#6

Malam itu, Gregory meminta anak buahnya untuk kembali ke kota, sementara dirinya akan menginap di camp pelatihan. Ia beralasan lengannya masih terasa sakit jika digunakan untuk mengendarai motor jarak jauh, padahal Danilo sudah menawarkan dirinyalah yang akan membawa motor dan Gregory hanya perlu duduk santai di dalam mobil.

“Pulanglah!” perintah Gregory.

“Tapi Capt?”

“Besok pagi segera urus segala keperluan untuk membawa Dante ke pengadilan. Kita harus segera membuatnya merasakan dinginnya lantai penjara,” ujar Gregory.

“Lalu bagaimana dengan anda?” tanya Danilo.

“Aku akan di sini, setidaknya sampai lukaku membaik. Aku tidak bisa mengendarai motorku dengan luka seperti ini.”

“Aku yang akan membawa motor, Capt,” kata Danilo.

“Tidak perlu. Sebaiknya sekarang kamu pulang dan besok pagi segera siapkan semua berkas-berkas Dante.”

“Baiklah.”

Tumben amat mau menginap di camp. Biasanya ia selalu menghindar, apalagi kalau bertemu dengan Kapten Cedro. Alasan lengan sakit, kemarin saat mengejar, tidak ada sakit-sakitnya. - batin Danilo menggerutu. Sebenarnya ia ingin menginap juga di sana karena rasa lelah di tubuhnya. Tapi belum ia mengajukan keinginannya itu, atasannya sudah menyuruhnya untuk kembali ke kota.

**

“Ahhh ada Kapten Greg di sini. Apa kamu merindukanku?” tanya Kapten Cedro, membuat Gregory mencebik karena pagi-pagi ia sudah bertemu dengan Kepala Camp pelatihan.

“Tentu saja tidak,” jawab Gregory jujur. Kalau bisa, ia akan menghindar dari seorang Cedro Bonifacio.

“Datanglah ke rumahku, Lupita pasti akan senang bertemu denganmu.”

“Maaf Kapten Cedro, tapi saya sudah memiliki seorang kekasih. Tidak baik dilihat olehnya jika aku ke rumah anda untuk menemui putri anda,” mata Gregory menangkap sosok Grace, kemudian ia berjalan mendekat ke arah wanita itu dan meraih pergelangan tangannya.

“Kenalkan dia adalah Grace, kekasihku,” Grace langsung menoleh ke arah Gregory dengan tatapan tajam karena telah lancang mengakui dirinya sebagai kekasih pria berstatus polisi tersebut.

“Benarkah? Wow, aku tidak menyangka ternyata kalian adalah sepasang kekasih. Baguslah kalau begitu, setidaknya kamu tidak terus sendirian. Ajaklah Dokter Grace mampir ke rumah kapan-kapan. Kita bisa saling bertukar pikiran,” kata Kapten Cedro san pergi meninggalkan Gregory dan Grace.

Grace langsung melepaskan diri dari Gregory ketika melihat Kapten Cedro sudah pergi, “Apa yang kamu lakukan?”

“Tentu saja menolongmu. Apa kamu tidak tahu kalau Kapten Cedro menaruh hati padamu?” Kata Gregory, membuat Grace kembali melihat ke arah punggung Kapten Cedro yang telah menjauh.

“Dia itu seorang duda dan sedang mencari seorang istri. Apa kamu berminat padanya? Jika iya, aku akan mengatakan padanya,” bisik Gregory.

Grace mencebik kesal kemudian langsung pergi meninggalkan Gregory yang tersenyum simpul. Selama ini tak pernah ada wanita yang bersikap seperti Grace padanya. Tampan, tinggi, gagah, menguasai ilmu bela diri, dan pandai menggunakan senjata, membuat nilai plus Gregory di mata para wanita. Apalagi ketika ia sudah menggunakan seragamnya, tak akan ada yang memalingkan wajahnya.

Gregory mengikuti langkah Grace yang akan menuju ruang prakteknya, “mengapa kamu mengikutiku?”

“Aku tidak mengikutimu. Aku hanya perlu bantuanmu untuk mengganti perban ini.”

“Perban itu baru semalam kupasang, masih bisa bertahan sampai nanti sore,” kata Grace.

