#9

Keesokan paginya, Grace bangun seperti biasa. Ia membersihkan diri dan mulai menjalankan tugasnya. Saat akan masuk ke dalam ruangannya, Grace melihat bahwa para polisi sudah memulai kembali latihan mereka.

Sudah 1 minggu ia berada di Camp Pelatihan dan semakin membuatnya terbiasa dengan segala aktivitas yang dilakukan oleh para penghuni di sana.

“Dokter Grace,” sapa Kapten Cedro.

“Selamat pagi,” Grace sedikit menundukkan kepalanya.

“Bisa ke ruanganku sebentar? Ada hal yang perlu kubicarakan,” kata Kapten Cedro.

Grace mengikuti Kapten Cedro ke ruangannya. Ia duduk di hadapan pria itu.

“Andres, berikan map itu padaku,” perintah Kapten Cedro. Andres yang adalah asistennya langsung memberikan apa yang diminta.

“Dokter Grace. Kami akan mengadakan pelatihan selama seminggu di propinsi Chihuahua yang berbatasan langsung dengan Negara Amerika Serikat. Seluruh anggota akan ada di sana dan kami meminta bantuan anda untuk ikut dengan kami, karena hanya anda satu-satunya dokter yang kami miliki di sini,” kata Kapten Cedro.

“Jika memang itu sudah tugas saya, maka saya akan ikut, Tuan,” jawab Grace.

“Baiklah, kita akan berangkat sekitar 2 hari lagi menggunakan jalur darat. Perjalanan akan memakan waktu lama karena kami juga akan menguji ketahanan setiap anggota polisi. Kami membutuhkan anda untuk membawa semua obat dan perlengkapan yang dibutuhkan.”

“Baik, Tuan. Saya akan menyiapkan semuanya.”

“Terima kasih atas kerja sama anda, Dokter.”

“Sama-sama, ini sudah menjadi tugas saya. Saya permisi dulu,” Grace pun keluar dari ruangan dan segera kembali ke tempat prakteknya.

**

Hari keberangkatan tiba, beberapa mobil besar disiapkan. Bisa dikatakan itu sebuah truk dengan penutup di atasnya. Grace mulai membayangkan ia akan menaiki itu bersama dengan para anggota polisi.

Mereka semua hanya membawa ransel besar, sementara Grace membawa sebuah koper yang di dalamnya terdapat berbagai macam obat dan peralatan yang mungkin ia butuhkan.

“Semuanya!!! Kita akan berangkat!” Seluruh anggota pun masuk ke dalam truk besar, meninggalkan Grace yang hanya bisa berdiri melihat mereka semua.

Tiba-tiba sebuah tangan menarik koper miliknya, juga pergelangan tangannya, “ikut denganku.”

Gregory meletakkan koper milik Grace di bagasi mobilnya, kemudian membukakan pintu untuk wanita itu.

“Masuklah atau kita akan ketinggalan,” kata Gregory. Grace termenung melihat pria itu kemudian pada akhirnya ia segera menaiki mobil. Sementara Gregory langsung masuk ke bagian kemudi.

Sudah 2 hari Grace tidak melihat pria di sebelahnya ini. Sejak pertemuannya malam itu, ia tidak melihatnya. Tiba-tiba saja hari ini, pria itu sudah berada di sampingnya.

“Kamu di sini?” tanya Grace.

“Tentu saja. Apa kamu merindukanku?” Grace memalingkan wajahnya ke luar jendela. Ia mulai bertanya-tanya dalam hatinya tentang hubungan pria di sebelahnya dengan kejadian 11 tahun yang lalu.

Setelah beberapa jam perjalanan, mereka berhenti untuk melakukan beberapa latihan peregangan. Grace melihat ke sekeliling dan terlihat papan nama bertuliskan “area menembak”.

“Kamu mau mencobanya?” tanya Gregory di telinga Grace saat melihat wanita itu begitu fokus melihat latihan tersebut.

“Kemarilah,” ajak Gregory ke spot paling ujung. Ia memerintahkan salah satu anak buahnya untuk mencari tempat yang lain. Ia memasangkan peredam suara di telinga Grace, kemudian juga sebuah kacamata.

Grace memicingkan matanya saat melihat deretan senjata di hadapannya. Ia mengenali semuanya. Saat usianya 10 tahun, ia sudah mempelajari semua itu. Dad-nya berkata bahwa ia harus belajar melindungi diri, tanpa bantuan orang lain.

