Chapter 10 : Mystic Academy

Tiga bulan telah berlalu dengan cepat. Tak disangka, banyak sekali hal yang berubah dalam hidup Zielle. Bahkan karena pembelajaran di istana dan lingkungan yang berbeda, sikapnya yang selama ini dipertahankan berubah.

Setelah pelajaran di perpustakaan selesai. Sampai jumpa Nathy yang baik hati membiarkan otak Sang Putri mengepul karena matematika. Jangan bertanya apa Zielle menikmatinya atau tidak. Tentu dia 'sangat' menikmatinya, atau lebih tepatnya menangisi otaknya yang terus berasap setiap hari.

"Zielle." Suara lembut itu menenangkan hatinya dalam seketika. Itu adalah Ratu Guinevere yang datang sepanjang Zielle melamun.

"Ya?"

"Besok waktunya memasuki akademi, kau lupa?"

Wajah gadis itu cemberut. Kenapa akademi lagi? Lebih baik ia bergelud dengan tatakrama Cloe dan matematika daripada berhadapan dengan orang itu. "Ibu, tidak bisakah aku tidak perlu ke akademi?"

"Pembelajaran akademi lebih lengkap termasuk pengendalian kekuatanmu. Walau aku tidak meragukan kemampuanmu selama ini, tetap saja kamu harus tahu sampai mana batas kekuatanmu."

Zielle menghela napas. "Ini permintaan Raja?"

Ratu Guinevere tersenyum tipis dan mengusap-usap punggung putrinya sambil berjalan. "Selama tiga bulan kamu mengurung diri dalam istana dengan semua buku. Ibu dan Ayah tidak ingin terlalu mengikatmu. Pengalaman lebih baik untuk seorang Putri Mahkota."

"Kalau begitu, tidak bisakah bukan di Mystic Academy?" bujuk Zielle.

"Mystic Academy adalah akademi bangsawan. Kamu tidak akan mendapatkan yang lebih baik di sekolah lain. Sekarang kamu pikirkan, bagaimana ketika kamu sekolah di sekolah campuran dan menjadi seseorang yang paling disorot. Kamu tidak ingin menjadi sorotan, 'kan?"

Ratu Guinevere memang mengerti putrinya. Tapi tetap saja Zielle tidak mau di Mystic Academy. Jadi gadis itu hanya diam.

Ratu tersenyum. "Kamu tenang saja, tidak ada yang bisa menindasmu karena kamu adalah seorang Putri."

Ratu Guinevere memang benar, tidak ada yang bisa menindasnya apalagi dengan identitas dan kekuatannya. Bahkan Edden sudah tidak sebanding. Zielle juga telah melampaui ayahnya sendiri ketika seusianya. Tapi di akademi berbeda, orang itu pasti akan menindasnya!

Zielle menghela napas kasar. Mau tidak mau harus menuruti apa kata Ratu Guinevere. Kekuatannya terlalu spesial, itu sebabnya harus dilatih bersama pelatih yang lebih profesional, sedangkan semua pelatih profesional ada di Mystic Academy.

Hari ini adalah hari yang semua orang tunggu, tapi tidak dengan Zielle. Sejak kemarin Vany tampak senang ketika mendengar Zielle akan masuk akademi nomer satu di Vampland.

Vany mempersiapkan semua keperluan dengan semangat bercampur sedih karena tuannya harus pergi jauh. Jujur, Zielle sedih tidak ada Vany yang menemani dan membantu lagi. Juga Edden yang selalu menjadi bodyguard tiap kali jalan-jalan di kota.

Omong omong, Zielle sekolah di sana hanya sampai beberapa bulan saja. Sebenarnya sangat nanggung, tapi mau bagaimana lagi? Selain itu, jika Zielle tidak lulus, dia akan mengulang kelas. Mau tidak mau ia harus mengejar pelajaran. Ia harus ke akademi karena pembelajaran yang berbeda dari kerajaan sesuai pencapaian masing-masing murid.

Zielle memeluk kedua orang tuanya bergantian sebagai tanda perpisahan sementara. Zielle akan pergi selama beberapa bulan dan tidak bertemu mereka sebelum sekolah selesai. Dia akan sangat merindukan mereka.

