#7

Gregory berjalan bersama dengan Danilo menuju ruang tempat Dante dirawat. Setelah Dante lebih baik, mereka akan melanjutkan proses penahanan dan peradilan untuknya.

“Bagaimana kondisinya?” tanya Gregory pada Danilo.

“Ia mengalami gegar otak ringan dan tulang kakinya patah,” jelas Danilo dan Gregory mengangguk mengerti.

“Awasi dia terus! Jangan longgarkan penjagaan meskipun terlihat ia tak bisa berbuat apa-apa,” perintah Gregory.

“Siap Capt!” teriak Danilo sambil berdiri tegap.

“Aku akan menemui Uncle-ku terlebih dulu. Kamu diam saja di sini,” Gregory keluar dari ruangan rawat Dante.

Tentu saja aku akan diam, bahkan aku bisa tidur pulas sekarang. Apa dia tidak memikirkan bahwa kemarin aku baru saja dari Camp, lalu ke rumah sakit? Ia yang mengatakan tak ingin aku yang membawa motornya, tapi tadi malah minta dijemput. Untung kamu atasan, kalau bawahan …. Udah aku buka untuk pelepasan. - Danilo menggerutu kesal karena ia belum beristirahat sejak semalam. Setelah memastikan Dante dibawa ke rumah sakit, ia langsung menuju kantor dan membuat laporan.

**

“Sore, Uncle,” sapa Gregory.

“Greg? Apa yang membawamu ke sini?” tanya Steve.

“Biasa Uncle, ada tahananku yang terluka dan berada di sini. Ia berada di kamar VIP 1. Aku juga menempatkan beberapa polisi di sana, karena ia sangat berbahaya. Kuharap itu tak mengganggu aktivitas rumah sakit.”

“Tidak apa. Apa ada hal lain yang ingin kamu tanyakan?” Steve melihat gelagat tak biasa dari keponakannya itu.

“Hmm … apa Uncle yang memerintahkan penempatan Dokter Grace di Camp Pelatihan Kepolisian?” Steve menautkan kedua alisnya seakan bertanya apa maksud dari pertanyaan yang diajukan oleh Gregory.

“Tempat itu tidak cocok untuk wanita, Uncle. Seharusnya Uncle mengirimkan dokter pria untuk ditempatkan di sana,” protes Gregory.

“Ia akan belajar banyak hal di sana,” kata Steve singkat. Ia tak ingin Gregory tahu bahwa Grace berada di sana karena berada dalam masa hukuman dan dewan direksi rumah sakit sudah menyetujui hal itu.

Gregory membuang nafasnya kasar. Berbicara dengan Uncle Steve sama dengan berbicara pada Grace. Mereka memiliki sifat yang hampir mirip.

“Berapa lama ia akan berada di sana?” tanya Gregory.

“Uncle belum tahu, mungkin sampai kami menemukan dokter yang cukup kompeten dan bersedia untuk ditempatkan di sana,” jawab Steve.

Steve kemudian melihat ke arah keponakannya yang terlihat begitu gelisah, “ada apa sebenarnya? Mengapa kamu begitu peduli padanya?”

“Tidak! Aku hanya kasihan padanya karena itu bukan tempat untuk seorang wanita. Aku permisi dulu Uncle,” Gregory pun meninggalkan tempat itu, sementara Steve hanya menggelengkan kepalanya.

Gregory kembali pada Danilo dan mengajaknya pulang. Saat sampai di lobby, seorang wanita menghampirinya.

“Selamat sore, apa anda keponakan Dokter Steve?”

Gregory menautkan kedua alisnya, “ada apa?”

“Aku ingin berkenalan. Kenalkan, namaku Hanna. Aku seorang Dokter Umum di sini,” Hanna mulai mendekatkan dirinya kepada Gregory, hingga membuatnya sedikit risih. Danilo yang melihatnya pun ikut komat-kamit mengeluarkan mantra agar wanita di hadapan mereka itu segera lenyap.

Gregory dengan perlahan mendorong tubuh Hanna. Ia tak ingin berlaku kasar, “Maaf, kami harus segera pergi.”

“Kapan-kapan mampirlah lagi. Aku akan mentraktirmu makan siang. Ini kartu namaku,” Hanna menyelipkan sebuah kartu di saku seragam Gregory dan memberikan senyuman terbaiknya. Ia harus meninggalkan kesan terbaik agar Gregory selalu ingat kepada dirinya.

Mereka berdua pun berjalan meninggalkan rumah sakit. Saat berada dekan dengan mobil, Gregory mengeluarkan kartu nama itu dan membuangnya ke tempat sampah terdekat.

