#5

Keesokan paginya, Grace bangun pagi-pagi. Ia sudah memasang alarm agar tak bangun kesiangan. Ia membawa handuk dan peralatan mandinya. Ia merasa tidak nyaman dengan tubuhnya karena ia belum mandi sejak kemarin. Saat ia keluar, ia sudah melihat para pria sedang berlari mengelilingi lapangan besar.

Untung saja jarak dari kamarnya ke kamar mandi tidak terlalu jauh. Ia melakukan semuanya dengan cepat. Ia segera kembali ke kamarnya dan berganti pakaian. Ia akan menemui kepala camp pelatihan hari ini.

Seorang pria paruh baya menyambut kedatangannya, “Dokter Grace?”

“Saya, Tuan,” jawab Grace.

“Panggil saja saya Cedro.”

“Baik, Tuan Cedro,” kata Grace tersenyum tipis.

“Tugasmu saat ini hanya membantu kami. Kebetulan dokter kami yang dulu telah menikah dan pindah ke negara lain. Ruangan praktekmu ada di sebelah ruangan ini persis,” jelas Kepala Camp, Cedro Bonifacio.

“Baik, saya mengerti,” jawab Grace. Asisten Cedro pun mengantarnya ke ruang prakteknya.

**

takk takk takkk

Tangan-tangan mengambil senapan laras panjang dan juga senapan kecil. Suara derap kaki seakan bergema di ruangan besar tersebut. Mereka baru saja mendapat kabar bahwa penjahat yang mereka cari selama ini sudah berada dalam jebakan mereka.

“Cepat laksanakan!” teriak Gregory

“Siap Capt!” Para anak buah telah siap dengan rompi anti peluru dan senjata di pinggang mereka masing-masing. Mereka terbagi dalam beberapa mobil dan juga motor, menuju ke lokasi penjebakan.

Mobil melaju dengan kecepatan tinggi agar mereka bisa sampai di tempat tujuan dengan cepat. Sementara itu Gregory mengendarai motor miliknya dan menyalip beberapa kendaraan. Ia tak ingin misi kali ini gagal, apalagi target mereka adalah gembong besar dalam penjualan organ tubuh manusia.

Sampai di sebuah gudang di pinggir kota, mereka keluar dari mobil dan mulai berjalan dengan pelan agar tidak terdengar oleh target mereka.

Krekkk

Salah satu anak buah Gregory menginjak sebuah ranting yang lumayan besar hingga menimbulkan suara yang cukup membuat para target menyadari kehadiran mereka. Suasana yang sepi membuat suara sekecil apapun menjadi besar.

“Siall!!” tanpa banyak bicara, Gregory langsung bergerak cepat dan masuk ke dalam gudang tersebut. Katon Dante, kepala gembong penjualan organ tubuh manusia langsung bersembunyi di balik tubuh anak buahnya dan berniat untuk kabur.

“Dante!! Angkat tanganmu! Kamu sudah dikepung, tak akan bisa lari. Semua bukti juga sudah siap untuk membawamu ke dalam liang kuburmu sendiri!” teriak Gregory.

Dante tertawa mendengar perkataan Gregory, “Kamu kira aku bodoh membiarkanmu menangkapku?”

Dante langsung mengambil senjata dari sakunya dan mulai membidik Gregory beserta anak buahnya. Dengan perlahan namun pasti, ia mencari jalan keluar dari gudang tersebut. Suara tembakan memenuhi ruangan tersebut.

“Ahhh!!! Ahhh!” Suara teriakan dari para anak buah Dante yang terkena tembakan mulai terdengar. Gregory yang melihat Dante akan kabur, langsung jeluar dari persembunyian tanpa memikirkan keselamatan dirinya lagi. Ia melompati beberapa kotak kayu, kadang bersembunyi sebentar di baliknya.

Dorrr dorrr …

Sebuah tembakan mengenai lengan kiri bagian atas Gregory. Ia sedikit meringis namun tak menyurutkan keinginannya untuk menangkap Dante hidup-hidup. Ia segera mengejar Dante yang berlari ke arah pintu keluar.

“Sialannn!!” umpat Gregory saat melihat Dante masuk ke dalam mobil. Ia mendekati motor miliknya dan menaikinya. Ia langsung mengejar mobil yang dinaiki Dante dengan kecepatan tinggi.

Sebelah tangan memegang stang motor dan sebelah kiri memegang senjata. Gregory mengarahkan senjata itu ke arah mobil Dante.

