Chapter 12 : The First Class

Matahari sudah gelap. Jam sudah menunjukkan pukul 7 di mana kelas akan dimulai. Zielle sudah mengenakan seragam hitam yang merupakan seragam senior dan mengikat rambut gelombangnya ala pony-tale.

Di Mystic Academy terbagi menjadi tiga tingkatan kelas. Tingkat basic, junior, dan senior. Zielle termasuk senior yang mengenakan seragam hitam. Sedangkan untuk basic berupa seragam cokelat sedangkan junior seragam merah.

Cynthia juga sudah siap akan pergi ke kelas dengan seragam hitam dan rambut tergerai. Artemis? Dia tidak terlihat sejak kemarin. Pasalnya gadis itu selalu kembali lebih telambat dibandingkan yang lain. Itu sebabnya Zielle tidak pernah melihatnya.

"Zielle, kamu cantik." Cynthia memutar mutar tubuh Zielle seperti gangsing.

Zielle mulai jengkel. Apa dia sesuatu yang cocok untuk menjadi mainan? "Sudahlah, nanti kamu terlambat. Hari ini aku tidak bisa pergi ke kelas bersamamu karena masih ada urusan di tata usaha dan mengambil jadwal."

"Aku akan berangkat sendiri. Kamu hati-hati." Cynthia melambaikan tangan dan pergi ke luar asrama.

Setelah memastikan Cynthia telah pergi, Zielle kembali ke kamarnya. Ada sesuatu yang ingin dia periksa karena semalam sudah tidak sempat.

Melihat sepucuk surat di laci dengan segel lilin merah sempurna. Kemarin Zielle belum sempat membukanya ketika sedang membereskan barang-barang. Dia membuka surat tersebut, melihat isinya berupa cincin dengan permata ruby di atasnya.

Dia membaca tulisan dalam secarik kertas yang tersimpan dalam amplop surat yang hanya terdiri dari satu kalimat.

...Pakai cincin ini, kau akan tahu manfaatnya....

Entah siapa pengirimnya, Zielle tidak tahu karena tidak tertuliskan. Semua barang dikirim melalui pos, siapa saja bisa mengirimnya. Mungkin cincin ini diberikan oleh Ratu Guinevere secara tidak langsung, itu mungkin saja.

Selain surat, dia juga mendapat kiriman dari gedung fasilitas untuk kehidupan sehari-hari di akademi termasuk seragam hitam akademi, sepatu bot panjang, dan seragam akademi lainnya seperti seragam bertarung, jubah, dan sebagainya. Dia juga bisa memesan apa pun di gedung fasilitas karena semua biaya sudah diurus oleh kerajaan.

Zielle beranjak dari kursi setelah memakai cincin itu sesuai arahan si penulis surat. Untuk saat ini, anggap saja cincin itu sebagai hiasan tangannya yang terlalu polos. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, barulah Zielle pergi dari asrama.

Menuruni tangga menuju lantai 10. Banyak sekali murid berlalu lalang memenuhi lorong dengan berbagai kegiatan. Salah satunya adalah memperhatikan gadis yang acuh tak acuh itu.

Memasuki ruang tata usaha setelah mengetuk pintu. Di depan, sudah ada staff wanita yang kemarin bertemu dengannya. Kemarin Zielle hanya mengambil kunci asrama dan memilih pelajaran. Sekarang, saatnya mengambil jadwal yang baru dibuat.

"Ini jadwalmu, semoga harimu menyenangkan."

"Aku harap begitu." Zielle tersenyum samar sambil melihat kertas jadwal di tangan.

"Kelas pertamamu adalah sejarah di lantai 7 dan dibimbing oleh Mr. Daniels Whiskey." Staff itu melanjutkan kemudian pandangannya beralih ke seorang pria yang baru saja hendak keluar. "Mr. Whiskey, ada murid baru di kelasmu. Bisakah kau membimbingnya?"

