#20

Gregory yang larut dalam pekerjaannya, mampu menghilangkan rasa ingin tahunya tentang keberadaan Grace. Namun, di saat ia sudah menyelesaikan semuanya dan terdiam, ia akan kembali teringat kembali.

“Di mana sebenarnya dirimu? Apakah ucapanku yang membuatmu pergi?” gumam Gregory yang diliputi rasa penyesalan.

Gregory hanya pernah mencintai satu orang gadis. Namun, ia tahu levelnya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan gadis itu. Ia hanya seorang anak dari penjaga kebun anggur.

Namun, ketika roda berputar, ia yang hanya seorang anak penjaga kebun anggur berubah status menjadi satu-satunya pewaris ketiga dari keluarga Horison. Mommynya ternyata adalah adik perempuan dari Steve Horison dan keluarga pemilik Rumah Sakit Horison di Kota Meksiko, juga pemilik beberapa pabrik yang memproduksi obat-obatan di Negara Amerika Serikat.

Steve Horison sendiri ntah mengapa tak berniat untuk menikah. Ia hanya bertanggung jawab atas hidup keponakannya, Gregory Green. Di dalam hatinya, masih ada rasa bersalah pada adik perempuannya yang setelah sekian lama baru ia temukan. Bahkan ia tak bisa memberikan kebahagiaan, karena Stella Horison meninggal 1 tahun setelah pertemuan mereka.

Flashback on

“Cepatlah kamu pergi.”

“Tapi, Kak.”

“Cepattt!! Mereka akan datang sebentar lagi,” ujar Gregory.

“Tapi..”

“Pergilah. Kemana pun kamu pergi, aku akan mencari dan menemukanmu.”

Gadis itu pun berlari keluar kamar setelah diberi tahu oleh Gregory jalan keluar teraman yang bisa ia temukan. Dari kejauhan, gadis itu mendengar suara teriakan kakaknya itu yang sedang dipukuli.

Ia berhenti sesaat dan mengeluarkan air matanya. Ia ingin kembali agar kakaknya itu tak mendapatkan hukuman, apalagi mengalami nasib seperti kedua orang tuanya.

“Kakakkk!!” gumamnya setengah berteriak.

Gadis itu menghapus air mata yang mengalir di kedua pipinya. Ia akhirnya kembali berlari untuk meninggalkan tempat itu. Ia tak ingin apa yang telah dilakukan oleh kakak yang sering ia temui di perkebunan itu menjadi sia-sia.

Namun, baru saja ia keluar dari lubang kecil, beberapa penjaga melihat dirinya. Ia langsung lari sekencang yang ia bisa untuk mencari tempat persembunyian.

“Ehmmm,” mulutnya tiba-tiba dibekap dari samping dan ia masuk ke dalam tanaman yang berada di samping mansion.

Gadis itu berusaha melihat siapa yang telah membekapnya, apa mungkin ini akhir hidupnya.

“Uncle?”

“Jangan bersuara, mereka belum pergi,” kata pria itu sambil meletakkan jari telunjuk di bibirnya. Gadis itu pun diam.

Setelah beberapa lama, pria itu pun keluar dengan perlahan. Dengan menggandeng tangan putri majikannya, ia menyusuri jalan di malam yang gelap itu, meninggalkan istri dan putranya di dalam Mansion.

Dengan bermodalkan sebuah mobil bak terbuka yang biasa digunakan untuk membawa hasil panen, ia membawa gadis itu ke Kota. Ia akan meminta bantuan pada sahabatnya untuk membawa putri majikannya itu keluar negeri.

Sementara itu di dalam mansion, teriakan marah terdengar menggelegar, “Cepat cari dia. Aku yakin ia tak akan pergi jauh. Nal, kamu punya relasi dengan organisasi bawah tanah, cepat hubungi mereka!”

“Siap, Sir!”

Flashback off

“Akhirnya kamu pulang juga ke sini, Greg,” kata Steve yang baru saja masuk ke dalam rumah milik keluarga Horison.

“Aku sedang membutuhkan ketenangan dan ku rasa di sinilah tempat yang paling cocok. Jika aku kembali ke apartemen, anak buahku sudah mengetahuinya dan mereka akan terus menghubungiku.”

“Kalau begitu istirahatlah,” ujar Steve.

“Thanks Uncle!” Kediaman Horison memiliki halaman yang luas. Untuk sampai di pintu utama rumah saja mereka harus berjalan cukup jauh. Hal itu membuat suasana di dalam rumah sangat tenang karena tak akan terganggu dengan berisik di area depan rumah.

