Kami memulai melakukan ritual yang di perintahkan pak Rt. Darah ayam kampung dan daging mentah berada di depanku. Walau ini bukan yang pertama kalinya kami lakukan, tetapi terasa tegang dan takut yang menyelimuti.
Orang yang sama seperti di kampung ini, terdapat lima orang. Dion, fani, rahmat, ana, dan aku. Kami berlima mempunyai keistimewaan yang berbeda-beda. Tetapi saling membantu sesama.
Kami membentuk lingkaran dan mulai memejamkan mata. Pak Rt dan warga yang datang mundur, membiarkan kami berkomunikasi dengan penjaga kampung.
Tidak lama, angin bertiup sekencang mungkin hingga membuat semua orang menutup matanya dengan tangan. Setelah tiupan angin berlalu, suara anjing bergon-gong di dekat rumah pak Rt. Tidak lama datanglah sosok yang kami panggil. Dua orang, yang satu berjubah hitam dan yang lain berjubah putih. Mereka datang dengan senyum yang mengerikan.
"Kalian datang kepada kami, katakan apa yang terjadi?" Kata seorang laki-laki berjubah hitam.
Kami membuka mata setelah mendengar suaranya. Hanya kami berlima yang bisa melihatnya, semua orang yang datang masuk ke ruang lain agar tidak menganggu kami.
"Kami akhir ini mendapat ancaman dari arwah yang tidak di kenal. Kampung ini milikmu, mereka tidak akan masuk tanpa seizinmu" Kata dion yang memulai percakapan.
"Apa maksud kalian adalah kuntilanak perempuan yang sering kentayangan di kampung ini?" Tanya seorang perempuan yang berjubah putih.
"Benar, katakan pada kami apa mau mereka" Kata dion kembali.
"Jangan bermain dengan kami, dia bukan hantu baru di kampung ini. Bahkan sudah bertahun-tahun lamanya. Tidak ada hantu baru yang berani masuk di sini" kata orang berjubah hitam dengan marah. Bahkan petir terdengar keras setelah perkataan orang yang berjubah hitam.
"Kami tidak bermaksud membuat kalian marah, tetapi aku pernah di ganggu oleh hantu yang menyamar menjadi adikku. Apa itu adalah ulah kuntilanak tersebut?" Tanyaku. Aku memberanikan diri kali ini, mengingat kejadian aneh tersebut bisa saja terulang.
"Banyak hantu masuk di kampung ini, aku sendiri tidak bisa menghitung berapa jumlah mereka. Tetapi setelah kedatangan orang baru di kampung ini, banyak makhluk tak kasat mata datang ke sini bergantian. Kami kewalahan dan memutus untuk membiarkan mereka masuk. Jika tidak membiarkan mereka masuk, kami bisa jadi korban dan kampung ini akan menjadi kampung hantu selama-lamanya" kata perempuan yang berjubah putih.
"Kalau begitu, biarkan kami melakukan komunikasi dengan hantu yang memakan korban!" Kata rahmat.
Kami semua mengangguk, menyetujui perkataan rahmat. Mereka yang mengunakan jubah saling memandang satu sama lain.
"Kami akan membiarkan malian bertemu dengan mereka, tetapi kami tidak akan menaggung konsekuensinya. Jika kalian tetap berniat, kami akan membantu. Untuk menemuinya, tidak mudah yang kalian pikirkan. Kalian bisa terjebak di sana dan tidak akan pulang untuk selama-lamanya" kata pria yang berjubah hitam.
Perasaanku tidak enak, bagaiman jika aku tidak bisa kembali. Ayah dan adikku pasti tidak akan terima. Siapa yang akan mengurus mereka. Ingin aku mundur tetapi ana tiba-tiba menyahut.
"Kami akan tetap melanjutkannya. Bawa kami padanya, kami akan mencari jalan menemukannya dan jalan untuk pulang" Kata Ana dengan mantap.
Aku memandang ana, kita sama saja menyerahkan diri pada makhluk hantu itu. Apalagi mereka mengincarku sekarang. Dia tidak akan mau melepaskanku nanti.
"Tutup mata kalian, dan hirup semua udara yang ada di sekitar kalian. Rasakan dan terus rasakan, aku akan membawa kalian ke tempat kuntilanak" kata orang berjubah hitam dan di sambut penutupan mata oleh kami semua.
