Perkataan ayahku membuat semua orang yang berada di rumah pak Rt mengangguk. Aku bersyukur tiada henti, karena masih di beri kesempatan untuk hidup. Aku menatap ana sekilas, takut jika dia terluka lebih parah. Karena energinya barusaja di hisap hantu yang katanya mempunyai sekolah.
"Kau tidak apa-apa ana?"
"Aman, terima kasih banyak sudah menolongku. Aku berpikir jika kau akan memilih meninggalkanku"
"Aku bukan teman yang tidak setia kawan. Berbeda dengan satu itu" Kataku sambil menyinggung dion.
"Terima kasih juga mau membawaku. Padahal aku merepotkan kalian" Kata fani sambil memelukku dengan ana.
"Aku juga mau dipeluk dong" kata rahmat sedikit bercanda.
"Luis, kita sebaiknya pulang. Adik-adikmu pasti sudah menunggu" Kata ayahku.
Aku langsung berpamitan pada teman-temanku dan pak Rt. Kemudian kembali ke rumahku. Dalam perjalanan, semua baik-baik saja walau kami sering mendengar suara aneh entah datang dari mana.
"Rian, buka pintunya. Aku sudah pulang" kataku yang memanggil rian. Rian kan menginap di rumahku malam ini dan dia juga yang menjaga adikku.
"Kau sudah pulang, kenapa lama sekali? katanya hanya sebentar" kata rian yang membuka pintu.
"Kita bicara di dalam nak, tidak baik bicara di luar" Kata ayahku kemudian menutup pintu dengan rapat dan menguncinya.
"Adik-adikku di mana?" Tanyaku pada rian yang hanya di balas tunjukkan mengarah pada kamarku.
"Terima kasih nak rian sudah mau menjaganya. Nak rian tidur di kamarku saja" Kata ayahku dengan ramah.
Maklum jika ayahku menyuruh rian tidur di kamarnya, di rumahku hanya dua kamar. Satu kamarku dan satu kamar ayahku. Kami tidak punya kamar ruang tamu.
"Om tidur di mana nanti?" Tanya rian.
"Aku tidur di sofa saja tidak apa-apa" Kata ayahku.
Aku dan rian masuk ke kamar, ku lihat adik-adikku sudah tertidur. Idar memeluk aidil membuat diriku teringat dengan ibuku. Tak terasa, kepergian ibuku sudah lima bulan. Waktu berjalan dengan cepat dan membawaku terus mengitarinya.
Suara benda jatuh mengenai rumahku. Terdengar begitu sangat keras membuat idar dan aidil bangun. Ayahku masuk ke kamarku.
"Kalian tidak apa-apa?" Tanya ayahku.
"Tidak apa-apa yah, hanya saja suaranya membuatku terkejut" Kataku.
"Ayah aku takut" Kata adikku yang paling kecil.
"Sepertinya ada yang menyantek keluarga kita lagi" Kataku dengan santai. Kami sudah paham betul jika keluarga kami di santet. Suara benda jatuh terus datang di malam tertentu, seperti malam senin, malam kamis dan malam jumat. Seperti batu yang sengaja di lempar dan mengenai atap rumah.
"Sudah, kalian sebaiknya tidur, jangan berisik. Nanti rian mendengarnya"
Walau ayahku tau, dia hanya menyuruh kami diam. Hanya itu yang selalu dia katakan. Di saat ibuku masih ada, ketika kami mendengar suara seperti ini, ayahku tetap menyuruh kami diam.
"Aku cepek terus seperti ini, bagaiman jika nanti aku kehilangan keluarga lagi? tidak akan aku biarkan, aku akan membalas kali ini. Sudah cukup ibuku jadi korban keegoisan pamanku sendiri, adik dari ayahku" Gumanku dalam hati, hanya bisa aku pendam sendiri rasa sakit ini mengingat kajadian dulu-dulu.
Aku tidak mungkin menangis dan mengadu, aku sudah besar dan punya rasa malu jika menangis di depan adikku.
"Luis, kau juga tidur. Kau pasti capek" kata ayahku sebelum kembali ke sofa.
Aku mencoba tidur, tetapi mataku serasa tidak mau tertutup. Aku menepuk aidil agar bisa tidur lebih cepat.
Tiga puluh menit berlalu, tetapi mataku sudah tertidur. Tidak lama, aku mendengar suara ketuka pintu dan panggilan dari luar. Tetapi suaranya sidikit aneh, sehingga membuatku merinding.
"Luis, buka pintunya" Katanya dengan suara lemah.
