Chapter 14 : Duel Class

"Lewellyn dan Eugenie, silahkan maju!"

Semua orang bersorak riang. Mereka penasaran dengan kekuatan Zielle yang sudah pasti di atas mereka. Namun, ada juga orang seperti Catherine yang beranggap bahwa Zielle hanya beruntung.

Mereka tidak tahu perasaan Zielle sekarang. Tentu gadis itu tidak senang. Melawan Vince sama saja menunjukkan seluruh kekuatan. Zielle tidak bisa melakukannya.

Mereka berdua saling menjatuhkan pandangan tajam dari jauh. Walau jaraknya hanya tiga vampir yang sedang menyemangati serempak, masih tercium bau mesiu diantara keduanya. Ketiga Vampir itu terdiam setelah mencium baunya.

"Vince pasti akan menang!"

"Haha, lihatlah wajah tertekannya. Aku tidak bisa membayangkan gadis kecil sepertinya akan mendapat pukulan dari Pangeran."

Jangan tanya lagi siapa yang berteriak mengungkapkan hinaan seperti itu sedangkan yang lainnya menyemangati. Itu adalah si cerewet Catherine untuk kalimat kedua sedangkan yang pertama adalah 'Calon Putri Mahkota Tersasar' yang bicara dengan nada penyemangat.

Zielle langsung berjalan menaiki arena begitu juga Vince. Wajah mereka sama-sama datar seakan tidak peduli dengan keadaan sekitar. Padahal sejak tadi Zielle menahan gelisah.

Sedangkan Vince? Entah apa yang dia pikirkan. Wajahnya sama seperti sebelumnya begitu juga tatapannya. Seolah semua ini tidak mempengaruhinya dan tidak akan ada yang berubah.

"Sudah siap?"

Mereka mengangguk bersamaan sebelum pembatas arena diaktifkan. Suasana ini tidak jauh berbeda ketika ujian kemarin.

Vince mengeluarkan pedangnya dari tangan begitu saja, berbeda dengan cara Darren yang mengambil senjata dari tas. Dia memiliki cara yang sama seperti Zielle yang artinya pedangnya itu memang dibuat khusus untuknya beserta kekuatannya.

Pedangnya tampak mengkilat berwarna perak disertai gagang yang penuh ukiran indah. Berbeda dengan pedang bayangan yang polos dari atas sampai bawah. Untuk sekejap, Zielle menyukai pedang milik Vince yang tampak elegan.

Zielle mengeluarkan pedang bayangan melalui bayangan-bayangan yang dibentuk. Saat itu juga ekspresi para murid menjadi terkejut. Teknik seperti itu hanya di dapat oleh Vampir yang memiliki kemampuan tinggi juga senjata yang cocok dengan kekuatannya, tentu mereka tidak bisa melakukannya. Bahkan guru belum tentu bisa.

Mereka berdua saling menyerang tanpa banyak bicara. Menghentakkan kedua pedang kemudian menghindari ayunan pedang yang mengerikan. Zielle merasa Vince memiliki kekuatan fisik seperti Raja Filemon, itu membuat tantangan sendiri pada Zielle dan semakin bersemangat mengalahkannya.

Ketika Zielle menghentakkan pedang lagi, tangannya terasa tersengat ketika mencapai pedang Vince hingga termundur. Zielle melihat tangannya yang memegang pedang bergetar karena hentakan barusan. Vince terlalu kuat.

Vince menyerang kembali, mengayunkan pedangnya dengan cepat seperti kilat. Zielle hanya bisa menghindar sesuai dengan insting, bukan bayangan karena bayangan Vince terlalu loyal. Zielle menunduk ketika pedang tersebut mengacu padanya kemudian bersalto ke belakang untuk menghindar serangan lainnya yang membuat Zielle semakin mundur jauh.

Pedangnya itu terlalu mengerikan seakan ingin membunuhnya. Wajar saja jika Zielle mundur sangat jauh.

"Kau ingin membunuhku?" Zielle jelas kesal.

"Kau yang ceroboh," sahutnya tanpa ekspresi.

Zielle tidak terima. Dia merasa Vince benar-benar memiliki dendam padanya dan sangat ingin membunuhnya. Apalagi wajah Vince tidak menunjukkan ekspresi atau emosi yang membuat Zielle semakin kesal.