Pria yang diyakini Whiskey itu menghampiri mereka. Dia tampak seperti pria dewasa berusia 25, oh satu lagi jangan tertipu dengan paras mudanya. Bayangan mengatakan umurnya sama seperti Raja dan Ratu yang sudah ratusan tahun. Ingatlah, yang paling muda di sini hanya murid.

"Jadi kamu murid baru itu. Baiklah, ikut saya ke kelas agar tidak tersesat di hari pertama."

Sebenarnya itu tidak perlu, bayangan-bayangan di sekitar selalu menjadi pemandu jalan sehingga tidak akan tersesat. Tapi akan aneh jika mengatakan bahwa tidak akan tersesat sedangkan Zielle baru pertama kali di sini.

Zielle mengangguk mengiyakan bertepatan dengan bell berbunyi tanda kelas telah dimulai. Mereka pun pergi ke luar, menuruni tangga menuju lantai 7 di mana kelas sejarah berada.

Tidak ada percakapan apa pun. Whiskey tampak sangat ramah pada murid-murid yang sedang berjalan ke kelas. Tidak tahu kenapa, tidak ada yang menyapa Zielle satu pun. Menyedihkan, bukan? Begitulah nasib Zielle yang tidak pernah berubah sejak kecil. Mungkin auranya yang membuat semua orang sedikit menjauh.

Lagi pula, Zielle sudah terbiasa akan hal yang seperti ini. Dia sudah menduga sejak awal bahwa dirinya akan mengalami nasib yang sama seperti sebelumnya. Vany pernah mengatakan terang-terangan bahwa aura Zielle dapat membuat seseorang menjauh. Ia hanya bisa menerima nasib buruk ini.

Lama berjalan, akhirnya mereka sampai di kelas. Kelas ini tidak jauh berbeda seperti di dunia manusia. Meja dan kursi yang seperti tangga melingkar dan didepan terdapat papan tulis besar dan meja guru. Juga lemari di tiap sisi berisikan buku-buku karena ini kelas sejarah.

Namun ada sesuatu yang membuat Zielle tercegang seketika. Bukan karena interior ruang kelas. Tapi karena muridnya!

Zielle senang dia sekelas dengan Cynthia dan Calixto yang sedang menyapanya diam-diam. Semuanya normal dengan berbagai macam ekspresi yang biasa ditunjukkan ketika melihat murid baru. Hal yang membuatnya tercegang adalah, kenapa harus ada Vince di sana? Zielle merasa hari baiknya hancur seketika.

"Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru yang berhasil melakukan ujian dengan sempurna. Silahkan perkenalkan dirimu."

"Namaku ... Zielle Eugenie, dipanggil Zielle. Mohon bantuannya." Zielle merasa canggung sendiri. Kali pertamanya menjadi murid baru, ia benar-benar tidak berpengalaman sampai berkenalan seperti anak TK.

"Apa katanya? Sempurna?"

"Kelas kita memiliki dua murid sempurna!"

"Cantik."

"Dia bukankah Putri yang sombong itu?"

Bisikan itu sampai di telinga Zielle sehingga empunya merasa sedikit kesal. Mereka berisik sekali terutama para bayangan yang mulai berbisik baik hal positif maupun negatif sama seperti para murid itu.

Whiskey berdeham sehingga ruangan ini menggema dan kericuhan pun berakhir. "Zielle, silahkan pilih tempat dudukmu."

Zielle mengangguk pelan dan melangkah mencari tempat. Sorot mata mereka semua terarah padanya dengan berbagai ekspresi membuatnya tidak nyaman. Kecuali Vince yang ... seharusnya sudah tahu. Dia seperti patung hidup. Tidak, dia seperti tidur dengan mata terbuka.

"Zielle! Sini!" Cynthia berseru dan menunjuk ke kursi depannya. Bodohnya itu kursi sebelah Vince.

Zielle menghampiri Cynthia dan berbisik, "Bisakah kau bergeser?"

Dia melirik Calixto disebelahnya dengan tajam seperti sedang bermusuhan. "Itu jika kau ingin mendengar perdebatanku dengan Townley."