"Hati-hatilah." Ratu Guinevere mengusap rambut perak Zielle begitu juga Raja Filemon.

"Yang Mulia, mari saya antar." Edden menjulurkan tangannya untuk mengantar Zielle ke mobil. Zielle menyambut tangannya berjalan memasuki kereta kuda dengan bantuan Edden.

Zielle melambaikan tangan pada semua orang termasuk Vany. Walau hanya beberapa bulan, bagi Zielle itu cukup lama meski tidak bagi Vampir lain.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sekilas penjelasan tentang Mystic Academy. Mystic Academy adalah sekolah yang hanya menerima bangsawan Vampir dari seluruh Vampland. Bangsawan terbagi menjadi dua jenis, yang pertama Vampir Murni yang merupakan anggota keluarga kerajaan asli, dan yang kedua adalah Vampir biasa yang bukan anggota kerajaan tapi memiliki julukan bangsawan dari kerajaan tertentu.

Jika bertanya tentang perbedaan Vampir Murni, Vampir, Vampir Liar, dan Vampir Pemburu. Perbedaannya sangat jelas walau terkadang sulit membedakannya.

Vampir Murni, seperti yang dikatakan tadi, adalah jenis darah kerajaan asli yang memiliki mata merah dan rambut putih atau silver. Mereka bisa melahirkan keturunan, walau kenyataannya sulit dan butuh bertahun-tahun lamanya. Jika seorang Manusia ingin menjadi Vampir Murni, maka harus meminum darah Vampir Murni. Jika Vampir biasa, maka harus memakan jantung Vampir Murni.

Kemudian Vampir biasa memiliki beragam rupa seperti manusia, bedanya matanya akan merah jika ada suatu rangsangan. Mereka tidak bisa memiliki keturunan. Biasanya mereka membuat anggota keluarga dengan cara menggigit seorang Manusia. Manusia yang menjadi Vampir itu akan menjadi anggota keluarga pengigit.

Vampir Liar, merupakan Vampir yang terbengkalai. Vampir yang bisa saja saling membunuh sesama karena ketergantungannya akan darah dan tidak terkendali di hutan. Vampir ini selalu menjadi buronan kerajaan.

Vampir Pemburu, tidak memiliki ciri spesifik karena itu adalah sebuah organisasi pemburu Vampir Murni. Mereka bisa saja adalah Vampir liar atau pun Vampir biasa. Sebelumnya, Zielle menyebut vampir pemburu adalah Vampir liar karena—dulu—tidak tahu perbedaannya.

Kembali lagi ke Mystic Academy, di sana terdapat fasilitas kerajaan luar biasa. Merupakan akademi terkaya dan tersulit untuk memasukinya kecuali jika kamu adalah anggota kerajaan.

Bahkan anak duke akan sulit lolos ujian. Itu sebabnya, akademi itu penghasil bangsawan terkuat di Vampland. Buktinya 500 tahun yang lalu, Mystic Academy mengirim muridnya untuk memenangkan peperangan melawan Werewolf. Mystic Academy selalu menjadi penentu peperangan.

Jujur, Zielle kagum. Tapi dia tidak ingin terlalu meninggikan sesuatu. Baginya peperangan merupakan hasil kerja keras pasukan Vampland, bukan hanya Mystic Academy hanya karena memiliki banyak murid berbakat.

Tak terasa ia telah sampai di wilayah Mystic Academy setelah menempuh perjalanan beberapa jam dengan kecepatan penuh. Di depan sana, terlihat gerbang besar dan sebuah kastil besar. Zielle tidak terkejut karena dia sudah melihatnya di buku. Walau pada kenyataannya yang asli lebih menarik.

Sebelumnya Zielle sudah menelusurinya terlebih dahulu melalui buku maupun jaringan Vampland agar tidak terkejut ketika melihat langsung.

Satu hal lagi yang belum dijelaskan, bahwa di Vampland juga memiliki akses internet seperti di Dunia Manusia. Hanya saja berbeda jaringan. Sinyal Vampland tidak akan berlaku di Dunia Manusia begitu juga sebaliknya. Bahkan ponsel Vampland juga tidak berlaku di dunia manusia walau bisa saling terhubung.