Banyak yang meragukan kemampuan Zielle karena tidak melihat langsung dan sekarang ingin melihatnya dengan membuatnya berhadapan dengan Vince. Padahal Zielle berharap dapat berhadapan dengan Violet terlebih dahulu untuk memberinya pelajaran. Mereka juga seharusnya tahu kalau Vince sulit ditangani.

Zielle kembali menyerangnya. Kedua pedang saling beradu dengan suara dentingan keras. Dia melompat melihat pedang perak itu menyerang saat menurunkan pedang. Sialnya tangan Zielle bergetar lagi hingga membuat fokusnya kacau. Kembali melancarkan serangan, kali ini dengan kekuatan penuh untuk segera mengalahkannya telak.

Ketika kedua pedang mereka saling tertahan, Zielle melompat membuat serangan dari belakang dengan kaki. Dia tahu, Vince akan langsung menyadarinya dan menahan kakinya, saat itu juga dia menyerangnya dengan pedang.

Zielle melempar pedangnya ke arah pria itu tepat lurus ke arah tubuhnya. Tapi siapa sangka pedang Zielle tertahan di udara dan menyerang balik tepat ke depan mata Zielle. Zielle menghindari kemudian mendapati pedangnya dan kembali menyerang Vince.

Entah kecepatan seperti apa, dia menahan lengan Zielle kemudian memutarnya. Zielle melompat melangkahinya tapi genggamanya sangat keras sebelum menarik gadis malang itu.

"Sepertinya kau berniat balas dendam," bisiknya membuat Zielle tambah kesal.

Zielle memelayangkan cakarnya. Kuku-kukunya sudah memanjang kemudian menyerang ke arah Vince. Vince berhasil menghindar, tapi itu tidak lama karena Zielle telah merencanakannya. Zielle memantulkan dirinya di pembatas kemudian melancarkan serangannya ke arah Vince tanpa sempat menghindar.

"Kau benar." Zielle tersenyum miring merasa telah menang karena telah berhasil mencengkram leher Vince walau tidak bisa mengangkatnya. Kukunya yang tajam berhasil membuat goresan di leher Vince walau tidak dalam.

Wajah Vince tetap datar seakan tidak terpengaruhi oleh cekikan. Dia justru tersenyum miring seakan telah merencanakan sesuatu. Perasaan Zielle tidak enak.

Di belakang sana, puluhan pedang keluar melayang di udara dengan kecepatan yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata. Pedang-pedang yang biasa digunakan berlatih kini melayang melakukan penyerangan bersama seolah ada yang mengendalikannya dan menembus pembatas begitu saja.

Zielle merasakan tubuhnya memberi peringatan berbahaya dari belakang. Dia masih tidak tahu apa yang terjadi di belakang, dia hanya merasakan sesuatu aneh. Dalam hitungan detik, bayangan mencuat keluar dari lantai sampai menembus pembatas di langit-langit.

Pranggg

Dentuman keras itu menggema membuat semua orang tidak bisa berkata-kata. Ini bukan ujian melainkan pertarungan sungguhan!

Zielle merasa tenaganya terkuras. Cengkeramannya melemah dan berbalik ke belakang di mana bayangan yang dia buat perlahan turun dan menghilang seakan terpendam dalam lantai, hanya menyisakan pedang besi yang berantakan dan rusak. Zielle masih terperangah. Dia merasa telah dijebak hingga dibuat kesal.

Tiba-tiba, sesuatu mencengkram tangan Zielle dan memutarnya ke atas hingga terbanting di lantai tanpa perlawanan atau siap melawan. Vince telah membantingnya seakan Zielle adalah boneka! Pinggang Zielle seakan ingin patah karena dentuman yang menyebabkan suara patahan tulang. Sangat sakit.

"Menyerang dari belakang." Zielle mendesis kesal sambil melemaskan tubuh di lantai.

Vince berdiri tepat di atas kepala Zielle yang masih telentang di lantai karena bantingan itu. Wajahnya tetap datar. "Cekikanmu tidak memuaskan." Baginya cekikan Zielle hanya sentuhan meski kuku Zielle mencuat tajam seperti pisau dan menyayatnya.

Zielle mengambil pedangnya kembali kemudian berdiri dengan wajah masam. Pinggangnya terasa sangat sakit tapi dia tidak boleh menunjukkannya.