**

Hari ini Grace sedikit sibuk karena di Camp Pelatihan sedang ada acara outbond. Para perwira polisi yang sedang berlatih itu harus melewati beberapa rintangan yang khusus dibuat untuk meningkatkan ketahanan tubuh mereka.

Tak sedikit dari mereka yang mengalami luka akibat acara tersebut. Mereka juga ada yang dengan sengaja membiarkan diri mereka terluka agar bisa masuk ke dalam ruang praktek milik Dokter Grace.

Sejak kehadiran Grace di sana, setiap hari selalu saja ada yang datang dengan alasan ini dan itu. Grace menyadari akan hal itu karena keluhan mereka sangatlah ringan jika dibandingkan dengan apa yang sesungguhnya mereka hadapi di kemudian hari. Grace tak mempermasalahkan hal itu, ia menganggap mereka hanya mencari sedikit kebebasan di waktu latihan mereka.

Namun, hal berbeda terjadi hari ini. Meskipun ada latihan outbond yang cukup panjang, tak ada satupun anggota kepolisian yang datang mengunjungi ruangan praktek Grace. Bagi Grace itu tak menjadi masalah, malahan membuatnya bisa merapikan beberapa peralatan sehingga ia mudah meraihnya.

Sementara itu di depan dekat tempat latihan outbond, seorang kapten polisi tengah berdiri menyaksikan para anak buahnya berlatih.

“Mau ke mana?” tanya Gregory sambil melirikkan mata pada salah satu anggota camp yang ingin meninggalkan tempat.

“Tangan saya terluka,” jawabnya.

“Dasar manja! Baru segitu saja sudah mengeluh. Mana sini kulihat,” ujar Gregory menghampiri, kemudian mencebik kesal karena melihat hanya sebuah luka goresan saja.

2 hari setelah ia meninggalkan Camp, ia kembali lagi dengan alasan ingin melihat-lihat latihan para tenaga kepolisian. Namun, matanya selalu mengarah pada ruang praktek di mana Grace berada.

“Lanjutkan! Jangan ada yang bermalas-malasan!” teriaknya. Ia berjalan meninggalkan tempat latihan menuju tempat di mana Grace berada. Namun saat menuju ke sana, ia kembali bertemu dengan Kepala Camp Pelatihan.

“Ahhh Gregory! Ada angin apa yang membuatmu datang kembali ke sini? Oooo, kamu ingin mengunjungi kekasihmu?” tanya Kapten Cedro.

“Aku sedang melihat latihan. Aku akan membutuhkan beberapa orang dari mereka untuk membantuku di kasusku selanjutnya,” jawab Gregory.

“Silakan pilih sesuai keinginanmu, asal jangan kamu membawa Dokter Grace,” kata Kapten Cedro tersenyum simpul.

“Menyebalkan!” gumam Gegory sambil berjalan pergi menuju tempat Grace.

Tokk tokk tokk

“Masuklah.”

“Selamat siang, Dok,” Gregory memunculkan kepalanya dari balik pintu.

“Selamat siang, Tuan Gregory. Apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Grace.

Gregory duduk di hadapan Grace, “Aku ingin mengganti perbanku.”

“Anda tidak perlu ke sini kalau hanya ingin mengganti perban. Anda bisa pergi ke rumah sakit terdekat.”

“Aku hanya ingin kamu yang menggantinya … dan bisakah jangan memanggilku dengan sebutan tuan? Aku bukan atasanmu.”

“Baiklah, saya akan mengganti perban anda,” Grace mengambil semua peralatan yang dibutuhkan dan duduk di hadapan Gregory tanpa dihalangi oleh apapun. Gregory terus memperhatikan wajah Grace, membuat Grace sedikit risih.

“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Gregory.

“Hmm, ini bukan pertemuan pertama kita,” jawab Grace.

“Bukan itu, maksudku apa dulu kita pernah bertemu?”

“Kurasa tidak,” Grace mulai mempercepat proses penggantian perban. Jantungnya seakan tak bisa diajak bekerja sama saat berada di dekat Gregory.

Di mana aku pernah melihatmu? Sejak pertama aku melihatmu, aku merasa tidak asing. - batin Gregory sambil terus berusaha mengingat.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

HNF G

HNF G

anak buahnya dilarang deketin incarannya 🤭🤭🤭

2023-11-29

3

Naura Kamila

Naura Kamila

owalah, , trnyata yg membenci Grace si Hanna sendiri,,,, teman Lucnut

2023-11-21

4

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

hanna?koq bisa......penghianat y

2023-07-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!