Mobil berhenti di depan tangga menuju pintu castil. Bagian depan castil tampak sangat sepi seperti rumah besar di film vampir yang dibuat Manusia. Mirip dengan Istana di Alonios, bedanya yang satu ini terlihat jauh lebih misterius dan kuno.

"Kalian bisa pergi." Zielle bicara pada para pengawal yang mengantar terutama Edden setelah ia keluar dari mobil.

"Baik, Tuan Putri." Edden membungkuk hormat kemudian memerintahkan pengawal lain untuk memutar balik keluar dari akademi.

Zielle berusaha menenangkan jantungnya yang tidak karuan. Dia sudah sendiri, benar-benar sendiri di depan pintu besar yang tampak berat.

Pintu utama terbuka dengan sendirinya ketika sampai di depan pintu. Berbeda dengan di luar, di balik pintu tampak sangat ramai akan murid yang berlalu lalang dan bersenda gurau. Nuansa klasik menyertainya, aroma darah samar bertambah kayu menyambutnya. Zielle terdiam kala semua mata tertuju padanya dengan berbagai ekspresi. Sama seperti ketika debutante.

Zielle berjalan dengan tenang berusaha tetap datar seperti Zielle pada umumnya. Anggap saja tidak ada yang memperhatikannya dan bayangan berisik itu tidak pernah bicara padanya. Zielle pernah mencoba membiasakan diri ketika berdiri di tengah keramaian kota..

"Putri dari mana dia?"

"Cantik sekali, sepertinya Putri Violetta akan memiliki saingan ketat."

"Wow, murid baru. Cantik sekali!"

Begitulah bisikan Vampir yang terdengar, sisanya terlalu berisik sehingga Zielle menulikan telinga dengan earpods. Mungkin mereka akan menganggap Zielle sombong, dia tidak peduli. Mereka tidak akan mengerti masalah Zielle walau sudah dijelaskan.

Zielle kembali memandangi lobby indah ini. Di sini lebih indah dibandingkan buku, tapi dia sama sekali tidak terkejut. Lebih tepatnya dia sedang menahan keterkejutan, dia tidak ingin terkejut untuk ketiga kalinya karena akademi ini.

Pilar-pilar berdiri kokoh membentuk lorong di sekeliling ruangan. Terdapat tangga besar yang melingkar di depannya setelah melewati panjang lobby. Banyak ruangan yang dapat ditelurusi, tapi Zielle tidak memiliki banyak waktu.

Ketika berhenti di depan tangga, ia mulai bingung harus ke arah mana untuk menuju ruang kepala akademi. Seharusnya dia bertanya tadi.

ʟᴀɴᴛᴀɪ 10

Akhirnya ada bayangan yang bicara dengan benar karena sejak tadi para bayangan hanya bicara omong kosong. Zielle mulai tenang sambil mengikuti arahan bayangan.

ꜱᴏᴍʙᴏɴɢ.

ᴍᴇʀᴇᴋᴀ ʟᴇʙɪʜ ᴍᴇɴʏᴜᴋᴀɪ ᴘᴜᴛʀɪ ᴠɪᴏʟᴇᴛᴛᴀ.

Zielle tidak peduli dengan bisikan atau gosipan itu. Zielle sudah memasang wajah setebal mungkin untuk mempertahankan ekspresinya. Meski banyak orang yang tidak menyukainya, itu tidak masalah. Tujuannya datang ke sini hanya untuk belajar dan mencari pengalaman, bukan untuk hal lain.

Mengikuti arahan bayangan menuju ke ruang kepala akademi, ia berjalan dengan lancar seakan sudah terbiasa. Dia dengan mudah melalui elok-elok lorong yang menyulitkan tanpa tersasar. Untuk seseorang yang baru pertama kali datang pasti akan tersasar jika tidak ada panduan, tapi tidak dengan Zielle karena pemandunya adalah bayangan orang lewat.

Sampailah di ruang kepala akademi, Zielle mengetuk pintu sesuai tatakrama kemudian masuk pelan-pelan. Hal pertama yang terasa adalah, sunyi.

