#15

Gregory tidak bisa fokus dengan pekerjaannya. Ia masih saja memikirkan Grace. Ciuman terakhir sebelum ia pergi, membuatnya selalu teringat akan wanita itu.

“Dasar bodoh kamu, Greg! Mengapa kamu memberikannya pilihan? Seharusnya kamu tetap berada di sampingnya. Perlahan ia pasti akan membuka hatinya,” gumam Gregory.

Ia hanya bisa terdiam sambil melihat tumpukan berkas yang berisi laporan kejahatan, catatan kriminal, juga kasus-kasus yang sedang mereka hadapi. Saat ia terdiam, Danilo masuk ke dalam ruangan.

“Ada apa, Nil?” tanya Gregory.

“Malam ini kita harus melakukan pengintaian di pelabuhan. Vicente akan mengerahkan anak buahnya untuk melakukan transaksi narkoba di sana, sama seperti 2 hari yang lalu.”

“Baiklah, siapkan semuanya,” kata Gregory. Setela dari pelabuhan, ia akan langsung pergi ke Camp Pelatihan untuk bertemu dengan Grace. Ia akan mengatakan pada wanita itu bahwa ia menarik kembali semua ucapannya. Terserah nantinya jika ia dianggap plin plan, yang pasti ia tak bisa jika harus berjauhan dengannya.

**

Grace kini berada di perbatasan antara Meksiko dengan Amerika Serikat. Ia memang berencana untuk pergi dari negara itu melalui jalur darat, agar orang-orang yang mengawasinya tak mengetahui keberadaannya. Ia sangat tahu bahwa Pamannya bisa memeriksa semua jadwal penerbangan dan siapa saja penumpangnya.

Meskipun Grace belum yakin bahwa Pamannya yang melakukan semua ini, tapi ia tak memiliki tersangka lain. Ia tak memiliki masalah dengan orang lain, bahkan sebenarnya ia juga sudah tidak mempermasalahkan jika Pamannya itu menguasai semua harta keluarganya. Yang ia inginkan saat ini hanya hidup tenang dan damai.

Tabungan yang ia miliki tidak bisa dikatakan banyak, tapi cukup untuk menghidupinya saat ini hingga ia mendapatkan pekerjaan kembali.

Di pelabuhan, Gregory beserta anak buahnya sedang mengawasi jalannya transaksi yang dilakukan oleh Vicente. Namun, pria itu sama sekali tak terlihat batang hidungnya, hanya anak buahnya saja yang berada di sana.

“Ke mana Vicente?” bisik Gregory.

“Aku juga tidak tahu. Aku kira dia yang akan langsung menangani transaksi ini karena jumlahnya sangat besar,” balas Danilo.

“Aku merasa ada yang tidak beres,” kata Gregory dan benar saja, tak lama setelah itu, sebuah ledakan yang persis berada di depan mereka meluluhkantahkan beberapa kontainer.

Api yang berkobar besar dan asap yang membumbung tinggi, mengacaukan pandangan mereka. Bunyi tembakan mulai terdengar dan sepertinya sengaja diarahkan pada mereka.

“Sialannn!!! Kita dijebak!” unpat Gregory. Ia memberi tanda pada anak buahnya, juga berbicara melalui sambungan earphone kecil di telinga para anak buahnya.

Gregory bersembunyi di tempat yang lebih aman dan tak terkena kepulan asap yang mengganggu penglihatan mereka. Dengan memegang senjata di sebelah telinganya, Gregory mulai berpikir.

Ia memberi tanda pada Danilo dan para anak buahnya untuk maju perlahan dan berhati-hati. Dengan setengah berlari, Gregory mulai maju dan melihat ke kanan kiri untuk melihat apakah situasi aman.

Dorrr dorrr

Suara tembakan kembali terdengar, ia langsung bersembunyi di balik kontainer besar. Gregory berbicara dengan salah satu snipper yang mereka miliki dan memintanya untuk langsung melakukan tugasnya saat melihat para penjahat itu.

Gregory mengarahkan anak buahnya untuk menangkap siapapun penjahat yang mereka temui. Ia menginginkan mereka dalam keadaan hidup. Namun, jika memang harus melukai mereka atau mereka mati, Gregory juga tak akan terlalu ambil pusing. Ia hanya perlu salah satu di antara mereka untuk menjawab segala pertanyaan yang ada di dalam benaknya.

**

Gregory yang awalnya akan menemui Grace, akhirnya membatalkan rencananya. Ia harus kembali ke kantor pusat untuk membuat salah satu anak buah Vicente berbicara.