Pada akhirnya, Zielle kalah ....

"Vince!"

"Vince!"

"Vince yang terbaik!"

Para fansnya menyoraki sambil berteriak-teriak riang. Tapi yang disoraki tak acuh sedangkan Zielle mencibir dalam hati. Mereka sulit diakurkan.

"Untuk pertama kalinya aku melihat Lewellyn dipaksa menggunakan kekuatannya." Mr. Black tiba-tiba bicara dan disetujui oleh beberapa murid. Tentu kecuali fans Vince yang justru merendahkan Zielle. Zielle mengalahkan Vince juga pasti mereka tetap akan menghinanya.

Zielle sangat ingin berteriak dan menangis. Punggungnya sangat sakit seperti telah patah sedangkan regenerasinya melambat karena cederanya cukup parah. Dia justru tetap berdiri dengan profesional dan kembali duduk di sebelah Cynthia.

"Zielle, kau baik-baik saja?" Cynthia menanyakan pertanyaan bodoh. Bagaimana Zielle bisa baik-baik saja? Punggungnya seakan ingin remuk semua!

"Cynthia ...." Zielle melirih dan bersandar padanya merasakan punggung yang masih sakit.

"Sepertinya kalian berdua memiliki kesalahpahaman."

Zielle menatapnya tidak setuju. "Kesalahpahaman apa? Bukankah dia memang ingin membunuhku sejak awal?"

"Vince ingin membunuhmu?" Cynthia terkejut.

Zielle mengangguk miris dan berkata dengan nada kasihan, "Ketika di dunia manusia sudah terlihat dia memiliki dendam 7 kehidupan padaku. Dia bahkan mencekikku dengan sangat keras saat itu, sekarang membantingku dengan tidak manusiawi. Jika saja aku tidak menggunakan pelindung bayangan, aku sudah mati sejak awal."

"Kau juga terlihat ingin membunuhnya tadi."

"Aku ingin balas dendam!" geramnya kemudian cemberut kembali. "Tapi tidak bisa."

Cynthia membiarkan temannya yang malang bersandar di bahu dan mengusap-usap rambutnya. "Zielle yang malang. Sepertinya Vince tidak menjelaskannya padamu atas kejadian waktu itu."

Zielle menegakkan tubuh dan menatapnya serius. "Kau tahu kenapa dia ingin membunuhku?"

"Bukan membunuhmu," katanya. "Sebelumnya ketika kau pergi ke bank darah, dia mengatakan bahwa kekuatanmu tidak biasa sehingga dapat mengganggunya."

Zielle tertegun. Rupanya Vince telah menyadari tingkahnya yang berusaha berinteraksi dengan bayangan.

"Vince penasaran, kami juga sama. Jadi kami memutuskan untuk mencari tahu tentangmu. Tapi, harus ada yang mengikutimu terlebih dahulu. Alhasil, Vince terpilih walau dia menolak mentah-mentah. Tentu saja kita bertiga mendesaknya sehingga Vince pasrah dan mengikutimu sampai ke rumah."

"Apa yang dia katakan?"

"Vince menguji kekuatanmu karena sebelumnya dia melihatmu mengeluarkan bayangan hitam untuk membunuh Vampir Pemburu yang ingin mencelakaimu. Vince pikir, kau akan dengan mudah menghindari serangannya tapi siapa sangka kau akan terluka karena serangan kecil Vince."

Kecil? Bahkan Zielle ingin mati saat itu, masih dibilang kecil? Sungguh, Zielle tidak mengerti jalan pikir dinding itu.

Cynthia melanjutkan, "Tapi aku tidak tahu kalau separah itu. Vince bilang kau baik-baik saja karena kau Vampir, jadi tidak ada luka serius. Kita memang tidak melihatnya secara langsung, Vince yang cerita."

Zielle melemahkan bahu merasa tidak berdaya. Vampir satu itu memang berhati keras sampai mengabaikan keselamatannya. Zielle sudah terlalu marah!

"Kau tahu apa yang dia lakukan? Dia mencekikku hingga nyaris mati jika tidak memarahinya. Dia bahkan tidak minta maaf dan malah menyalahkanku. Apa-apaan dia!" Zielle bicara penuh emosi.

