When Doctor Meet Mr. Policeman

When Doctor Meet Mr. Policeman

#1

halo teman-teman readers tersayang 😘

Pansy balik lagi dengan membawa novel terbaru, mudah-mudahan berkenan.

Sebelumnya, Pansy mau ngucapin “Selamat Idul Fitri, Mohon maaf lahir dan batin”

Maaf kalau Pansy pernah ada salah-salah kata ya 😊🙏🏻

🌸🌸🌸

Seorang gadis berusia sekitar 15 tahun, terus berlari di bawah rintiknya hujan. Sesekali ia menoleh ke belakang, melihat apakah ia telah berhasil lari dari kejaran para pria berjubah hitam.

Langit yang semakin lama semakin gelap pun akhirnya membuatnya mencari tempat untuk berteduh. Ia masuk ke dalam sebuah gang yang tak teelalu besar di samping sebuah toko kue.

Gang tersebut diperuntukkan oleh kedua bangunan di kiri kanan sebagai jalur pemisah di antara mereka, juga sebagai area servis berupa pintu samping dan pembuangan sampah sementara.

Gadis kecil itu bersembunyi di antara 2 buah tong sampah besar dan ia meletakkan tutup tong tersebut di atas kepalanya agar ia tak langsung terkena air hujan yang semakin lama semakin deras.

Tubuhnya semakin menggigil tatkala pakaiannya sangat basah. Ia juga belum makan hari ini. Keadaannya kini sungguh berbanding terbalik saat orang tuanya masih hidup. Hidupnya yang kini sendirian dan di negara asing, membuatnya semakin terpuruk.

Semakin lama, pandangannya semakin kabur yang pada akhirnya menggelap.

**

Mata mengerjap dan indera penciumannya mulai merasakan bau khas rumah sakit. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari dan mencari.

Pintu ruangan terbuka dan tampak seorang dokter bersama dengan pasangan pria dan wanita paruh baya, yang berusia sekitar 40-an.

“Halo sayang,” sapa wanita yang masih terlihat cantik di usianya itu.

“A-aku …”

Dokter tersebut memeriksa kembali keadaan gadis itu. Sebelumnya, ia telah menjelaskan kepada pasangan pria dan wanita itu mengenai kondisi gadis itu.

“Kamu hanya mengalami kelelahan dan dehidrasi. Apa kamu belum makan?” tanya Dokter Steve, yang berusia seumuran dengan pria dan wanita itu.

Gadis itu menggelengkan kepalanya. Ia memang belum mengisi perutnya sama sekali.

“Siapa namamu, sayang? Perkenalkan, namaku Maria dan ini suamiku Chris.”

“Aku Dokter Steve.”

“Grace,” jawabnya singkat. Masih teringat dengan jelas di kepalanya bahwa ia tak diperbolehkan untuk menyebut nama belakangnya, apalagi dengan orang yang tidak dikenal.

“Grace? Nama yang cantik, sesuai denganmu,” kata Maria dengan senyum di wajahnya.

Wajah Maria yang begitu tenang dan teduh, mengingatkan Grace akan Mommy-nya. Namun, sekarang ia tak bisa lagi merasakan kehangatan itu. Dad dan Mom sudah tak bersamanya lagi. Ia hanya sendirian di dunia ini, tak ada yang menyayanginya dengan tulus.

“Ia hanya perlu menginap di sini semalam saja. Besok pagi, paling lambat siang, ia sudah bisa pulang.”

“Thank you, Steve,” kata Chris sambil menepuk bahu temannya itu.

“Baiklah, aku tinggal dulu. Aku harus berkeliling untuk memeriksa pasien yang lain,” kata Dokter Steve pada Chris dan Maria, kemudian tersenyum ke arah Grace dan keluar dari ruangan itu.

Maria berjalan mendekati Grace dan menggenggam tangan gadis itu, “Di mana orang tuamu, sayang?”

Grace menatap manik mata Maria yang terlihat sangat teduh. Ia merasa tenang dan nyaman, bahkan membuatnya ingin menangis. Grace menggelengkan kepalanya, membuat Maria langsung memeluknya.

**

Kediaman Alexander begitu tenang dan sunyi. Rumah yang besar hanya dihuni oleh Chris, Maria, dan juga putra mereka Theodore. Pelayan tinggal di bagian belakang rumah, bersama keluarga mereka masing-masing.