Persis seperti kesukaannya dan terdapat banyak pajangan unik di sekitar ruangan. Sosok wanita bersurai hitam panjang dengan mata amber yang cantik berdiri dari kursi kerja, berjalan menghampiri Zielle dengan langkah anggun.

"Selamat datang Putri Alonios. Senang bisa bertemu denganmu." Dia tersenyum dengan elegan.

Zielle membaca nametag-nya bertuliskan Pruistine McGraw. Dia adalah McGraw yang dikatakan Cynthia dan teman-temannya. Dia sangat sopan sehingga membungkuk untuk memberi salam.

"Sudah menjadi kewajiban untuk memberi salam pada Putri. Bagaimana pun, derajat Putri lebih tinggi dari saya."

Lagi-lagi Zielle dibuat terkejut. Rupanya McGraw bisa membaca pikiran. Zielle hanya bisa pasrah telah bertemu kembali dengan Vampir pembaca pikiran setelah sekian lama. Kenapa selalu ada pembaca pikiran?

"Maaf sebelumnya karena membaca pikiran Putri tanpa izin."

"Tidak apa-apa. Kau sangat cantik, aku suka rambut hitammu." Zielle jujur, dia ingin sekali memiliki rambut hitam.

"Terima kasih pujian Putri." Dia tersenyum tipis. "Dengan kepintaran Putri, Putri seharusnya sudah tahu apa saja aturan di akademi."

Tentu Zielle tahu. Di akademi, semuanya dianggap sama tanpa memandang kerajaan mana dia berasal. Di sini yang tua dihormati sedangkan yang lebih muda harus menghormati yang tua. Konsep ini sama seperti di dunia manusia. Itu berarti, di sini juga ia tidak akan dipanggil putri oleh para guru dan murid lain. Itu yang membuatnya tambah senang. Tetapi, apa di sini Zielle akan didaftarkan sebagai senior?

"Tergantung bagaimana pengetahuan Putri. Sebelum itu, Putri bisa mengisi formulir sebagai tanda bahwa Putri telah masuk ke dalam akademi dan mematuhi semua aturan akademi. Setelah itu, kita akan melakukan ujian untuk menentukan kelas mana yang akan Putri tempati."

Zielle mengangguk-angguk paham. Dia baru tahu hal ini karena tidak tertulis di buku. Baiklah, Zielle sudah siap!

McGraw mengisyaratkannya untuk duduk. Dia menyerahkan sebuah kertas formulir dan meminta untuk mengisinya.

Seperti formulir pada umumnya, Zielle hanya perlu menuliskan identitas seperti yang ada di Dunia Manusia. Setelah menyelesaikan formulir, Zielle menyerahkannya kembali pada McGraw.

"Terima kasih sudah mengisi, kamu sudah merupakan murid Mystic Academy. Kedepannya, tidak ada yang memanggilmu dengan sebutan 'Putri' kecuali jika kemauan mereka sendiri."

Zielle mengangguk pelan kemudian ikut berdiri ketika McGraw berdiri.

"Sekarang, waktunya untuk ujian."

Di akademi memiliki dua ujian. Pertama, ujian akademik. Kedua, ujian kekuatan. Kelas akan dipilih tergantung score kedua ujian. Semakin tinggi score, semakin tinggi kelas dan tingkat kesulitannya.

Zielle mengikuti arah McGraw pergi ke sebuah ruangan. Ruangan yang tampak seperti kelas pribadi dan hanya ada dua kursi yang sudah menyatu dengan meja di tengah. Sedangkan di depan adalah papan tulis beserta meja guru.

"Ini adalah ruang ujian pribadi. Sudah lama tidak digunakan karena para murid baru yang datang hanya pada awal tahun ajaran."

Zielle langsung duduk di salah satu kursi. Dalam waktu singkat, sebuah kertas muncul di meja. Dia bahkan tidak sadar kapan kertas ini datang.

"Waktu ujianmu hanya 30 menit dimulai dari sekarang."

30 menit? 50 soal? Kegilaan apa lagi ini? Zielle membolak balikkan kertas yang berisikan mata pelajaran campuran yang pastinya soalnya berbeda dengan di Dunia Manusia. Ini menyangkut Vampland dan Otherworld.