Tentu Zielle tidak mau. Dia ingin ketenangan. Tapi dia juga tidak mau duduk di dekat Vince. Masalahnya, tempat ini sudah penuh. Dia tidak mungkin mengusir orang tiba-tiba seakan dirinya adalah pemilik akademi.

Mau tidak mau, ia duduk di sebelah Vince bagian pinggir samping tangga. Posisi meja itu berada di paling depan sehingga lebih fokus untuk belajar.

Di belakang sana, para fans fanatik mulai memicingkan mata bersiap membuat kesialan lanjutan pada Zielle. Tentu Zielle merasakannya sehingga membuat dia bergidik. Bisa-bisanya Zielle jadi sasaran fans musuhnya sendiri. Mereka tidak pernah mengerti kondisi Zielle.

Itu disebabkan karena, selama ini Vince hanya duduk di sebelah teman-temannya saja. Tiap kali ada perempuan gatal yang duduk di sebelahnya, selalu berakhir diusir. Itu sebabnya mereka kesal ketika melihat Zielle yang bukan siapa-siapa diizinkan duduk di tempat impian mereka. Padahal itu adalah paksaan Cynthia. Kalau tidak, sudah lama Zielle diusir.

"Sekarang kita akan mempelajari bab baru. Mungkin sebagian dari kita sudah mengetahuinya, tapi dimohon untuk tetap menyimak pembelajaran."

Semua murid mulai diam. Kelas menjadi hening dan serius. Kelas sejarah ini sudah pasti akan banyak yang tertidur karena dongeng masa lampau.

"1000 tahun yang lalu, terjadi peperangan antar-ras Vampir dan Werewolf. Peperangan dilatar belakangi dengan sekelompok Werewolf yang menyatakan tuduhan ras Vampir mengirim beberapa kelompok untuk menghancurkan desa-desa sekitar Wolfland.

Setelah diselidiki lebih mendalam, itu semua adalah perbuatan Vampir Liar yang kehilangan kendali atas tubuhnya yang melewati perbatasan Vampland dan Wolfland sehingga terjadilah insiden pembantaian. Kejadian ini bertahan selama 100 tahun lamanya, namun masih sulit untuk mengakhiri kekacauan.

Kemudian kedua ras melakukan perundingan berniat menyelesaikan masalah dengan benar tanpa perang karena menurut Raja Aldric dari Kerajaan Alonios, perang yang terjadi hanya akan menyebabkan bencana di kedua ras. Namun banyak sekali bantahan akibat amarah yang tidak bisa dikendalikan hingga akhirnya terjadi perang.

Kerajaan Alonios adalah kerajaan yang mendominasi saat itu sebelum kerajaan lain berdiri. Raja Aldric mengambil alih pertempuran dan maju di garis depan bersama dengan Raja Hustler dari kerajaan Nychterida. Dengan kekuatan bayangan yang dimiliki Raja Aldric, beliau meratakan pasukan Werewolf menjadi abu sehingga ras Vampir meraih kemenangan. Akibat kekuatan yang dikeluarkan, Raja Aldric tewas dan dikenang di seluruh Vampland.

Setelah kepergian Raja Aldric, walau sudah meraih kemenangan, tetap saja Vampir Liar tidak pernah berhenti, justru semakin merajalela hingga hari itu adalah hari kehancuran ras Werewolf. Raja Hustler memutuskan untuk membantai seluruh Vampir Liar yang tersebar baik didalam Vampland maupun luar Vampland. Selama ratusan tahun, Vampir Liar yang awalnya mendominasi perlahan berkurang dan menghilang dari luar Vampland sehingga masa kritis Wolfland berakhir. Namun masih ada beberapa kasus sampai sekarang ...."

Mata Zielle sudah sayup sejak tadi. Tapi karena kisah yang diceritakan adalah kisah kakeknya sendiri, tentu Zielle mendengarkannya walau sudah sering mendengar dari Ratu maupun Nathy dan Cloe. Ia sampai mabuk.