Dorrr

Sebelah ban bagian belakang mobil meletus, membuat mobil tersebut mulai berjalan oleng. Gregory menahan sakit di lengan kirinya yang terkena tembakan. Sekali lagi ia mengangkat tangannya yang terluka dan mengarahkan pada ban depan mobil Dante dan

Dorrr

Peluru melesat tepat ke arah ban depan, membuat mobil langsung berputar dan kehilangan kendalinya. Mobil terus memutar kemudian terbalik karena kecepatannya yang cukup tinggi.

Gregory menghentikan laju motornya kemudian turun sambil menahan lengannya yang terluka. Ia mendekat ke arah mobil dengan hati-hati. Bagian bawah mobil yang menghadap ke atas mulai berasap dan cairan bensin mulai keluar dari lubang tangki. Gregory langsung membuka pintu dan menarik tubuh Dante keluar.

Suara mobil para anak buah Gregory mulai terdengar. Mereka segera berhenti dan mendekat, memberi bantuan kepada kapten mereka. Kening Dante yang mengeluarkan darah membuatnya tidak sadarkan diri.

“Cepat menjauh!” perintah Gregory. Mereka segwra menjauh dari mobil Dante yang terbalik.

Duarrr!!

Suara ledakan terdengar cukup keras membuat orang-orang di sekitar menutup telinga mereka dan menundukkan tubuh, menghindari kalau-kalau ada pecahan mobil yang berhamburan.

“Cepat bawa dia ke rumah sakit! Kita harus membuat dia bicara dan membuatnya dipenjara,” seru Gregory.

“Tapi rumah sakit sangat jauh. Bagaimana kalau kita ke camp pelatihan saja. Di sana pasti ada dokter yang bertugas. Ia bisa membantu untuk memberikan pertolongan pertama,” saran Danilo.

“Baiklah,” kata Gregory.

“Luka anda, Capt?” tanya Danilo saat melihat darah di lengan atasannya itu.

“Aku tidak apa-apa. Segera bawa si brenggsek itu. Aku tidak mau melihatnya langsung mati tanpa menerima hukuman,” geram Gregory.

Mereka segera mengangkatnya dan membawanya menaiki mobil. Danilo juga meminta Gregory untuk masuk ke dalam mobil, sementara ia yang akan mengendarai motor.

**

Dengan perlahan Grace mengeluarkan peluru dari lengan Gregory. Meskipun ia bukanlah dokter bedah, namun sudah beberapa tahun ini ia mempelajarinya secara otodidak. Ia sering mengikuti seminar, bahkan melihat operasi yang dilakukan ileh seorang dokter bedah. Grace memang tak punya wewenang untuk melakukan itu, namun di saat genting ia akan melakukannya.

Trangg tangg …

Sebuah peluru dijatuhkan di dalam sebuah baskom stainless. Grace mengobati luka dan kemudian menjahitnya. Ia tampak serius sekali, sementara Gregory terus saja memperhatikan wajah dokter itu.

“Sudah, Tuan Gregory,” kata Grace setelah ia selesai menjahit luka tersebut dan memberikan perban.

“Datanglah ke rumah sakit terdekat saat anda kembali nanti untuk mengganti perban itu,” pesan Grace.

Sementara itu Dante telah dipindahkan ke rumah sakit setelah mendapatkan beberapa penanganan dari Grace.

“Mengapa anda ada di sini?” tanya Gregory.

“Saya sedang ditugaskan di sini,” jawab Grace singkat. Ia segera berpindah ke mejanya san menuliskan sesuatu. Ia mengambil beberapa obat yang perlu dikonsumsi oleh Gregory.

“Ini obat yang perlu anda makan, hanya untuk pereda rasa sakit saja.”

“Terima kasih.”

“Sama-sama,” Grace keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Gregory, Danilo yang sejak tadi berdiri di depan pintu akhirnya masuk ke dalam.

“Sudah?”

“Belum.”

“Apanya yang belum?” tanya Danilo.

“Urusanku dengannya belum selesai,” Danilo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia bingung dengan apa yang diucapkan oleh atasannya itu.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

M akhwan Firjatullah

M akhwan Firjatullah

jadi inget drakor song song ga sih gaes

2023-06-01

4

Renireni Reni

Renireni Reni

urusan sm siapa yg blm selesai gre?

2023-04-15

0

⚔️🧸🍁𝐘𝐖❣️💋🅸🅻🅷🅰🅼👻ᴸᴷ🔱

⚔️🧸🍁𝐘𝐖❣️💋🅸🅻🅷🅰🅼👻ᴸᴷ🔱

Brasa kurang,De 🤭🤭🤭 ... Jaga ksehatn & ttep smngt y,De,biar Up x lancar jaya wlau kerjaan d dunia nyata,bnyk ❤️🤗😘

2022-05-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!