Seketika, angin kencang datang menyambar kami. Seolah membawa kami terbarang dan ikut dengannya.
Aku mulai merasa ketakutan ketika angin kencang hilang. Perlahan kami mendengar suara orang yang menyuruh untuk membuka mata.
"Buka mata kalian, kami harap kalian bisa bertemu dengan mereka yang kalian cari. Dan bisa menemukan jalan pulang"
Suara tersebut hilang dan di sambut petir yang menyambar. Entah kami terdampar di mana, aku mulai berdiri karena saat ini, aku merasa berada di hutan. Pohon-pohon yang tidak berdaun menyambut kedatangan kami. Dan kabut di malam hari.
"Ana, kau yakin mau melanjutkannya? Padahal aku ingin mundur tadi" kataku pada ana.
"Aku juga sama denganmu luis, tadinya aku mau mundur. Ana menyahut meng-iyakan" kata dion yang kini melihat-lihat sekeliling.
"Kalian jangan salahkan ana, dia pasti mempunyai alasan di balik semua ini" kata rahmat.
"Katakan apa alasannya" kata fani yang menyahut, padahal dari tadi dia juga diam.
"Aku bisa melihat kita akan habis di tangan mereka karena mundur di tengah jalan. Hal ini yang tidak di sukai penjaga kampung. Memanggil mereka seolah mempermainkannya" kata Ana yang membuat kami mengangguk.
Benar, jika kita memanggil penjaga kampung, tidak boleh mundur apapun masalahnya dan tetap berjalan. Jika tidak, kami bisa jadi santapan bagi mereka. Itu sudah konsekuensi yang harus kami patuhi sebelum memanggil mereka.
"Dan sekarang kita juga menyerahkan nyawa pada kuntilanak yang tidak jelas ini" kata fani lagi.
"Kita hanya perlu mencari kuntilanak itu dan bicara padanya. Setelah itu, cari jalan pulang" kata dion sambil berjalan.
Kami semua mengikuti dion, mencoba mencari kuntilanak. Baru saja berjalan, sosok yang tidak jelas berada di depan kami. Hanya tubuh tanpa kepala. Bahkan darah segar di lehernya masih terlihat. Dia menatap kami dan memegang tangan ana dan tanganku. Aku menjadi panik, apalagi tangannya sangat tajam membuat diriku kesakitan.
"Lepaskan tangan temanku, kami tidak ada urusan denganmu" teriak fani yang berada di belakang rahmat.
"Kalian datang ke sini, berarti mengantarkan santapan padaku"
"Tidak, lepaskan aku. Aku tidak mau dan tiak akan menjadi santapan bagimu" kataku berusaha memberontak.
"Kalian pikir bisa lepas dariku dengan mudah, kalian semua datang dan membawa diri kalian padaku" kata hantu tersebut sambil tertawa.
Mengerikan, teman-teman hantu tanpa kepala datang dan menangkap dion, fani, dan rahmat. Mereka membuat dion, fani, dan rahmat tidak sadarkan diri.
"Kalian membawa kami ke mana?" Tanyaku ketika kami di tarik-tarik oleh mereka.
Mereka tidak menyahut, malah mempercepat langkahnya membawa kami ke tempat yang tidak kami ketahui.
Seketika, dua orang hantu datang dengan mata yang keluar seperti pernah di congkel. Dia berkelahi dengan anak buah hantu tak berkepala. Aku tidak mengerti, kemudian hantu tersebut menarikku dan membawaku pergi dari sana.
Aku terpisah dari teman-temanku, teriakan ana memanggilku terdengar tetapi tidak lama suaranya menghilang. Aku sudah tidak bisa melihat mereka lagi.
"Lepaskan aku, aku mau kembali bersama teman-temanku" teriakku memberotak, tetapi gengaman hantu ini sulit di lepaskan. Aku kewalahan bahkan tenagaku sudah terkuras habis.
"Jika kau memberontak terus-terusan, energimu akan cepat habis. Jadi sebaiknya diam dan lihat saja, aku membawamu kemana" kata hantu yang matanya keluar.
Tidak ada pilihan selain menurut, setelah energiku pulih, aku akan melawan dan kabur darinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Yudi Christian
serem pisah sendiri
2025-02-03
0
@krhmd24_
jangan sampe Ana yg jadi Korban
2023-07-04
0
Elisabeth Ratna Susanti
makin keren 😍
2022-07-14
0