Maria menggandeng tangan Grace dan mereka bersama-sama masuk ke dalam rumah. Saat memasuki ruang keluarga, Grace melihat sebuah foto keluarga yang sangat besar.

“Itu putra Aunty, namanya Theodore,” baru saja Maria memberitahu Grace, sebuah mobil memasuki halaman parkir kediaman Alexander.

“Dad, Mom, aku pulang!”

“Dari mana kamu, Te?” tanya Chris.

“Biasa Dad, main basket bersama dengan Nic,” Chris menganggukkan kepalanya. Sejak kecil, Theo memang dekat dengan Nic, putra sahabatnya Oscar Gerardo.

Maria yang baru saja menemani Grace melihat kamar tidurnya, melihat kedatangan Theo. Theo yang melihat seorang gadis yang sepertinya seumuran dengannya menautkan kedua alisnya.

“Te, kenalkan ini Grace. Ia akan tinggal di sini bersama dengan kita,” kata Mom Maria.

“Aunty,” Grace agak sedikit takut dengan tatapan Theo yang seperti menelisik dirinya. Mom Maria langsung memegang tangan Grace seakan mengatakan tidak apa-apa.

Theo berjalan mendekat kemudian mengulurkan tangannya, “Theo.”

Meskipun tanpa senyuman, tapi melihat Theo mengulurkan tangannya terlebih dulu pada Grace, membuatnya yakin bahwa keluarga yang ada di hadapannya ini adalah keluarga yang baik.

“Grace,” sambil menyambut uluran tangan Theo. Chris dan Maria tersenyum melihat itu. Mereka juga yakin Theo tak akan menolak kehadiran Grace.

**

Sementara itu di tempat lain,

“Apa kalian sudah menemukan gadis itu?”

“Kami sudah membunuhnya, Sir,” jawab seseorang. Ia memperlihatkan sebuah foto di mana tampak seorang gadis dengan darah di sekujur tubuhnya dan wajah yang sudah rusak hingga sulit untuk dikenali.

“Kerja bagus! Kalian sudah menyingkirkannya tanpa diketahui siapapun, bukan?”

“Sudah, Tuan. Tak akan ada yang tahu jika tuan yang memerintahkannya.”

Pria paruh baya itu memegang kumis tipisnya dan mengulum senyum. Ia meminta seluruh anak buahnya keluar dari ruangan tersebut. Ia memutar tubuhnya menghadap ke sebuah jendela besar dengan lengkungan di bagian atasnya.

“Akhirnya aku berhasil menyingkirkan mereka. Kini semuanya akan menjadi milikku, hanya aku yang akan berkuasa,” gumamnya pelan.

Seorang wanita dengan gaun panjang memasuki ruangan. Ia berjalan mendekat ke arah pria itu dan memeluknya dari samping.

“Sir, apa semua sudah selesai?”

“Tentu saja. Aku tidak akan gagal. Kamu akan melihat bahwa aku akan segera dinobatkan menjadi pewaris satu-satunya.”

“Kamu hebat, benar-benar luar biasa. Aku sangat mencintaimu.”

Pria itu memutar tubuhnya menghadap ke arah wanita itu. Ia mendekatkan wajahnya dan mencium dengan rakus bibir berwarna kemerahan itu.

“Touch me, Sir!” Sebuah senyuman sinis terbit di wajah pria itu. Ia langsung membawa wanita itu ke dalam kamar tidur miliknya yang berada persis di sebelah ruang kerja.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Aditya Ivander

Aditya Ivander

𝚜𝚎𝚕𝚊𝚖𝚝 𝚙𝚊𝚐𝚒 𝚔𝚊𝚔 pansy😁𝚊𝚋𝚜𝚎𝚗 𝚍 𝚖𝚊𝚛𝚒 𝚜𝚎𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚗𝚊𝚖𝚊𝚝𝚒𝚗 𝚗𝚘𝚟𝚎𝚕 pertamamu🥰

2023-11-28

3

Wiwie Aprapti

Wiwie Aprapti

baru bab pernah udh bikin kepo nihhh, pasti banyak intrik demi harta

2023-11-04

1

Renireni Reni

Renireni Reni

kaysknya serruu nihh

2023-04-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!