Zielle mengisinya dengan cepat berdasarkan apa yang dia tahu. Zielle yang membaca hampir semua buku di perpustakaan sudah pasti ini tidak sesulit ketika baru datang ke dunia ini. Jadi dia menjawabnya dengan tenang.

Soal ujian kali ini menyangkut vampir, monster, ras lain, sejarah dan lainnya yang pastinya tidak pernah dipelajari di sekolah para manusia. Walau ada matematika, tapi matematika di Otherworld sangat berbeda dan lebih rumit daripada di dunia manusia. Itu karena matematika disini berhubungan dengan sihir dan kekuatan.

Setelah 30 menit berakhir, kertas ujian yang dipegang Zielle hilang begitu saja berganti tangan ke McGraw. Untung saja Zielle sudah menyelesaikannya dengan cepat. Tidak tahu bagaimana hasilnya, Zielle hanya bisa pasrah. Dia hanya menulis apa yang dia tahu.

Raut McGraw tetap datar sambil memeriksa jawaban ujian. Tak butuh waktu lama, dia menutup kembali lembar ujian dan menghampiri Zielle yang sedari tadi berdiri menunggunya.

"Bagus, kamu mendapat nilai sempurna." McGraw tersenyum hangat.

Pada akhirnya Zielle bisa bernapas lega setelah tegang cukup lama. Dia takut hasilnya tidak memuaskan, itu sebabnya dia cemas. Kebiasaan memikirkan hasil ujian tidak pernah hilang sejak kecil.

"Sekarang, saatnya ujian kekuatan." McGraw berjalan ke luar ruangan, sedangkan Zielle hanya membuntuti di belakang.

"Kira-kira di mana aku akan ujian?" Zielle bertanya.

"Ruang bertarung."

Mereka sampai di sebuah ruangan besar. Di tengah, terdapat arena yang dikelilingi podium untuk menonton pertarungan. Tempat ini hanya bisa digunakan untuk kelas bertarung juga duel yang sudah mendapat izin. Di sini, tidak boleh bertarung di tempat umum atau akan ada konsekuensinya.

Zielle beruntung tidak ada murid yang sedang melakukan kelas di sini. Para murid sedang berlatih di hutan agar jauh lebih bebas apalagi menggunakan target monster.

"Siapa yang akan bertarung denganku?" Zielle bertanya. Sejak tadi dia tidak melihat orang lain selain McGraw dan penjaga.

McGraw tersenyum tipis. "Kamu lihat saja nanti. Silahkan pilih senjata di sini atau gunakan senjata pribadimu. Satu hal yang harus kau ingat, jangan gunakan kekuatan bawaanmy untuk menguji keterampilan bertarung sungguhan."

Zielle termenung sejenak. Apa itu berarti dia tidak boleh menggunakan bantuan bayangan? Untungnya dia sudah berusaha keras selama beberapa bulan demi hari ini. Dia juga sudah berencana tidak mengekspos kekuatannya sekarang.

Zielle memilih pedang panjang sebagai senjata sebelum akhirnya naik ke atas arena. Sedangkan McGraw duduk di podium bagian tengah untuk melihat ujian kali ini. Dia juga memasang pelindung transparan di sekitar arena agar serangannya tidak keluar.

Pintu besar di depan arena terbuka. Pintu yang tampak besar disertai deritan pintu besi yang menggelegar membuat perasaan Zielle tidak enak. Apa di dalam sana ada monster? Masalahnya, hal ini tidak tertuliskan di buku. Di buku hanya dituliskan tentang murid yang di haruskan ikut ujian jika ingin masuk akademi.

Semakin lama, Zielle semakin yakin yang ia lawan adalah monster. Sosok makhluk keluar dari ruangan gelap di balik pintu besi. Makhluk itu tampak kurus kering seakan hanya tulang dan kulit yang tersisa. Namun, jalannya sangat cepat dan menyerang begitu saja. Lebih tepatnya menerkam tanpa persiapan.

