Dion diam di tempat tidurnya dan mencari sebuah cara agar dia tidak terlambat masuk kerja. Satu-satunya yang dia lihat ada di dekatnya adalah ponsel.
Dion mengambil ponsel dan menekan sebuah nomor lalu menghubunginya.
“kring... kring... kring...” Suara ponsel Vivian yang berdering.
Gadis itu sedang duduk di taksi dalam perjalanan menuju ke kantor. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan mengangkatnya.
“Vivian... kau dimana... tolong aku. Bantu aku berjalan, kaki ku sakit untuk berjalan.” ucap Dion duduk bersandar ke dinding menatap keluar.
“Sayang... ku kira kau kelelahan makanya aku tidak membangunkan mu. Aku sudah berangkat dari tadi.” jawabnya sambil menahan tawa karena merasa senang lelaki itu akhirnya menderita.
“tut...” Dion segera mematikan teleponnya telah mengetahui gadis itu sudah pergi meninggalkannya. Dia pun tampak bingung dan dengan terpaksa akhirnya dia menekan sebuah nomor dan menghubunginya.
“kring... kring... kring...” suara ponsel Vika yang berdering.
Gadis itu sedang berada di kamar mandi. Dia keluar dari sana lima menit kemudian karena mendengar ponselnya berdering.
“Siapa pagi-pagi begini telepon ?” gumamnya dengan tubuh hanya tertutup oleh handuk.
Vika mengambil ponselnya di atas meja dan segera mengangkatnya.
“Halo sayang ada apa... ?” ucapnya setelah melihat jika yang menelepon adalah Dion.
“Vika bisakah kau menolong ku? Aku kesulitan berjalan, kau cepatlah ke sini dan bantu aku.”
“Ada apa dengan kakimu... bukankah kemarin baik-baik saja ?” tanya balik Vika yang masih bingung.
“Ceritanya panjang sayang, cepat ke sini. Aku tunggu ya.” ucap Dion tak sabar karena hari semakin siang.
“Tunggu... jika aku ke sana sekarang lalu bagaimana dengan Vivian... ?” balas gadis itu teringat pada teman dekatnya itu.
“Vivian ada di rumah... dia sudah berangkat.” balas Dion singkat lalu mematikan telepon.
Setelah percakapan di telepon berakhir, Vivian segera memakai baju kerjanya dan bergegas menuju ke rumah Vivian.
Vika mengeluarkan kunci rumah Vivian yang sudah di gandakan nya beberapa waktu yang lalu dan membuka pintunya.
“klik... !” pintu terbuka. Vika masuk dan langsung menuju ke kamar Dion.
“Sayang... untunglah kau cepat datang atau aku akan terlambat.” ucap lelaki itu saat melihat Vika masuk ke kamarnya.
Gadis itu segera membantu Dion berdiri dan mempersiapkan segala nya untuk berangkat kerja.
“Apa yang sebenarnya terjadi padamu...” tanya Vika sambil membantu memapah Dion keluar dari rumah dan masuk ke mobil.
“Semalam Vivian memijat tubuhku dan paginya kaki ku seperti ini.” terang Dion dan membuat Vika tak mempercayai ucapannya.
“Maksud mu... gadis bodoh dan lembut itu yang membuat kakimu seperti itu ?!” tanya Vika kaget.
Dion menganggukkan kepalanya sedangkan Vika segera menyalakan mesin mobilnya dan melajukan nya ke tempat kerja.
“ckitt...” Vika menghentikan dan mematikan mesin mobilnya saat sampai di tempat parkir perusahaan. Dia pun segera keluar dari dalam mobil dan membantu Dion keluar dari sana sambil memapahnya mengantarnya masuk ke ruang kerjanya.
Di depan ruangan Dion tampak banyak staf yang berlalu lalang keluar masuk ruangan itu.
Dari dalam tampak Vivian yang duduk manis dan sudah menunggunya sedari tadi datang, terlihat tenang dan tersenyum kecil saat melihat Dion datang bersama Vika.
“Aku akan menyaksikan pertunjukan seru kali ini...” gumam Vivian tersenyum lebar menatap ke arah Dion dan Vika.
Dia pun berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan cepat menghampiri Dion dan Vika yang ada di depan pintu.
“Oh Vika... kenapa kau mengantar kekasihku ke sini...” ucapnya menyambut dua orang itu dengan mimik wajah terkejut dan berpura-pura sedih.
“Apa kau bermaksud merebut Dion dari ku... ?” tambang Vivian lagi dengan suara keras agar semua yang ada di sana bisa mendengarnya.
Seketika para staf yang berlalu lalang melewati mereka berhenti sejenak dan membicarakan Vika.
“Vika bukannya teman baiknya Vivian... kenapa dia mendekati Dion ?” ucap seorang staf pada staf lainnya yang bisa didengar oleh Vika.
Staf lain memandang Vika dengan tatapan tajam. Beberapa dari mereka juga mencibir aksi Vika yang menurut mereka bermain di belakang Vivian dan menikamnya dari belakang.
“Gawat... jika semuanya yang ada di sini sampai tahu hubungan kau dengan Dion matilah aku.” batin Vika dengan wajah pucat.
“Ah tidak... Vivian... kau salah paham. Mana mungkin aku merebut kekasih sahabatku sendiri ?” ucapnya keras mengklarifikasi kejadian yang sebenarnya agar semuanya tahu dan tidak salah paham padanya.
Noah menoleh ke samping dan melihat para staf masih terlihat berbisik-bisik menatap Vika dan dia pun kembali beraksi untuk mendapatkan simpati.
“Baiklah jika memang seperti itu. Aku sangat mempercayaimu sebagai sahabatku dan maaf telah mencurigai mu, Vika. Terima kasih sudah mau membantu Dion...” ucapnya sambil berpura-pura tabah dan tersenyum pada Vika dengan menahan sedih.
“Kasihan sekali Vivian... mempunyai sahabat seperti Vika.” ucap salah satu staf lagi yang masih mencibir gadis itu.
“Kau tidak akan salah paham padaku seperti orang lain, kan ? Aku hanya berniat membantunya saja tidak lebih.” ucap Vika lagi tak terima orang lain mengetahui dirinya.
“Ya....tentu saja aku sangat percaya padamu. Biar Dion aku bantu masuk sekarang.” jawab Vivian lalu berpindah di samping kiri Dion dan memapahnya masuk sampai ke tempat duduk Dion barulah dia Kembali ke tempat duduknya.
Vivian tampak tersenyum puas melihat beberapa staf yang masih membicarakan Vika meskipun gadis itu sudah pergi dari sana. Walaupun Vika tadi sudah menyanggahnya namun setidaknya orang lain sudah bisa melihat gelagat asli Vika yang tak pernah mereka tahu.
BERSAMBUNG....
Halo pembaca semua... tolong dukung karya ini ya dengan comment dan like.
Tolong dukung juga karya penulis lainnya berjudul Darah Campuran.
Terimakasih 😆🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Alya Yuni
Knpa gk patahkn kki si cewek ju msa di biarkn
2022-10-26
0
milyader koin
pinter banget cari Simpatinya kayaknya perlu dipelajari itu
2022-06-12
0
lentera
Di tunggu up nya
2022-05-20
0