Aku melangkah keluar dari kamar, karena penasaran dengan suara tersebut. Aku melihat ayahku sudah tertidur di sofa. Suara ketukan di sertai panggilan datang lagi. Bulu kudukku merinding, aku membangunkan ayahku yang tertidur di sofa.
"Ada apa luis, kau belum tidur juga?" Tanya ayahku yang setengah tidur.
"Ada orang diluar" Kataku dengan takut. Malam ini, aku begitu ketakutan, entah apa yang terjadi padaku.
"Orang? ayah tidak mendegar suara apapun" Kata ayahku dengan penasaran.
Suara ketukan kembali terdengar, tetapi suara yang memanggil namaku sudah tidak terdengar.
"Tuh kan yah, suara ketukan datang lagi" kataku menyakinkan ayahku.
"Suara ketukan apa luis, ayah tidak dengar apapun?" Kata ayahku yang semakin heran.
Aku mulai sadar, ternyata hanya diriku yang mendengarnya. Ayah tidak sama sekali. Itu berarti, dia bukan manusia. Melainkan makhluk tak kasat mata.
"Sebaiknya kau kembali ke kamar dan tidur dengan tenang" kata ayahku kemudian membaringkan kembali tubuhnya.
Aku tidak mempedulikan perkataan ayahku, aku berniat membuka pintu rumahku. Aku berjalan perlahan, langkahku semakin dekat dengan pintu. Sebelum membuka pintu, aku mengintip di jendela. Aku melihat seseorang di balik pintu dengan membelakangi pintu. Aku tidak bisa melihat wajahnya.
Gang pintu sudah aku pegang. Aku membuka secara perlahan dan benar saja, wanita tersebut masih berdiri di depan pintu tetapi membelakangiku. Karena pensaran, aku menyapanya.
"Anda siapa? apa ada keperluan datang ke sini?" Tanyaku dengan perlahan.
Dia sama sekali tidak menjawab, menghadap padaku juga tidak. Mungkin suaraku kurang besar. Aku mengulangi perkataanku.
"Apa anda punya keperluan datang ke sini?" Tanyaku dengan sedikit nada tinggi.
Wanita tersebut bergerak perlahan, tetapi dengan menunduk. Sulit melihat wajahnya. Tiba-tiba aku melihat tangan wanita tersebut. Betapa terkejutnya, tangannya sudah tidak ada seperti terpotong. Hanya lengan yang tersisa. Bukan hanya satu tangan yang hilang, tetapi ke dua tangannya.
Spontan aku melihat wajahnya, dia tersenyum ke arahku dan matanya terbuka dan hanya menampilkan mata putih. Aku berteriak, tidak bisa menahan rasa takutku lagi. Aku berusaha menutup pintu, tetapi dihalangi.
"Keluargamu akan menjadi mangsaku. Termasuk dirimu. Bersiaplah" katanya sambil tertawa.
Aku tetap berusaha menutup pintu dengan mendorongnya, tetapi kekuatan hantu tersebut sangat kuat. Aku terlempar karena dorongan hantu tersebut. Kini dia berjalan ke arahku.
Aku mundur sampai akhirnya tidak bisa mundur lagi. Dibelakangku sudah ada tembok, aku tidak bisa melakukan apapun. Hantu tersebut datang menghampiriku. Lengan tanpa tangan bergerak sendiri, seolah ingin meraihku.
"Jangan mendekat, aku akan memusnahkanmu" Teriakku tetapi dia hanya menyambut dengan senyuman mengerikannya.
"Lakukan saja, aku tidak takut denganmu" Katanya terus tertawa.
Aku mencoba membaca surah-surah yang aku hafal. Surah Al-Falaq, untuk mengusir hantu ini. Tetapi aku tidak bisa membacanya dengan benar. Mungkin karena rasa takut atau panik. Aku mencoba menenangkan diriku, kali ini yang aku baca ayat kursi. Hanya di awalan saja aku bisa membacanya, tetapi di pertengahan mendadak aku berhenti. Tidak tau kelanjutannya, padahal aku sangat hafal betul ayat kursi.
Hantu tersebut mendekat dan ingin memakanku secara mentah. Aku pasrah, mungkin ini takdirku. Tetapi mulutku terus berusaha membaca ayat kursi walau hanya sepotong-potong.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Yudi Christian
Napa pake dibuka pintu nya ...tapi keren biar serem thor
2025-02-03
0
Soyaji Kim
udah tau takut,udah tau itu bukan manusia malah di bukain pintu nya kan bodoh banget,gereget jadinya...
2023-06-29
0
Elisabeth Ratna Susanti
top 👍
2022-07-15
0