#11

Hari demi hari mereka lalui, tak terasa tinggal 2 hari lagi mereka akan berada di tempat itu. Tak banyak yang Grace lakukan, ia hanya sesekali mengobati para anggota yang terluka.

Pagi ini para anggota kepolisian telah siap dengan ransel mereka. Mereka akan pergi ke hutan dan melewati beberapa rintangan seperti tahun-tahun sebelumnya.

“Kamu tidak perlu mengikuti kami. Beristirahatlah hari ini. Kami akan kembali sekitar sore nanti. Jangan merindukanku,” goda Gregory pada Grace.

Dokter Grace semakin hari semakin terbiasa dengan apa yang dikatakan dan dilakukan oleh Kapten polisi bernama Gregory. Hubungan mereka tak terlalu kaku seperti pertama kali mereka bertemu, tapi Grace tetap menjaga jarak dengan pria itu.

Grace merasa kesepian di tempat latihan itu. Hanya ada dirinya dan beberapa anggota yang memang ditugaskn untuk berjaga-jaga. Walau bagaimanapun, mereka harus selalu siap sedia kalau tiba-tiba ada serangan dari musuh, terutama para gembong mafia yang selalu mempunyai rencana licik.

Waktu hampir menunjukkan pukul 4 sore, tapi belum ada tanda-tanda para anggota kepolisian kembali ke sana. Grace yang merasa boaan di dalam tenda pun akhirnya keluar.

Baru saja ia membuka tirai tenda, ia dikejutkan dengan beberapa orang anggota kepolisian berlari sambil membawa tandu.

“Dokter, tolong Kapten!” teriak Danilo sambil membawa tandu bersama 3 orang rekan lainnya dan wajahnya nampak sangat khawatir.

Grace melihat Gregory yang tak sadarkan diri dengan wajah yang pucat. Dari dahinya juga mengeluarkan peluh.

“Apa yang terjadi dengannya?” tanya Grace untuk memperjelas.

“Kapten terkena gigitan laba-laba ini,” Danilo memperlihatkan sebuah toples kaca dengan sebuah laba-laba hitam di dalamnya.

“Black Widow?” gumam Grace sambil mengambil toples kecil tersebut.

“Ini semua karena diriku. Kalau aku tidak terjatuh, Kapten tidak perlu menolongku dan ia tidak akan digigit hewan menyebalkan ini,” ujar Danilo.

“Tidak apa, aku akan segera menanganinya. Bisakah kamu mengambilkan air dari sungai, letakkan di dalam kantong ini,” Grace tidak punya es batu untuk mengompres bekas gigitan laba-laba tersebut yang sudah memerah, hampir seperti luka tembak.

Danilo dan ketiga rekannya langsung keluar, sementara Grace mulai membersihkan luka tersebut dengan perlahan. Gregory mulai meracau tidak jelas, Grace memegang keningnya dan terasa bahwa Gregory mulai mengalami demam.

“Dad, lepaskan aku! Aku harus menolongnya. Ia pasti sedang ketakutan saat ini,” Gregory terus meracau. Ia mencari obat anti nyeri dan juga anti racun yang ia miliki. Ketika melihat Danilo datang, ia meminta bantuan Danilo untuk mengompres luka bekas gigitan tersebut dengan plastik yang berisi air sungai yang dingin itu, sementara Grace mulai menyuntikkan obat anti nyeri dan anti racun.

“Ini salahku. Maafkan aku, Capt!” Danilo terus merasa bersalah hingga ia tidak konsentrasi memegang plastik yang digunakan untuk mengompres luka Gregory.

“Sebaiknya kamu kembali dan menenangkan dirimu. Aku akan mengobati dan merawatnya,” kata Grace.

“Aku akan di sini menemaninya.”

“Sebaiknya kamu kembali. Kehadiranmu tak akan membantunya. Ia akan lebih senang melihatmu bisa beraktivitas seperti biasa,” ujar Grace.

Danilo melihat ke arah Gregory, ia menghela nafasnya sedikit kasar. Ia menyalahkan dirinya terus-menerus, tapi pada akhirnya ia keluar dari tenda.