Zielle tersentak kaget. Dia menahan terkaman sehingga menciptakan cakaran di lengannya yang langsung menutup dalam beberapa detik. Walau luka itu tergolong ringan tapi tetap saja itu sakit. Zielle tahu makhluk apa ini berdasarkan apa yang dia pelajari di buku. Itu adalah Orc, makhluk mitologis yang hidup berkelompok. Kulitnya hijau, berwajah seperti kera dengan taring besar.

Zielle nyaris tidak percaya telah berhadapan dengan makhluk mengerikan ini. Dia mengayunkan pedang sehingga pedangnya menyayat makhluk itu. Bukannya jatuh atau mundur, melainkan lebih agresif menyerang. Zielle merasa percuma menyayat kulit tebal itu, dia harus langsung membunuhnya!

Zielle menghindari tiap serangan dan terus berusaha menebasnya. Namun, makhluk itu terlalu kebal seperti zombie walau darah hijau sudah berceceran di arena. Zielle nyaris muntah melihatnya. Apa ini benar-benar hanya ujian?

Zielle menghindari tangan yang ingin mencengkramnya. Menebaskan pedangnya kembali dengan kuat sehingga tangan Orc terlepas dari tubuhnya. Darah hijau terus berceceran dan justru lebih banyak sampai mengotori pakaian Zielle. Ini menjijikkan!

Andai saja Zielle diperbolehkan menggunakan kekuatan, makhluk itu sudah mati menjadi abu sejak awal tanpa harus mengotori tubuh Zielle dengan darah hijau yang menjijikkan. Zielle sudah semakin muak. Dia ingin menyelesaikannya dengan cepat!

Orc itu kembali menyerang dengan tangan buntung yang terus menyemburkan darah hijau. Kali ini, makhluk itu menyerang lebih agresif seperti orang gila yang marah, justru lebih buruk.

Zielle melesat dengan cepat seperti bayangan, mengarahkan pedang dan menebasnya dengan keras langsung pada kelemahannya.

Crashhh

Seketika darah hijau bercipratan di pakaian dan lantai arena. Sangat banyak sehingga membuat siapapun ingin muntah apalagi baunya sangat busuk. Lebih busuk daripada bangkai.

Zielle menoleh ke belakang, meneguk saliva kasar. Tubuhnya membeku sejenak, perutnya semakin ingin mengeluarkan isinya sekarang juga!

Di depannya, terdapat kepala Orc yang terpisah dengan sempurna sampai menggelinding di depan kaki Zielle. Arena bahkan dipenuhi darah hijau yang kental. Siapa pun pasti sudah muntah melihatnya apalagi penciuman Zielle sangat tajam sehingga bau itu terasa menyengat.

Baru saja dia menahan gejolak perut yang ingin mengeluarkan siinya sambil mengalihkan pandangan ke tempat yang lebih bersih, tiba-tiba terdengar suara kegaduhan yang cukup ramai. Tidak, itu bukan kegaduhan yang disebabkan oleh Vampir, melainkan monster dari ruangan yang sama makhluk tadi keluar.

"Sebelumnya hanya pemanasan." Suara McGraw terdengar sampai arena membuat Zielle menoleh.

"Berapa banyak di sana?" Zielle bertanya dengan wajah tegangnya. Ini pembantaian pertamanya.

McGraw tersenyum tipis. "Aku yakin kamu bisa menghadapinya. Harus!"

Zielle tidak habis pikir. Apa akademi ini ingin membunuhnya? Kembali lagi melihat ke arah ruangan gelap tersebut, alangkah terkejutnya ketika melihat beberapa Orc berlarian dengan cepat disertai suara yang melengking.

Zielle mundur beberapa langkah memperhatikan beberapa Ghoul berlarian. Masih mending hanya dua atau setidaknya kurang dari lima, ini lebih dari sepuluh! Ini sangat kejam untuk gadis pemula seperti Zielle!

Zielle kembali menoleh kearah McGraw mencoba meminta penjelasan. Tapi McGraw tampak tetap tenang seakan kepanikannya tidak ada artinya. Ini penyiksaan! Bagaimana jika dia mati?

"Kamu tidak akan mati dengan mudah. Jika kau gagal, aku akan menyelamatkanmu."