Gregory pun menaiki tangga untuk masuk ke dalam kamar tidurnya. Ia jarang sekali pulang karena pekerjaan di kantor kepolisian sangatlah banyak, apalagi Kota Meksiko memiliki tingkat kriminalitas yang tinggi. Ia langsung masuk ke dalam kamar mandi, membuka pakaian dinasnya, kemudian berdiri di bawah pancuran shower.

Ia membasahi seluruh tubuhnya dengan menggunakan air dingin karena kepalanya saat ini benar-benar pusing dan serasa mau pecah. Setelah menyelesaikan ritual mandinya, ia pun merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia sama sekali tak memegang ponselnya karena takut tak akan bisa melepaskan ponsel itu jika ia mulai memegangnya lagi. Malam ini, yang ia inginkan dan butuhkan hanyalah beristirahat.

**

Grace menoleh ke kiri dan ke kanan, peluh mulai membasahi keningnya. Kedua tangannya mulai mencengkeram sprei dengan sekuat tenaga.

“Lepaskan aku! Aku berjanji tak akan pernah kembali!! Tidak, jangan!!” Grace langsung terbangun dan membelalakan matanya. Ia kembali bermimpi dan ketakutan seketika menjalar di dalam dirinya.

“Mereka tidak akan menemukanku. Tidak akan! Aku adalah Grace Alexander, bukan Gracia Lawrence. Mereka tidak akan menemukanku,” kata Grace meyakinkan dirinya sendiri.

Ia harus tetap hidup. Bagaimanapun juga, sudah banyak yang mengorbankan dirinya agar ia tetap hidup. Ia tak ingin membuat usaha mereka sia-sia. Ia harus tetap hidup dengan nyaman dan bahagia.

Tokk tokkk tokk …

Mendengar suara pintu diketuk, Grace menjadi waspada. Ia melihat jam kecil yang berada di atas nakas. Waktu masih menunjuk pukul 2 pagi.

Siapa yang bertamu di jam seperti ini? - batinnya resah.

Grace turun dari tempat tidur karena pintu rumahnya terus diketuk. Mau tidak mau, ia berjalan ke depan untuk memeriksa siapa yang membangunkannya di jam seperti ini.

“Nicole?!” Kata Grace dengan sedikit keras dan segera membuka pintu.

“Apa yang kamu lakukan?” tanya Grace.

“Nyonya Sophie! Ia kesakitan dan meminta tolong. Aku mau membawanya ke sini, tapi aku melihat Nyonya Sophie tak bisa berjalan karena rasa sakitnya.”

“Tunggu sebentar di sini, aku akan mengganti pakaianku.” Dengan cepat Grace mengganti pakaiannya. Ia menyalakan mobilnya dan bersama dengan Nicole langsung menuju ke rumah Minimarket yang jaraknya memang tak jauh dari rumah Nicole.

“Bantu aku membawa Nyonya Sophie ke dalam mobil. Ia harus segera di bawa ke rumah sakit. Aku sudah memberinya obat kemarin itu, tapi sepertinya tidak berpengaruh padanya.”

Mereka memapah tubuh Nyonya Sophie dengan perlahan dan memasukkannya ke kursi penumpang di bagian belakang. Grace langsung melajukan kendaraannya menuju kota di mana terdapat Rumah Sakit Besar.

Mereka langsung membawa Nyonya Sophie ke bagian gawat darurat karena tak ada dokter yang praktek, kecuali dokter jaga.

Keduanya duduk di kursi tunggu dengan gelisah. Grace sebagai seorang dokter pun khawatir mengenai keadaan Nyonya Sophie. Namun, ia kini terhalang dengan fasilitas. Apa ia harus mencari pekerjaan di salah satu rumah sakit di kota itu? Kalau tidak bekerja, ia akan membuka praktek di desa. Ia tak ingin ilmunya berakhir dengan sia-sia.

Grace terus berpikir. Ia tak boleh selamanya terus terkurung dan mengasingkan diri karena Pamannya. Ia harus mulai bangkit dan mencari cara kalau-kalau pamannya datang dan ingin melenyapkannya seperti dulu. Ia harus mulai membekali dirinya dengan senjata, juga ilmu bela diri yang mumpuni.

Saat ia sedang termenung, seseorang menyipitkan matanya. Ia merasa tak yakin dengan apa yang ia lihat. Ia pun berjalan mendekat untuk meyakinkan dirinya tentang siapa yang ia lihat.

“Grace?”

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Naura Kamila

Naura Kamila

makasih thorr, , trnyata bener, kalo greg dan grace brhubungan dimasa lalu🤗🤗 suka ma ceritanya

2023-11-22

1

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

g g.....m.berjodoh

2023-07-18

1

M akhwan Firjatullah

M akhwan Firjatullah

aiyaaaa jodoh mu udah ketemu y greg...tp masih d tutipin noh ma otornya

2023-06-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!