"Benarkah? Tapi Vince tidak mengatakan bahwa kau nyaris mati. Dia hanya mengatakan ... kau lemah." Cynthia jujur. Apalagi melihat ekspresi Vince ketika mengatakannya, sangat tidak berperasaan.

Zielle merasakan ribuan jarum menusuk seluruh tubuhnya. Sangat menyakitkan. "Dia benar mengatakan itu?"

"Itu kalimat terakhir yang dia katakan." Cynthia menjawab dengan wajah polosnya. Sepertinya dia tidak menyadari tatapan tajam dari tiga vampir tertentu seakan melarangnya memberitahu.

"Cynthia, lain kali jangan ikut lagi." Calixto tiba-tiba bicara membuat raut wajah Cynthia cemberut seperti anak kecil.

"Lixie, jangan begitu." Cynthia memelas.

"Apaan Lixie? Namaku Calixto!" Calixto tampak jijik.

"Itu panggilan baru selain cebol. Memangnya kau mau terus dipanggil cebol!"

"Hahahahaha."

Tawa Zielle pecah seketika membuat mereka menoleh ke arahnya. Sungguh julukan yang terlalu lucu sehingga Zielle melupakan sakit punggung.

Calixto memang memiliki tinggi 170 yang artinya dia lebih pendek diantara teman temannya yang lain. Bahkan tinggi terpendek di kelas untuk kategori laki-laki. Pantas saja dibilang cebol.

"Kau baik-baik saja?" Cynthia terperangah melihat Zielle tertawa lepas. Ini pertama kalinya dia menunjukkan tawa lepas seperti itu.

"Tak apa, lanjutkan." Zielle kembali mendatarkan wajah. Seharusnya dia tertawa dalam hati saja, tapi itu tidak tertahankan. Apalagi Cynthia berkata dengan lantang sehingga wajah Calixto memerah karena malu. Jangan lupa bahwa murid lain juga mendengarnya dan cekikikan diam-diam.

Karena merasakan punggung yang kembali sakit, Zielle izin kembali ke asrama. Dia sudah lelah. Perutnya sakit karena tertawa, punggungnya sakit karena Vince. Kepalanya juga ingin pecah karena terus mendengar ocehan unfaedah para fans fanatik.

Zielle memasuki asrama dengan langkah malas kemudian melempar tas begitu saja ke bangku. Baru saja ingin menjatuhkan diri ke bangku, tampak Artemis menjatuhkan sesuatu dan terlihat terburu-buru di depan pintu.

Zielle menghampirinya, ingin mengambil benda aneh itu tapi Artemis langsung merenggutnya tanpa persiapan dan menyimpannya di balik saku.

"Ada apa denganmu?" Zielle bertanya tapi Artemis malah pergi begitu saja. Apa salahnya?

Karena tidak tahan, Zielle menahannya di pintu. Penutup pintu dan menatapnya dengan tatapan meneliti. Dia tampak sedang menindas seseorang.

"Bagaimana kau bisa bebas jika terus seperti ini?" Zielle menatapnya tajam begitu pula sebaliknya. Dia tak kalah dingin rupanya. Tapi kenapa tidak melawan ketika di cemooh?

"Aku tidak perlu alasan untuk menghindar," katanya dengan datar.

"Sejak kemarin kau terus seperti seseorang yang ketakutan. Ada apa denganmu?" tanya Zielle. Entah darimana keterampilan bicaranya meningkat.

"Apa kau suka sekali ikut campur masalah orang lain?"

Zielle berdecak sebal. "Tidak juga, aku hanya merasa ... ada sesuatu pada dirimu."

Zielle penasaran benda apa yang jatuh tadi. Bentuknya seperti sebuah plat besi yang berkarat namun memiliki gambar yang rumit. Tidak yakin gambar apa itu, tapi itu terasa tak asing. Zielle seperti pernah melihatnya di suatu tempat tapi tidak tahu artinya. Apalagi ketika memegangnya tadi, dia merasakan energi yang kuat.

"Simpan pemikiran itu, kau tidak berhak mengetahuinya."

Rupanya Artemis bisa baca pikiran. Lagi-lagi Zielle terkena karma telah bertemu dengan pembaca pikiran.

"Bisakah kau minggir?" desak Artemis.

"Tidak, sebelum kau menjawab. Apa itu sebenarnya? Apa tentang Penyihir?"