“Cepat katakan!” bentak Gregory.

“Kamu kira aku akan mengatakan semuanya? Cihh!!! Lebih baik aku mati daripada harus menjawab semua pertanyaanmu,” kata tahanan itu.

Gregory tersenyum kemudian menepuk pipi pria itu, lalu

Bughhh bughh

Sebuah pukulan mendarat dengan indah di wajah pria itu, membuat warna merah muncul seakan sedang melihat taman bunga.

“Apa kamu masih tak mau bicara?” ujar Gregory, pria itu hanya tersenyum sinis.

“Kalau begitu, maafkan aku jika harus menahan keluargamu,” ancam Gregory.

Mata pria itu membulat. Tuan Vicente sudah memberinya uang dalam jumlah besar. Ia sudah menyimpannya ke dalam tabungan dan memberikannya kepada istrinya. Meskipun nanti ia harus mati, setidaknya istri dan anaknya bisa hidup lebih baik. Namun, jika istri dan anaknya dalam bahaya karena dirinya, maka semuanya sia-sia.

“Kalian mengancamku! Kalian tidak berhak melakukannya. Mereka tidak bersalah!” Kata tahanan itu.

“Kata siapa aku tidak bisa? Mereka akan didakwa karena menyembunyikan seorang penjahat sepertimu dan ikut serta dalam menggunakan uang hasil transaksi narkoba,” kata Gregory sambil tersenyum.

“Sialannn kalian!!” ia berusaha memberontak dan membuat keributan, suasana kantor menjadi riuh karena teriakan.

“Jangan menguji kesabaranku. Aku tidak sedang dalam mood yang baik. Sebaiknya kamu bekerja sama atau kamu akan menanggung akibatnya,” Gregory menepuk pipi pria itu sekali lagi kemudian keluar dari ruangan, membiarkan Danilo menyelesaikan sisanya.

Gregory kembali ke ruangannya. Pikirannya kini terbagi antara pekerjaan dan juga wanita. Ia menghela nafasnya kasar. Sepertinya ia tak bisa menunggu lagi. Ia harus segera menemui Grace agar pekerjaannya pun bisa berjalan dengan baik.

**

Grace sudah sampai di sebuah desa kecil di pinggiran Negara Amerika Serikat. Ia memang tak berencana untuk pergi ke New York ataupun kota besar lainnya.

Di kota besar, Grace akan semakin sering bertemu orang-orang. Jika ia melamar pekerjaan di Rumah Sakit, tentu keberadaannya akan dengan mudahnya diketahui. Ia sudah mengambil keputusan untuk menjadi dokter di desa kecil dengan penduduk yang tidak terlalu banyak.

Ia sudah mencari melalui online. Sebuah rumah yang tidak terlalu besar yang berada di desa itu. Ia langsung menuju ke sana setelah melewati perbatasan dengan pemeriksaan yang begitu ketat.

Ia melihat sebuah rumah dengan aksen kayu di baguan luarnya, ia tersenyum.

“Akhirnya aku sampai.”

Grace turun dan melihat keadaan sekitar. Ia juga memeriksa bagian dalam rumah itu. Ia merasa lega karena kenyataan yang ia lihat sama dengan foto yang berada di website penjualan. Ia hanya perlu membuat sekat agar ia bisa membuka praktek kecil-kecilan di sana.

Ia mengambil ponselnya yang kini sudah berganti nomor. Sebelum meninggalkan Camp Pelatihan, ia sudah mengirimkan pesan kepada Uncle Chris dan Aunty Maria bahwa ia akan pergi melakukan perjalanan dinas. Ia berharap mereka tak mengkhawatirkannya dan banyak bertanya pada Dokter Steve. Setelahnya, ia membuang nomor ponselnya dan hanya menyimpan nomor-nomor penting di dalamnya.

Grace kembali menuju mobilnya dan mengambil koper miliknya. Untuk hari ini, ia hanya akan beristirahat dan menikmati pemandangan desa. Esok baru ia akan bekerja.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Renireni Reni

Renireni Reni

waduh...greg malah galau nihh....danilo makin kalang kabut🤣🤣🤣

2023-04-15

1

⚔️🧸🍁𝐘𝐖❣️💋🅸🅻🅷🅰🅼👻ᴸᴷ🔱

⚔️🧸🍁𝐘𝐖❣️💋🅸🅻🅷🅰🅼👻ᴸᴷ🔱

Gregory,smngaaattttttt,temukan Grace y 💪💪💪 ... Dtnggu Up slnjtx,Adeq cyg 👍🌹❤️🤗😘

2022-05-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!