Setelah menulis beberapa hal di papan tulis sambil menjelaskan peristiwa, Whiskey menghadap murid-muridnya "Saya harap kalian dapat mengerti inti dari sejarah yang saya bicarakan tadi. Saya ingin kalian membuat essay tentang 'Perang Terakhir Antar Vampir dan Werewolf'. Selamat mengerjakan."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Berapa lama keheningan yang membuat kantuk itu berjalan, akhirnya semua itu telah usai. Setelah merapikan buku-buku ke dalam tas, entah kenapa tiba-tiba kepala Zielle merasa pusing. Dia merasa pandangannya berubah-ubah menjadi gelap dan normal. Perasaan ini sangat tidak nyaman sehingga membuatnya ingin melayang.

"Zielle, kau baik-baik saja?" Cynthia tiba-tiba bertanya.

"Tak apa. Aku duluan." Zielle langsung buru-buru keluar sambil memijit pelipisnya.

Mereka hanya melihat Zielle dengan pandangan bingung. Tapi mereka tidak ingin ikut campur karena seharusnya itu sudah menjadi privasi Zielle.

Di luar sana, Zielle mengenakan earpods berusaha menenangkan emosi. Pandangannya terus berubah-ubah membuatnya tidak nyaman. Sepanjang jalan dia berjalan tanpa arah berusaha menutupi rasa ketidak nyamanannya.

Zielle bersandar di dinding sambil menutup mata. Dia tidak ingin pandangannya melambat seperti itu. Berharap setelah membuka mata, semuanya menjadi normal.

Di samping itu, dua gadis datang bersamaan ke arah Zielle. Salah satunya merupakan Vampir Murni yang memiliki tinggi sama seperti Zielle. Sedangkan di sisinya terdapat gadis Vampir dengan herai merah, raut wajahnya menunjukkan keangkuhan. Berbeda dengan Vampir Murni itu yang tampak lebih polos.

"Kamu murid baru? Perkenalkan, aku Violetta Holandcia." Si vampir murni itu memperkenalkan diri. Namun, tidak ada tanggapan dari Zielle karena tidak mendengarnya.

"Hei, Putri sedang kenalan denganmu. Kenapa kau tidak menghargai?" Si merah berceloteh sehingga mendapat sikut dari Violetta.

"Jaga bicaramu!" bisiknya.

"Putri, dia tidak menghargaimu," kata si merah kemudian melihat earpods yang menempel di telinga gadis yang menutup mata itu. "Lihatlah, dia malah mengenakan earpods!"

ᴍᴇɴᴄᴀʀɪ ᴍᴀꜱᴀʟᴀʜ

Ucapan bayangan membuat Zielle mengerutkan dahi, tapi tidak membuka mata.

ᴠᴀᴍᴘɪʀ ᴍᴜʀɴɪ.

ꜱɪ ᴍᴇʀᴀʜ ᴍᴀʀᴀʜ ᴘᴀᴅᴀᴍᴜ ᴋᴀʀᴇɴᴀ ᴍᴇɴɢᴀᴄᴜʜᴋᴀɴɴʏᴀ.

Zielle semakin malas. Kenapa masalah selalu tidak kunjung selesai menerornya? Ingin sekali dia pergi sekarang juga, tapi dia tidak bisa melakukan apa pun dalam keadaan seperti ini. Jika dia membuka mata, semua orang akan terkejut dengan mata hitamnya.

ʟᴇᴘᴀꜱ ᴘᴇɴʏᴜᴍᴘᴀʟ ᴛᴇʟɪɴɢᴀ.

Zielle menurut. Melepas earpods tapi tetap tidak membuka mata. Saat itu juga dia mendengar suara lantang yang menyakiti telinga. Lebih benyebalkan dibandingkan teriakan histeris Cynthia.

"Dasar tidak tahu diri. Putri sedang bicara padamu, tapi kau malah menggunakan earpods. Kau Putri tidak dikenal, lebih baik minggir saja!"