“Tapi aku ingin mandi. Tubuhku rasanya lengket sekali setelah kejadian semalam … atau kamu mau memandikanku? Jadi aku tidak perlu mengganti perban ini.”

“Mandilah. Aku akan mengganti perbannya nanti,” Grace menghela nafasnya pelan. Ia juga tak menoleh ke arah Gregory yang sepertinya dengan sengaja menggodanya.

**

“Apa Dokter Steve yang memindahkanmu ke sini?” tanya Gregory saat Grace mengganti perban di lengannya.

“Ya.”

“Mengapa kamu tidak menolaknya? Yang biasa bekerja di sini adalah dokter laki-laki.”

“Ahhh!!” Grace sedikit menekan luka Gregory karena pria itu terlalu banyak bicara.

“Aku akan membantumu bicara dengan Dokter Steve. Sebaiknya kamu kembali ke rumah sakit saja,” lanjut Gregory.

“Sudah selesai.”

Grace sama sekali tak menjawab perkataan Gregory. Ia tak punya kuasa apapun untuk menolak. Ia berada di sana karena hukuman yang harus ia jalani, ntah sampai berapa lama.

“Apa kamu mendengarkanku?” Gregory meraih lengan Grace dan menariknya hingga tubuh mereka saling berhadapan, berdekatan.

“Aku dengar semuanya, Tuan Gregory. Sudah kukatakan bahwa aku berada di sini karena tugas, jadi biarkan aku menyelesaikannya,” jantung keduanya berdetak dengan cepat ketika tubuh mereka sedemikian dekat. Namun, keduanya berhasil menutupi hal itu.

Gregory akhirnya keluar dari ruangan karena ia tak ingin berdebat dengan Grace. Wanita itu sudah mencuri perhatiannya sejak pertama kali ia melihatnya.

“Nil, jemput aku sekarang!” kata Gregory melalui sambungan ponselnya dengan Danilo. Di ujung telepon, Danilo hanya bisa menghela nafasnya berat.

**

“Kerjamu sangat bagus.”

“Tentu saja. Tak akan ada yang menduga bahwa aku yang telah melakukannya.”

“Sebagai bayarannya, aku sudah mentransfer ke rekeningmu sesuai nominal yang kita sepakati.”

“Baiklah, terima kasih banyak.”

“Semakin jauh ia pergi, akan semakin bagus untuk kita. Ia terlalu bersinar di sini dan Dokter Steve sangat menyayanginya, membuat kita tak terlihat.”

“Kamu benar. Apa kamu tahu berapa lama ia akan berada di sana?”

“Aku tidak tahu. Tapi kita bisa membuat dia kembali dihukum nanti kalau dia kembali ke sini.”

“Aku akan selalu siap membantumu. Aku kembali bekerja dulu sebelum mereka mencariku.”

“Baiklah, sampai jumpa,” baru saja mereka akan berpisah, mereka melihat pria berseragam polisi melewati mereka. Tatapan mereka seperti tatapan emak-emak yang melihat jajaran tupperware dengan harga sale.

“Siapa dia?”

“Bukankah itu keponakan Dokter Steve?”

“Benarkah?”

“Setahuku salah satu anggota keluarga Dokter Steve adalah seorang polisi. Lihatlah, mereka berjalan menuju ruangan Dokter Steve,” tunjuknya dengan mata.

“Wah, kalau begitu sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Kalau kita berhasil mendapatkan polisi tampan itu, kita juga akan menjadi bagian dari keluarga Steve Horison.”

“Keponakannya tampan sekali, tinggi, dan lihat itu bodynya kotak-kotak kayak keramik lantai.”

“Kok lantai sih? Keras donk!”

“Udah pasti keras lha. Tapi kalau sudah dipegang … uluh uluh … ahhh aku harus segera kembali ke empatku dan mulai berdandan. Saat pulang nanti ia pasti akan melewati tempatku,” salah satu wanita itu pun pergi ke tempat di bagian mana ia bekerja.

“Aku harus mendapatkannya, harus!! Menjadi bagian keluarga Horison dan memiliki rumah sakit ini sudah menjadi cita-citaku!” gumamnya.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Renireni Reni

Renireni Reni

siapa sih muduhnya grace?

2023-04-15

0

Vita Liana

Vita Liana

semoga bukan dia ,,

2023-01-07

0

PimCherry

PimCherry

😅😂 mak tupperware makk

2022-05-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!