"Kau tuli?" Artemis menatapnya semakin dingin.

Sedangkan Zielle tidak peduli. "Ah, aku benar. Aku jadi semakin tertarik, bagaimana jika aku membantumu? Aku mendapat buku dari Cynthia dan itu sangat membantu kekuatanku. Mungkin saja, salah satunya ada penjelasan tentang kekuatanmu."

Artemis menyipitkan matanya. "Kau sangat berbeda dari yang dirumorkan."

"Tentu saja. Walau tertutup, aku tidak sedingin yang kalian kira, tanyakan saja pada Cynthia."

"Tidak tertarik." Dia bicara acuh tak acuh dan akan pergi, namun suara Zielle menghentikan langkahnya.

"Kau menghindari banyak orang. Kau bahkan tidak membalas orang-orang yang mencemoohmu hanya karena kau berdarah campuran."

Artemis tidak menjawab, justru memperhatikannya. Zielle jadi kesal sendiri. "Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya," kata Zielle kemudian terkekeh kecil. "Sepertinya aku telah memecahkan rekor bicara terbanyak dalam satu menit."

"Kenapa kau sangat penasaran?"

"Karena aku tipe orang yang mencintai informasi. Karena aku baru di sini, aku harus mengetahui banyak hal." Biasanya Zielle mendapat informasi dari bayangan, itu sebabnya dia tahu segala hal jadi tidak bertanya pada siapapun. Tapi sejak tadi, bayangan Artemis hanya menyimak.

"Kau sangat penasaran dengan plat yang kubawa padahal itu bukan urusanmu."

ʟᴀᴍʙᴀɴɢ ᴘᴇɴʏɪʜɪʀ

"Baiklah, aku baru ingat kalau itu lambang penyihir. Tapi kau Vampir, bagaimana bisa memiliki lambang penyihir?" Zielle bersedekap dada. Untung saja bayangan Artemis mulai terbuka.

"Kau senang sekali mengorek informasi. Bagaimana jika aku tidak beritahu?" Artemis enggan memberitahu.

"Aku tahu kau akan beritahu." Zielle menjawab dengan santai.

"Aku takut kau tahu terlalu banyak," katanya. "Kau pernah mendengar sebuah kalimat? Terlalu pintar hanya akan membuatmu terbunuh."

Zielle tetap tenang meski diancam. Toh, memang banyak yang ingin membunuhnya. Jadi, kenapa tidak sekalian saja? Bukanya sok hebat, dia memang seperti itu. Sejauh ini, bayangan yang berhasil bertahan pada pemiliknya—selain McGregor—hanya Vince. Itu sebabnya dia kalah melawannya. Kesetiaan memang lebih penting.

"Tidak perlu mencemaskanku. Kehawatirlah pada dirimu sendiri." Zielle pergi ke kamar setelah mengambil tas di bangku.

Zielle masuk ke dalam kamar dan mulai terhubung dengan bayangan Artemis. Walau jauh tapi bayangan Artemis tetap terdengar karena dia sudah menaruh tanda ketika mengulur waktu tadi. Bayangan mulai menjelaskan.

ᴀʀᴛᴇᴍɪꜱ ꜱᴀᴛᴜ ꜱᴀᴛᴜɴʏᴀ ᴘᴇᴍɪʟɪᴋ ᴘʟᴀᴛ ᴋᴇᴋᴀɪꜱᴀʀᴀɴ ᴘᴇɴʏɪʜɪʀ ᴅɪ ᴡɪᴢᴀʀʟᴀɴᴅ. ɪʙᴜɴʏᴀ ᴘᴜᴛʀɪ ᴋᴇᴋᴀɪꜱᴀʀᴀɴ ᴅɪ ᴡɪᴢᴀʀʟᴀɴᴅ ᴅᴀɴ ᴍᴇɴʏᴇʀᴀʜᴋᴀɴ ᴘʟᴀᴛ ɪᴛᴜ ꜱᴇʙᴇʟᴜᴍ ᴍᴇɴɪɴɢɢᴀʟ. ʙɪꜱᴀ ᴅɪʙɪʟᴀɴɢ, ᴀʀᴛᴇᴍɪꜱ ᴘᴇɴᴇʀᴜꜱ ᴋᴇᴋᴀɪꜱᴀʀᴀɴ ᴡɪᴢᴀʀʟᴀɴᴅ. ʜᴀɴʏᴀ ᴘᴇɴᴇʀᴜꜱ ʏᴀɴɢ ᴅᴀᴘᴀᴛ ᴍᴇɴʏɪᴍᴘᴀɴ ᴘʟᴀᴛ ɪᴛᴜ. ᴛᴀᴘɪ ᴅɪ ꜱɪꜱɪ ʟᴀɪɴ, ᴀʀᴛᴇᴍɪꜱ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ᴘᴜᴛʀɪ ᴋᴇʀᴀᴊᴀᴀɴ ᴇʟᴏᴅɪᴀ.

