#10

Seluruh tim melanjutkan perjalanan kembali. Mereka tak berhenti sama sekali hingga sampai di tempat tujuan. Grace yang merasa lelah pun tertidur, sementara Gregory terus mengemudi. Ia berhenti sesaat, menurunkan sedikit kursi yang diduduki Grace, kemudian menyelimutinya. Setelahnya baru ia melanjutkan perjalanan kembali.

Sambil menyetir, Gregory sesekali melihat ke sebelahnya, di mana Grace tertidur. Ia benar-benar merasa terikat dengan wanita di sebelahnya. Ia merasa ingin selalu seperti itu, tak ingin berpisah.

“Eughhh…,” lenguhan keluar dari mulut Grace, sepertinya ia akan bangun dari tidurnya. Ia mengusap matanya, kemudian membetulkan posisi tempat duduknya ketika menyadari posisinya sudah hampir rebahan.

“Kamu sudah bangun?” tanya Gregory dengan senyum di wajahnya.

“Ahh maaf, aku ketiduran,” Grace mengambil air minumnya dan menegaknya, “Apa kamu tidak tidur semalaman? Biar aku menggantikanmu menyetir.”

“Tidak perlu, aku sudah terbiasa,” Grace pun tak akan memaksa jika Gregory tak menginginkan. Bagaimanapun, mobil itu adalah milik pria itu.

Tak berapa lama, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Seluruh personil pun turun dan membawa barang bawaan mereka masing-masing. Gregory mengambil ransel dan memasangnya di punggung. Ia juga mengeluarkan koper dan tas milik Grace.

“Biar aku saja,” kata Grace sambil mengambil alih ransel dan kopernya.

“Aku akan membawa kopermu, kamu bisa membawa ranselnya,” Gregory tak akan membiarkan Grace membawa koper yang cukup berat. Apalagi ia tahu di dalamnya adalah peralatan yang berhubungan dengan medis.

Tempat yang didatangi oleh mereka adalah hutan yang selalu menjadi tempat latihan mereka. Sebagai seorang polisi, mereka harus bisa bertahan dalam kondisi apapun, terutama saat sedang mengejar penjahat.

Mereka mendirikan tenda-tenda besar di bagian kanan, dan area lapang di sebelah kiri. Sebuah tenda dibangun untuk Grace, di mana itu akan menjadi ruang kerja sementaranya. Ruangan tersebut hanya terdapat sebuah meja, kursi, dan brankar dengan kasur tipis dan keras.

“Semuanya!! Segera berkumpul di lapangan!!” perintah Gregory. Kapten Cedro tak pernah mengikuti acara seperti ini karena usianya yang sudah tidak muda lagi. Ia lebih banyak mengikuti seminar tentang kepolisian, hukum, dan ketahanan.

Dari depan tendanya, Grace memperhatikan Gregory yang tengah memberikan pengarahan. Grace memegang dadanya untuk menetralkan detak jantungnya. Ia masih was-was dan khawatir dengan siapa sebenarnya Gregory, meskipun sikapnya sangat baik pada dirinya.

**

Pagi-pagi sekali, semua anggota sudah berdiri di lapangan yang dikelilingi oleh pohon-pohon besar. Udara sangat sejuk dan dingin. Ketenangan tidur Grace terganggu karena suara-suara itu. Ia melihat jam di pergelangan tangannya, masih pukul 4.

“Apa yang mereka lakukan?” gumam Grace. Ia pun bangkit dan melihat ke luar dengan tubuh yang dibalut oleh sweater.

Mata Grace langsung segar saat melihat para anggota tim kepolisian tersebut sedang berolahraga dan menahan rasa dingin hanya dengan menggunakan singlet.

“Go Go Go Yaaaaa Go!!” teriakan seluruh anggota saat mereka menggerakkan kaki mereka dengan cepat seperti berlari. Grace berbalik ingin kembali ke tenda.

Deghhh

Jantungnya tiba-tiba berdetak kencang ketika melihat Gregory sudah berada di belakangnya. Ia segera mundur beberapa langkah dan hampir terjatuh. Gregory langsung meraih pinggang Grace dan tubuh mereka kembali berdekatan.

“Apa aku mengagetkanmu?” tanya Gregory. Grace semakin tidak tahan dengan jantungnya yang berdetak cepat karena mencium bau keringat yang menguar dari tubuh Gregory. Meskipun cuaca dingin, tapi jika berolahraga tentu akan mengeluarkan keringat.

“Hmm. Aku hanya ingin melihat saja. Bisakah kamu melepaskanku?” tanya Grace.