Zielle hanya memasang senyuk kecut. Seberapa kuat McGraw sehingga bisa menyelamatkan Zielle dari kelompok Orc yang kepalaran? Jika itu benar, maka kekuatan McGraw seharusnya bukan main-main.

Gadis itu kembali fokus ke arah pada monster yang berlarian menyerangnya. Zielle menghindari tiap serangan monster dan menarget kepala mereka untuk dihancurkan dan dipisahkan. Pertarungan sebelumnya hanya pemanasan untuk mengetahui kelemahan monster ini dan Zielle dapat dengan mudah membunuh mereka dengan kecepatan dan keahlian pedang.

Darah hijau bercipratan ke mana-mana bahkan pakaian hitam Zielle sudah nyaris penuh dengan warna hijau. Ini terlalu menjijikkan jika melihat keadaannya yang kacau itu.

Sekitar belasan monster ditebas bersamaan. Bahkan ketika mereka mengepung, dia berhasil menebas mereka sehingga darah mereka benar-benar mengenai kulitnya, setengah wajahnya juga terkena darah hijau.

Zielle sudah lelah, sangat! Berapa kali dia harus menghindar dan menyerang? Tiap kali dia membunuh, selalu ada Orc yang ingin menerkamnya dari belakang sehingga ia tidak ada waktu untuk bernapas. Lebih baik ujian tulis dibandingkan bertarung hidup-mati seperti ini.

Lagi-lagi makin banyak Orc yang keluar dari dalam sangkar. Zielle mulai kehabisan banyak kekuatan, dia sudah terlalu lelah jika tidak menyelesaikannya dengan bayangan.

Pedang dilemparkan menembus dua Orc bersamaan. Kemudian Zielle berlari cepat sambil menangkis semua Ghoul dan mematahkan leher mereka dengan tangannya. Zielle tahu itu tidak cukup, tapi tulang mereka begitu rapuh baginya sehingga mudah patah walau hanya ditendang.

Zielle kembali menarik pedang kemudian menebaskannya ke Orc. Dengan pedang memang lebih cepat mengalahkan, tapi lebih cepat juga cairan hijau membanjiri arena. Itu sebabnya, dia mengurangi penggunaan pedang dan menghancurkan kepalanya dengan tangan dan kaki.

Setelah beberapa lama bertarung, akhirnya Orc terakhir ia tusuk di bagian leher sehingga nyaris putus. Kali ini, dia yakin ini yang terakhir. Zielle sudah sangat lelah.

Napasnya memburu. Dia berusaha memulihkan keadaan dengan kekuatan bayangan yang diserap. Dia bisa menyerap kekuatan bayangan pada penjaga di depan sehingga memberi energi tambahan untuknya. Efeknya, penjaga itu akan lebih cepat lelah karena energi mereka yang terserap.

Zielle terpaksa melakukannya karena takut akan melawan monster lagi karena pembatas ini tidak bisa dibuka. Kalau bertanya bagaimana bisa ada energi masuk melalui bayangan, itu karena pembatas itu tidak mempengaruhi bayangan yang dapat tembus bidang transparan.

Ssssssss.....

Desisan itu terdengar keras. Zielle yakin itu bukan Orc melainkan, sesuatu yang lebih besar dan ... ditakutkan.

Sesuai dugaan, keluarlah monster panjang bertaring besar juga bersisik hitam. Panjangnya melebihi 12 meter sehingga membuat Zielle bergidik ngeri. Itu terlalu besar. Apa McGraw berniat membunuhnya? Masalahnya Zielle takut Ular!

Zielle mundur beberapa langkah. Tubuhnya bergetar, pikirannya tidak bisa berpikir jernih. Melihat Ular sebesar itu membuatnya teringat serangan Phyton ketika sedang kemah sekolah. Saat itu Si Ular melilit kaki Zielle. Untung saja Zielle dapat selamat berkat penjaga hutan. Itu yang membuat Zielle trauma akan Ular. Apa yang harus dia lakukan!

Suara McGraw kembali bergema. "Ini adalah penentuan. Kau bisa menggunakan kekuatanmu jika terdesak."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!