#3

“Aku tidak mau!” teriak Crystal saat ia akan dibawa menuju ke dalam sel tahanan.

“Sudah kukatakan aku tidak bersalah! Wanita itu yang mengambil kekasihku, kenapa kalian justru menangkapku,” gerutu Crystal dengan marah.

“Sadar! Mana ada pria yang mau dengan wanita psikopat seperti anda,” ujar Gregory.

“Hei! Berani sekali anda mengatakan saya seperti itu. Aku ini seorang model terkenal, semua pria pasti akan tertarik padaku.”

Staf kepolisian tersebut berdecak kesal. Meskipun ia masih jomblo, tapi ia tak mau memiliki kekasih seperti Crystal. Terlihat sekali bagaimana posesifnya Crystal.

“Sudah selesai, bawa dia segera ke dalam sel!” Perintah Gregory.

“Aku tidak mau! Cepat lepaskan aku! Kalian semua polisi sialannn!! Aku akan segera menuntut kalian!” teriak Crystal saat ia dibawa ke dalam sel.

Gregory mengambil topinya dan segera keluar dari ruangannya. Ia akan menemui keluarga korban untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

“Nil, aku pergi dulu ke rumah sakit. Jangan biarkan wanita itu berulah,” perintah Gregory.

“Siap Capt!” seru Danilo, yang merupakan rekan kerja Gregory.

**

Gregory dengan langkah tegap masuk ke dalam rumah sakit. Ia langsung menuju ke ruangan tempat di mana Theo berada. Sebelumnya, ia sudah menempatkan anak buahnya untuk berjaga.

Sampai di depan ruang rawat, kedua anak buahnya mengangguk hormat, kemudian mempersilakan Gregory untuk masuk ke dalam.

“Selamat malam,” sapa Gregory. Semua yang berada di ruangan tersebut menoleh ke arah sumber suara. Chris yang mengetahui dengan pasti maksud kedatangan Gregory pun mendekatinya.

“Kita bicara di luar,” ajak Chris yang kemudian meninggalkan ruangan tersebut. Gregory pun berjalan mengikuti.

Di luar, Gregory berhadapan dengan Chris. Mereka melihat ke kanan dan ke kiri, mencari tempat yang aman dan tenang untuk mereka berbicara.

“Kamu sudah memproses kasus ini. Bukti CCTV serta barang bukti senjata sudah berada di tangan kami. Kami hanya memerlukan salah seorang dari anggota keluarga untuk menandatangani berkas perkara,” jelas Gregory.

“Terima kasih. Saya yang akan datang ke kantor dan menandatanganinya. Apa ada bukti yang diperlukan lagi?” tanya Chris.

“Jika bisa dan tidak melanggar kebijakan rumah sakit, kami membutuhkan hasil pemeriksaan terhadap saudara Theo.”

“Kamu bisa meminta pada Dokter Grace. Ia adalah dokter yang menangani putra saya. Saya yakin ia akan memberikannya, lagipula ia sangat mengenal saya,” jawab Chris.

“Baiklah, saya akan segera menemuinya,” kata Gregory, “dan saya menunggu anda di kantor secepatnya.”

“Baik, terima kasih,” Chris pun akhirnya kembali masuk ke dalam ruangan tempat Theo dirawat. Sementara itu Gregory pergi ke bagian administrasi untuk menanyakan letak ruangan Dokter Grace.

Gregory berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Suasana sangat sepi karena itu adalah malam hari. Ia langsung menuju ke bagian administrasi.

“Selamat malam, di mana ruangan Dokter Grace?” tanya Gregory.

“Di koridor kedua bagian kanan, ruangan paling ujung,” jawab perawat tersebut.

“Terima kasih,” perawat itu sempat terpesona dengan penampilan seorang polisi tampan dan gagah yang wajahnya tidak berkarakter pria Meksiko. Mungkin bisa dikatakan bahwa wajah Gregory lebih cocok disebut pria Eropa.

Gregory menyusuri koridor. Ia merasa sudah pernah melewati tempat tersebut. Saat melihat nama Grace Alexander di sebuah pintu, barulah Gregory menyadari sesuatu.

Tokk tokk tokkk …

Grace yang baru saja merapikan beberapa dokumen pun membuka pintu, “Hmm … Ahhh Tuan Gregory. Apa ada yang bisa saya bantu?”

Grace kembali berjalan ke arah meja kerjanya dan melanjutkan aktivitasnya tadi. Ia juga mempersilakan Gregory untuk duduk.