"Pantas saja Artemis menyembunyikan plat itu. Lalu apa kekuatannya? Apa dia bisa membuat mantra seperti penyihir lainnya?" Zielle mulai tertarik. Entah kenapa, semenjak kekuatan bayangannya meningkat, ia lebih sensitif dan ingin tahu banyak hal.

ᴋᴇᴋᴜᴀᴛᴀɴɴʏᴀ ᴛᴜᴍʙᴜʜᴀɴ. ᴅɪᴀ ᴍᴇᴍʙᴜᴀᴛ ʙᴇʀʙᴀɢᴀɪ ʀᴀᴍᴜᴀɴ ᴘᴇɴʏɪʜɪʀ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴍᴇɴɢᴀɴᴅᴀʟᴋᴀɴ ᴋᴇᴋᴜᴀᴛᴀɴ ᴛᴜᴍʙᴜʜᴀɴɴʏᴀ. ꜱᴇʟᴀᴍᴀ ɪɴɪ, ᴄᴀʀᴀ ʙᴇʀᴛᴀʀᴜɴɢɴʏᴀ ᴍᴇɴɢɢᴜɴᴀᴋᴀɴ ᴍᴀɴᴛᴇʀᴀ ᴋᴀʀᴇɴᴀ ɪɴɢɪɴ ᴍᴇɴʏᴇᴍʙᴜɴʏɪᴋᴀɴ ᴋᴇᴋᴜᴀᴛᴀɴ ᴛᴜᴍʙᴜʜᴀɴɴʏᴀ ʏᴀɴɢ ʙᴇʀʙᴀʜᴀʏᴀ.

"Bagaimana tumbuhan bisa berbahaya? Seharusnya itu bagus untuk menjadi healer." Walau Vampir dapat beregenerasi dengan cepat atau minum darah untuk cedera berat, tetap saja dibutuhkan jika sewaktu-waktu tidak ada persediaan darah.

ᴛᴜᴍʙᴜʜᴀɴ ʏᴀɴɢ ᴍᴇɴᴊᴀᴅɪ ᴋᴇᴋᴜᴀᴛᴀɴ ᴀʀᴛᴇᴍɪꜱ ʙᴜᴋᴀɴ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴɢᴏʙᴀᴛɪ ʟᴜᴋᴀ. ᴍᴇʟᴀɪɴᴋᴀɴ ᴍᴇɴᴜᴍʙᴜʜᴋᴀɴ ꜱᴇᴍᴜᴀ ᴛᴀɴᴀᴍᴀɴ ᴛᴀɴᴘᴀ ʙᴀᴛᴀꜱ.

"Rupanya begitu. Tapi menurutku, itu hanya tanaman. Tanaman mana saja akan hancur dengan bayanganku asal tanaman itu memiliki bayangan. Aku dapat menghancurkan apa pun dengan menggunakan bayangan hanya dengan mengendalikannya." Zielle berkata dengan senang hati.

ᴛᴇʀꜱᴇʀᴀʜ

Zielle hanya terkekeh. Bayangan Artemis ternyata cukup pelit dan sangat menyayangi tuannya. Tapi sayangnya, Zielle adalah penguasa bayangan. Bayangan mana yang tidak akan menurutinya? Kecuali Vince.

Mengingat tentang Vince, Zielle jadi penasaran apa kekuatannya. Bisa-bisanya dia membuat serangan tersembunyi tanpa peringatan seperti sebelumnya. Zielle harus menelitinya lagi. Atau, apa dia harus bertanya pada Cynthia? Mungkin itu ide bagus.

Terpopuler

Comments

Nurwana

Nurwana

tambah seru.... sampai komentar....

2023-01-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!