Grace mengompres dahi Gregory dengan handuk. Sepanjang malam, ia menemani pria itu. Sesekali ia hampir tertidur, tapi ia langsung terbangun lagi karena tak ingin terjadi sesuatu dengan pria itu. Dinginnya malam membuat tubuh Gregory sedikit menggigil, Grace langsung mengambil selimut dan menyelimutinya sekali lagi, hingga Gregory menggunakan 3 lapis selimut.

“Dad, lepaskan aku! Aku harus menolongnya. Ia pasti sedang ketakutan saat ini,” sekali lagi Gregory mengigau dengan kalimat yang sama. Grace menepuk punggung tangannya dan berkata, “tenang, tenanglah, ia akan baik-baik saja. Beristirahatlah.”

Seketika itu juga, Gregory diam dan terdengar dengkuran halus. Grace menarik kursi dan duduk persis di sampingnya dengan tetap memegang tangan Gregory. Lama kelamaan, Grace tertidur di samping Gregory dalam posisi duduk.

Keesokan paginya, Gregory terbangun dengan pandangan yang masih agak kabur. Kepalanya masih terasa agak sakit, begitu juga dengan lengannya. Ia merasakan ada sesuatu di telapak tangannya. Ia melihat di sebelahnya Grace tengah tertidur sambil menggenggam tangannya, seketika itu juga muncul senyum di wajahnya.

Dengan perlahan Gregory menarik tangannya, meski ada rasa sakit. Ia meletakkannya di atas kepala Grace dan mengusapnya. Grace yang merasakan sentuhan pun terbangun.

“Kamu sudah sadar?” tanya Grace kemudian memeriksa dahi Gregory, “sudah tidak demam.”

“Apa kamu menjagaku sepanjang malam?” tanya Gregory.

“Tidak, Tuan Danilo membantuku menjagamu,” kata Grace. Ia ingin Gregory juga merasakan bahwa Danilo peduli dan mengkhawatirkannya.

“Oohhh,” ada sedikit nada kecewa dalam ucapan Gregory.

“Apa yang masih anda rasakan?” tanya Grace.

“Kepalaku dan lenganku sakit, bahkan sekujur tubuhku terasa nyeri.”

“Anda akan segera dibawa ke rumah sakit pagi ini. Aku sudah memberi anda anti nyeri dan anti racun, tapi anda harus tetap mendapatkan perawatan.”

Danilo yang bangun sangat pagi menghampiri tenda Dokter Grace dan melihat kondisi kaptennya, “Anda sudah sadar, Capt? Ahhh terima kasih.”

“Bawalah dia ke rumah sakit segera,” kata Grace.

“Ya, aku dan teman-teman sudah menyiapkan mobil untuk membawa Kapten. Terima kasih Dokter,” kata Danilo.

“Sudah tugasku,” Grace membantu mendorong brankar di mana Gregory berbaring. Akan lebih mudah membawa Gregory menggunakan brankar daripada memapahnya.

“Apa kamu tidak bisa merawatku di sini?” tanya Gregory. Rasanya ia tidak rela jika harus meninggalkan Grace di sana. Bagaimana nanti dia akan kembali? Bersama dengan siapa ia akan pulang? Apa ia akan membawa semua barangnya sendirian? Banyak pertanyaan yang muncul di dalam benak Gregory.

“Peralatan dan obat-obatanku tidak selengkap di rumah sakit. Akan lebih baik jika anda dirawat di sana, Kapten,” kata Grace.

“Tapi bagaimana denganmu?” Akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut Gregory.

“Aku! Aku akan di sini sampai pelatihan selesai.”

“Tenang saja Capt, aku yang akan mengantar Dokter Grace pulang nanti ke Camp,” ujar Danilo. Gregory menautkan kedua alisnya, rasanya ia tidak rela jika Grace harus berduaan di dalam mobil dengan pria lain selain dirinya, meskipun itu adalah Danilo. Namun, ia tak dapat membantah, kepalanya saat ini masih terasa sakit.

Danilo dan seorang rekannya mendorong brankar Gregory, meninggalkan Grace. Gregory terus melihat ke arah Grace, kemudian menghela nafasnya pelan.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

ros

ros

Grace pasti pernah berteman dgn Greg ms masih remaja

2023-11-04

5

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

"dia"adalah kamu grace.. ..

2023-07-18

1

Renireni Reni

Renireni Reni

cemburu ya greg??

2023-04-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!