiannya dengan pandangan tidak peduli. Dia menghela napas kasar dan pergi merasa bebannya selesai setelah mengikuti gadis aneh ini seharian. Dia terpaksa melakukannya.

Mengingat kekuatan yang dikeluarkan Zielle barusan, dia sedikit tidak percaya gadis seperti Zielle memiliki kekuatan yang cukup terbilang kuat bersaing dengannya. Vince tidak tahu itu bisa menjadi keuntungan atau masalah baginya. Namun untuk saat ini, dia baru mendapatkan satu spekulasi.

"Masalah."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pukul 9 malam. Zielle masih mondar-mandir di depan pintu utama menunggu kedatangan orang misterius yang meneleponnya kemarin. Pikiran itu terus menghantuinya apa orang itu Vampir atau bukan. Seharusnya orang misterius itu sudah datang, tapi sejak tadi pintu depan terasa sunyi tidak ada yang mengetuk.

"Zielle, makananya sudah siap!" Vega berteriak memanggil.

Mau tidak mau Zielle harus meninggalkan ruang tamu. Dia melihat ada beberapa makanan di meja makan, Jack dan Vega sudah ada di kursi masing-masing menunggu kedatangan Zielle. Masalahnya Zielle sedang tidak mood.

"Sejak tadi kamu terlihat gelisah, ada apa?" Vega bertanya.

Zielle hanya menggeleng disertai senyuman tipis kemudian duduk di kursi. Baru saja dia duduk, suara bel terdengar sampai dapur membuatnya bangkit kembali.

"Biar Ibu lihat."

"Aku saja." Zielle langsung menyerobot berjalan ke arah pintu utama. Berharap inilah yang dia tunggu.

Ketika membuka pintu tanpa melihat jendela terlebih dahulu karena saking buru-burunya, tampak sepasang pria dan wanita berdiri membawa aura yang tidak biasa.

Mereka memiliki rambut putih dan mata merah layaknya Vampir Murni, serta paras menawan yang tampak berumur 20-an. Satu hal lagi, mereka sangat tinggi. Si wanita sekitar 170 sedangkan pria lebih tinggi dari 180. Itu sebabnya Zielle terkejut dan merasa menjadi anak kecil.

"Zielle." Wanita itu tiba-tiba saja memeluknya erat membuat yang dipeluk tergelak kaget. Otak Zielle berputar seketika.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!