“Maaf jika mengganggu anda lagi, tapi saya diminta oleh Tuan Chris untuk menemui anda. Ini berkaitan dengan kasus yang menimpa saudara Theodore Alexander.”

“Apa yang anda butuhkan, Tuan?” tanya Grace.

“Hasil visum.”

“Tunggu sebentar,” Grace berjalan mendekati sebuah map berwarna biru, kemudian membukanya. Ia sudah melakukan salinan terhadap hasil visum tersebut karena ia yakin pihak kepolisian pasti akan memintanya.

“Ini, Tuan.”

“Terima kasih. Maaf mengganggu anda.”

“Tidak apa. Ini sudah tugas saya,” Gregory keluar dari ruangan sementara Grace mengambil kembali stetoskopnya karena ia akan kembali ke bagian UGD untuk berjaga.

**

1 bulan berlalu, Grace menjalani aktivitasnya seperti biasa. Ia sangat senang karena Theo sudah pulih dan wanita yang melakukan penusukan sudah mendapatkan hukumannya.

Hanna berlari mendekat saat melihat Grace baru saja masuk ke lobby rumah sakit. Grace yang tak pernah disambut seperti itu sedikit merasa aneh. Selain itu, semua mata seakan tertuju padanya. Apa ada yang aneh dengan penampilannya hari ini?

“Ikut aku, Grace!” Hanna menarik tangan Grace dan membawanya ke tempat yang lebih sepi.

“Ada apa kamu menarikku, Han?” Grace mengusap pergelangan tangannya yang sakit karena ditarik secara paksa oleh Hanna.

“Apa kamu tidak melihat bagaimana semua orang memperhatikanmu?” tanya Hanna.

“Hmm, aku juga tidak tahu, tapi aku merasakannya,” jawab Hanna.

“Kudengar kamu telah melakukan kesalahan yang fatal, hingga menyebabkan salah satu pasienmu mengalami komplikasi,” ujar Hanna.

“Komplikasi? Siapa? Bagaimana bisa itu terjadi?” Grace merasa aneh karena rasanya pasien-pasien yang sedang ia tangani belakangan ini tidak mengalami masalah kesehatan yang terlalu serius.

Baru saja Hanna ingin mengatakan sesuatu, ponsel Grace bergetar. Ia melihat nama Dokter Steve di sana, ia pun langsung mengangkatnya.

“Selamat pagi, Dok,” sapa Grace.

“Ke ruangan saya sekarang, Grace.”

“Apa Dokter Steve yang menghubungimu?” tanya Hanna.

“Bagaimana kamu tahu?”

“Bersiaplah karena Dokter Steve pasti akan membahas masalah yang barusan kukatakan kepadamu,” jawab Hanna.

Grace yang merasa sedikit bimbang akhirnya langsung menuju ke ruangan Dokter Steve, tanpa ke ruangannya terlebih dahulu.

Tokk tokkk tokk …

“Masuklah.”

Grace memasuki ruangan yang terlihat sangat besar. Ia langsung menghampiri meja Dokter Steve dan duduk di hadapannya.

“Apa ada yang perlu saya lakukan?” tanya Grace. Ia berpikir positif, mungkin Dokter Steve membutuhkan sesuatu.

Dokter Steve menghela nafasnya sedikit kasar. Ia sedikit bingung harus memulai dari mana, tapi ia juga tak bisa menolak keputusan dari dewan direksi.

“Grace, untuk batas waktu yang belum ditentukan, kamu harus pergi ke camp pelatihan kepolisian. Kamu akan bertugas di sana!”

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Aditya Ivander

Aditya Ivander

𝚑𝚊𝚍𝚒𝚊𝚑 1 𝚋𝚞𝚗𝚐𝚊 𝚖𝚊𝚠𝚊𝚛 𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚔𝚊𝚖𝚞 thor☺

2023-11-28

1

Renireni Reni

Renireni Reni

kaysknya ada yg sengaja biar grace dimutasi

2023-04-15

0

⚔️🧸🍁𝐘𝐖❣️💋🅸🅻🅷🅰🅼👻ᴸᴷ🔱

⚔️🧸🍁𝐘𝐖❣️💋🅸🅻🅷🅰🅼👻ᴸᴷ🔱

Tmbh seru ini,ciap2 Grace slalu ktemu Gregory,Adeq 🔥🤟💪

2022-05-03

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!