Ia mengambil sebuah senjata kemudian mengangkatnya. Di depannya terdapat sebuah papan berbentuk lingkaran dengan garis melingkar berwarna putih dan hitam. Saat ia menyentuh pistol itu, ia kembali teringat akan kejadian 11 tahun lalu saat ia mendengar bunyi sebuah tembakan. Ia juga melihat kedua orang tuanya dibawa pergi dari jendela kamar tidurnya.

Dorrr dorrr dorrr

Grace menembakkan pistol tersebut dan membayangkan bahwa papan sasaran itu adalah pamannya. Seseorang yang telah mengacaukan hidupnya, menghancurkan keluarganya. Sebulir air keluar dari sudut matanya.

Semua tembakan Grace bersemayam tepat di titik hitam bagian tengan papan sasaran, membuat Gregory takjub dengan keahlian wanita itu. Namun, ia melihat tangan Grace sedikit bergetar. Ia langsung membuka kacamata dan alat peredam telinga yang dipakai oleh Grace.

“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Gregory.

“Aku tidak apa-apa.”

“Kamu yakin?” Gregory memegang tubuh Grace dari samping karena ia yakin bahwa wanita itu sedang tidak baik-baik saja. Ia mendudukkan Grace di sebuah kursi kemudian memberikan sebotol air mineral.

“Minumlah.”

“Terima kasih,” Grace meraih botol tersebut kemudian meminumnya. Ia sudah berhasil menetralkan hatinya yang tadi merasa sedih sekaligus marah. Ia marah pada dirinya sendiri karena ia tak mampu melawan para penjahat itu.

Apa aku harus kembali untuk membalaskan semuanya, Dad, Mom? Apa saat ini ia tengah menikmati semuanya? - Grace menerawang jauh ke depan. Ia tidak lagi melihat ke lokasi latihan menembak.

Gregory yang berada di sampingnya semakin ingin tahu siapa sebenarnya wanita yang kini duduk di sampingnya. Keahliannya dalam menembak membuat Gregory kagum.

“Apa kita akan lama di sini?” tanya Grace.

“Tidak, sebentar lagi kita akan segera melanjutkan perjalanan.”

“Bolehkah aku akan menunggu di mobil saja? Kurasa mereka tak akan membutuhkan tenagaku untuk saat ini,” kata Grace.

“Baiklah, tunggu aku di sana. Ini kuncinya,” Gregory memberikan kunci mobil tersebut ke tangan Grace, “beristirahatlah.”

Grace pun pergi dari hadapan Gregory. Gregory terus mengawasi para anggota tim kepolisian tersebut karena ia harus memilih beberapa orang dari antara mereka untuk menjalankan misi selanjutnya.

**

“Apa ini?!” tanya Marco Lawrence sambil membanting beberapa foto ke atas meja.

Ia mengusap wajahnya kasar. Apakah yang selama ini ia takutkan benar-benar menjadi kenyataan? Putri kakaknya, Gracia Lawrence, masih hidup.

“Siapa dia?” Marco mengelak untuk menerima kenyataan bahwa foto-foto yang ada di atas mejanya adalah benar Gracia.

“Dia adalah seorang Dokter bernama Grace Alexander. Ia bekerja di Rumah Sakit Horison di Kota Meksiko. Dugaan kami mengarah bahwa ia adalah putri tunggal Tuan Martin Lawrence dan Leony Lawrence.”

“Bukankah kalian sudah mengatakan padaku bahwa ia sudah mati 11 tahun yang lalu. Apa kalian membohongiku?” tanya Marco dengan tatapan nyalang pada salah satu anak buahnya itu.

“Maaf sebelumnya Sir. Ia dibantu oleh salah satu pengkhianat di sini. Tapi kami telah mengeksekusinya setelah mengetahuinya. Kami juga langsung mencari informasi dan menemukan keberadaannya. Kami akan segera melanjutkan apa yang seharusnya dilakukan 11 tahun yang lalu. Jadi anda tenang saja, Sir. Tak akan ada yang akan mengambil kekuasaan anda,” jelas Naldo, anak buah kepercayaan Marco.

“Kalau begitu aku menunggu kabar gembira darimu,” kata Marco.

“Siap, Sir!”

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Alejandra

Alejandra

Semoga keluarga angkatnya tidak terkena imbasnya...

2024-02-22

0

Aditya Ivander

Aditya Ivander

secangkir kopi buat author biar tambah semngat dlm berkarya😊

2023-12-01

2

Renireni Reni

Renireni Reni

kok udah ketauan aja...

2023-04-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!