Dia punya masalah apa, sih?

"Apa urusanmu?" Zielle bicara dengan datar. Dia kesal karena ocehan si rambut merah yang membuat telinganya sakit setelah melepas earpods.

"Bahkan kau bicara tanpa menatap kami. Kau benar-benar merendahkan kami!" Si merah tetap melawan. Dia sudah telanjur kesal, kali pertama seseorang memperlakukan mereka seperti itu.

"Kalau kau tidak suka, lebih baik pergi."

"Beraninya berlagak!"

"Cath, jangan membuat masalah." Violetta memperingati dan menatapnya tajam. Walau dia kesal dengan perlakuan Zielle, tapi tetap harus menjaga image.

"Putri, berani sekali dia merendahkanmu. Kau itu calon putri mahkota kerajaan terbesar, harus dihormati banyak orang. Jangan terlalu lemah hanya karena Putri kerajaan kecil sepertinya. Seharusnya dia berlutut padamu."

Kerajaan kecil? Zielle sangat ingin tertawa saat itu juga. Apa dia tidak tahu bahwa Kerajaan Alonios adalah kerajaan tertua di Vampland dan kerajaan terbesar setelah Nychterida? Oh iya, mereka tidak tahu bahwa Zielle adalah Putri Alonios. Tapi apa otak si merah dalam masalah?

"Aku tidak punya waktu berdebat," seru Zielle. Dia sedikit membuka sebelah mata melihat dua gadis yang masih berdiri di depannya. Yang satunya masih mengoceh sedangkan yang satunya lagi hanya diam sambil memijat-mijat kepala. Karena pandangannya masih gelap dan terdapat aliran bayangan, Zielle kembali menutup mata.

"Kamu murid baru, lebih baik jangan cari masalah." Dari sekian banyak ocehannya, Zielle hanya menangkap yang satu ini. Zielle merasa selalu salah di setiap langkah. Memangnya apa yang dia lakukan? Apa berdiri sambil bernapas salah?

"Sebenarnya ada apa kalian menemuiku? Maaf sebelumnya karena aku tidak mendengarkan kalian. Aku memiliki masalahku sendiri." Zielle berusaha meredakan suasana. Bisa gila kalau kesalahpahaman terus berlanjut.

"Tak apa, aku mengerti."

Si cerewet Cath mulai lagi. "Aku harap ini yang terakhir kali. Kau harus tunduk pada Putri Violetta!"

Zielle ingat sekarang. Putri yang mengaku ngaku sebagai Putri Mahkota Kerajaan Nychterida. Mengingat itu membuatnya sangat ingin tertawa terbahak-bahak seperti berada dalam film komedi.

Dia pikir di depannya adalah Putri Mahkota dari kerajaan lain, rupanya masih 'Calon' Putri Mahkota yang mengejar-ngejar Vince. Mengingat Vince membuat Zielle mengutuk pria dingin itu lagi. Karena dia, fans fanatik-nya menyerbu.

Andai Zielle mengatakan bahwa dia adalah Putri Alonios, apa mereka yang merupakan Putri Kerajaan di bawahnya akan berlutut?

ʙᴇʀɪᴛᴀʜᴜ ᴍᴇʀᴇᴋᴀ.

Tidak! Zielle ingin main kucing-kucingan terlebih dahulu. Dia tidak akan memberitahu mereka semua bahwa dia adalah Putri Kerajaan Alonios. Dia ingin lihat bagaimana murid di sini bersikap tanpa memandang identitas besar.

"Kenapa kau diam lagi? Kau dengar tidak!" Si cerewet Cath menggertak lagi.

"Aku tidak tuli." Zielle bicara dengan malas.

Suara lembut itu terdengar, "Zielle, 'kan? Cath bilang kamu dekat dengan teman-teman Vince. Aku harap kamu menjaga batasan dengan tunanganku."

"Uhuk uhuk uhuk ...."