“Masuklah, di luar dingin,” perhatian kecil yang selalu diberikan oleh Gregory membuat perasaan Grace hangat. Namun, ia selalu berusaha menampiknya karena ia tidak tahu siapa pria di depannya ini.

“Aku ingin bertanya, di mana aku bisa mandi?”

“Di sini tidak ada tempat mandi khusus. Kami biasa melakukannya di sungai. Kapan kamu ingin mandi?” tanya Gregory.

“Hmm …,” perkataan Gregory membuat Grace menjadi ragu. Mandi di sungai? Tak pernah terpikirkan olehnya.

“Katakan saja padaku. Aku akan menjamin kamu bisa mandi dengan aman, tanpa ada seorang pun yang melihatmu,” Grace menengadahkan wajahnya, dan melihat kejujuran di mata Gregory.

“Setelah anda selesai melakukan latihan bersama saja,” kata Grace karena tak ingin mengganggu.

“Baiklah. Aku akan memanggilmu nanti,” Gregory meminta Grace untuk kembali masuk ke dalam tenda, sementara ia akan kembali ke lapangan.

Sejak latihan dimulai, mata Gregory tak lepas dari tenda di mana Grace berada. Ia yakin Grace akan terbangun karena suara yang akan mereka keluarkan. Ketika ia melihat Grace keluar dari tenda, ia menyerahkan kepemimpinan latihan pagi itu kepada staf khusus dan menghampiri Grace.

**

Gregory menghampiri tenda Grace ketika semua anggota telah selesai berlatih. Mereka akan melanjutkan dengan istirahat dan makan pagi.

“Ayo!” kata Gregory.

Mereka berdua berjalan perlahan menuju ke sungai. Grace menoleh ke kiri dan ke kanan, seakan ingin mengingat jalan yang mereka lewati agar tidak tersesat.

Perjalanan sekitar 10 menit, akhirnya mereka sampai di sebuah sungai dengan riak yang tenang. Grace mendekat dan merasakan airnya, begitu dingin namun ia ingin tetap mandi karena ia merasa tidak betah jika tak mandi sama sekali.

“Kamu bisa mandi di sana,” kata Gregory sambil menunjuk suatu tempat yang agak tertutup bebatuan.

“Baiklah.”

“Tenanglah. Tak akan ada yang melihatmu di sana,” Grace mengangguk dan menuju ke tempat yang ditunjuk oleh Gregory.

Grace membuka pakaiannya dan meletakkannya di atas batu, lalu ia mandi tapi masih tetap menggunakan pakaian dallamnya. Sementara itu Gregory juga ikut menyelam di sungai itu untuk mendinginkan diri serta pikirannya. Sepanjang perjalanan tadi, ia tak bisa berhenti memikirkan Grace yang akan mandi di sungai. Ia pun langsung memasukkan kepalanya ke dalam air, kemudian keluar sambil menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.

“Ahhh!!” teriakan Grace membuat Gregory langsung menghampiri tanpa berpikir lagi. Grace langsung keluar dari tempat persembunyiannya dan tanpa sadar ia langsung memeluk Gregory.

“Ada apa?” tanya Gregory.

“Ada ular di dalam air,” jawab Grace.

“Tenanglah, ular air tak berbahaya,” Gregory mengelus kepala Grace, menenangkan. Tanpa ia sadari bahwa kini dirinya sendiri yang mulai merasa tidak tenang. Saat Grace memeluknya, kulit mereka bersentuhan, membuat Gregory yang sudah dingin kembali panas, dari atas sampai ke bawah.

Apa ini jackpot? Atau siksaan tiada akhir? - batin Gregory.

Grace yang mulai kembali kesadarannya, langsung melepaskan pelukannya dari tubuh Gregory, “M-maafkan aku. Aku tidak sengaja.”

“Pergilah ke tepi, aku akan mengambilkan pakaianmu,” Gregory berjalan menuju bebatuan untuk mengambil pakaian milik Grace. Di balik bebatuan, Gregory kembali menenggelamkan kepalanya agar ia menjadi dingin.

Ia memutar tubuhnya ketika Grace berpakaian. Ia tak ingin membuat wanita itu tak nyaman. Setelah selesai, mereka segera kembali ke tempat latihan. Di dalam perjalanan, tak ada satupun dari antara mereka berdua yang mengeluarkan suara.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Aditya Ivander

Aditya Ivander

pelukan dr grace bonus buat Gregory yg rajin latihan militer😆

2023-12-01

2

M akhwan Firjatullah

M akhwan Firjatullah

aiyaaa km membangun kan ular yg lainnya grace

2023-06-03

1

Renireni Reni

Renireni Reni

siksaan batin🤣🤣

2023-04-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!