Seketika Zielle tersedak batu tunangan. Sungguh dia tidak bisa menahan tawa lagi tapi itu akan mempengaruhi citranya sebagai Putri Alonios yang jelek karena ulahnya nanti.

"Aku tidak berpikir sampai sana. Justru aku akan melemparnya padamu jika aku bisa." Zielle bicara dengan nada mengejek.

"Kamu berani menghina Pangeran!" Si cerewet Cath mulai lagi.

"Sebenarnya kau kenapa? Aku tidak punya urusan, lebih baik tinggalkan aku. Aku tidak ingin berurusan dengan fans manapun. Lagipula, aku sudah memiliki tunangan juga. Kau kenal Pangeran Jungkook?" Zielle bicara acuh tak acuh. Abaikan ucapan terakhirnya karena itu hanya haluan sesaat.

"Kamu menghinanya, akan berurusan denganku." Suara lembut itu berubah menjadi datar, tentu dia mengabaikan haluan Zielle sebelumnya.

Zielle tidak menyahuti. Dia hanya berharap masalah matanya cepat selesai dan pergi dari zona tidak nyaman ini. Fans Vince terlalu menyeramkan.

ᴅɪᴀ ᴍᴇᴍɪʟɪᴋɪ ᴋᴇᴋᴜᴀᴛᴀɴ ɢᴇʟᴏᴍʙᴀɴɢ ꜱᴜᴀʀᴀ.

"Minta maaflah. Kau bahkan menghinaku terang terangan." Violetta mengungkap sifat aslinya. Beruntung lorong sudah cukup sepi.

"Aku tidak menghinamu." Zielle tetap tenang.

"Kau tidak tahu siapa aku?" bisiknya.

"'Calon' Putri Mahkota." Pengakuan itu mungkin akan terdengar sebagai pujian jika keluar dari mulut orang lain, tapi tidak dengan Zielle. Merasa keterlaluan, Zielle berniat meredakan suasana. "Kau ingin menghancurkan reputasi baikmu?"

"Tidak akan ada yang ingat hal ini."

Zielle tidak masalah jika Violetta menantangmya. Melawan anaconda lebih sulit dibandingkan Vampir seperti Violetta. Violetta saja tidak bisa melawan anaconda. Dia tidak seimbang.

Zielle tetap diam membiarkannya melakukan apa pun yang dia mau. Kekuatan suara, dia sudah mempelajarinya. Itu dapat membuat suara dengungan menyakitkan korbannya. Kelima indera korban akan berdarah dan mati secara perlahan. Tapi kekuatan Violetta belum mencapai tahap itu.

Zielle masih tidak berani membuka mata. Tiba-tiba saja, suara dengungan masuk ke telinga yang membuatnya merasa ngilu. Zielle mendesis merasa tidak nyaman dan memegang telinganya yang mulai sakit.

Suara frekuensi tinggi itu terasa terlalu tajam, jika dibiarkan akan merusak pendengaran. Zielle menyesal telah meremehkannya.

Zielle tetap tidak melawan. Dia tidak ingin menyakiti siapa pun. Tapi jika tidak ada yang menghentikan Violetta, Zielle bisa saja mati. Suara frekuensi tinggi dapat merusak pendengaran dan otak. Itu lebih berbahaya karena dapat membuat seseorang cacat dalam hitungan menit.

Merasa tidak memiliki pilihan lain, Zielle membuka mata, membiarkan bayangan Violetta berkhianat dan menghantamnya dengan kuat. Keduanya terbentur dinding dan terpojok, terbelalak melihat ke arah pelaku.

Keduanya sama-sama terkejut setelah mendapati serangan sekuat itu sehingga membuat tubuh mereka seakan telah remuk. Mereka semakin terkejut ketika melihat mata Zielle tidak merah melainkan hitam seperti iblis. Itu membuat mereka berdua gemetar, mereka takut ketika melihat aura Zielle yang kuat seakan telah memojokkan mereka ke jalan buntu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!