Noah akhirnya menemukan lemari es yang terletak di dekat pintu dapur. Dia pun mengambil gelas yang ada di rak piring di sebelah lemari es lalu mengisinya dengan es dari botol yang diambil dari lemari es.
“glek... glek... glek...”
Noah meneguk air untuk membasahi tenggorokannya yang kering dan terasa panas.
Dia berjalan dan kembali duduk di ruang tengah sambil menyalakan tv.
“kriek...” suara pintu rumah yang terbuka dan masuklah Dion yang membawa banyak tugas dari kantornya.
“Sayang... aku pulang...” ucap lelaki itu melihat Vivian yang duduk di ruang tengah sedang bersandar nyaman pada sofa.
Noah hanya menoleh menatap lelaki itu dan Bagaimana TV yang dinyalakan nya.
“Dasar buaya... kau pulang juga akhirnya setelah puas bermesraan dengan Vika...” batin Noah yang merasa enek melihat kedatangan Dion dan bersikap cuek menanggapinya.
Karena tak ada jawaban dari kekasihnya, Dion pun menghampiri nya dan duduk di sampingnya.
“duk...” Dion menaruh tumpukan berkas yang dibawanya dari kantor ke meja.
Lelaki itu kemudian merangkul Vivian dan mencoba untuk mencium bibirnya namun gadis itu menggeser tempat duduknya dan mendorong dada Dion agar menjauh dari dirinya.
“Dasar bajingan ini mau mencium ku ?! Amit-amit berciuman dengan lelaki dan lagi mulutnya bau minuman keras.
“hoek...” Noah merasa ingin muntah mencium aroma tak sedap dari lelaki itu dan langsung menutup mulutnya.
“Vivian... Aku rindu padamu Kenapa kau menghindari ku ?” tanya Dion kembali menggeser duduknya lebih dekat dengan Vivian.
Noah merasa risih duduk terlalu dekat dengan seorang lelaki dan dia menggeser duduknya menjauh dari Dion.
“Aku tidak menjauh... hanya saja... aku sedang tidak mood.” jawabnya sambil tersenyum kecil padanya.
Dion bisa mengerti kondisi kekasihnya saat itu dan tidak mempermasalahkannya. Dia pun ikut menonton tv bersama Vivian.
Noah melihat tumpukan dokumen di meja lalu menatap kembali Dion.
“Kau dari mana saja malam begini baru pulang ?” tanya gadis itu menyelidik.
Dion tampak gelagapan saat kekasihnya bertanya pada dirinya. Dan wajahnya sedikit pucat.
“Ehm... kau lihat sendiri sayang... kerjaan ku banyak. Aku lembur hingga malam dan belum selesai maka dari itu aku membawa sebagian pekerjaanku pulang ke rumah.” jelas Dion sambil menunjukkan setumpuk berkas yang dia letakkan di meja untuk mendukung dan memperkuat ucapannya.
“Dasar bajingan kau... ! Kau tidur dengan gadis busuk itu tapi kau coba membohongi ku jika kau barusan lembur...” batinnya menahan emosi pada lelaki itu. Walaupun nanya dia ingin langsung menonjok nya saja.
“Kau benar lembur atau dari rumah seseorang ?” ucapnya lagi melemparkan kail agar lelaki itu menangkapnya.
Dion tampak diam dan berpikir. Dia menatap kekasih nya lekat-lekat dan melihat wajah Vivian tanpa ekspresi.
“Apa hanya perasaanku saja... aku merasa dia sedikit berbeda dari biasanya... atau mungkin ini pengaruh alkohol....” batin Dion masih menatap kekasihnya.
“Tidak sayang... tidak keluar kemana-mana aku berada di kantor dari tadi.” jawab Dion mengelola dari tuduhan Vivian.
“Dasar lagi bajingan... memuakkan... masih tak mau mengaku juga ?! Baiklah Tunggu saja aku pasti akan membongkar semuanya !” batin Noah yang bertambah semakin kesal dan muak pada Dion.
Dia pun tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya dan berjalan masuk ke kamar tidurnya tanpa mempedulikan Dion lagi.
“ck... ck...”
Noah menoleh kebelakang dan melihat Dion yang sedang menetap ponselnya sambil tersenyum setelah kepergiannya.
“Brak...” Noah sengaja membanting pintu kamarnya dengan keras karena sebal tingkah Dion.
Noah lalu duduk di tempat tidur dan menatap bantal yang empuk di sana. Dia pun kemudian membanting tubuhnya dengan keras ke atas bantal yang lembut tadi.
Dia menatap langit-langit dan memikirkan kembali tubuhnya yang masih terbaring lemah di rumah sakit.
“Sharp Eye.... keluarlah... !” ucapnya memanggil elang yang memberinya misi.
“Ding... !” seketika elang itu muncul setelah Noah memanggilnya.
“Tuan ada apa memanggilku....
apa ada kesulitan... atau butuh bantuan ?” tanya elang itu terbang di atas Noah dan berputar-putar di atas tubuhnya.
“Memang apa yang bisa kau bantu... ?” tanya nya sambil menekuk kedua tangannya ke atas dan menjadikannya alas kepalanya di atas bantal.
“Sistem menyediakan berbagai item alat bantu yang bisa membantumu selama melaksanakan misi jika ada kesulitan. Namun tentu saja semua item itu tidak gratis dan sistem akan memotong poin mu saat kau menggunakan item tersebut.” jawab elang itu sambil menunjukkan berbagai item serta fungsi dan harganya pada Noah barangkali saja saat ini dia memang butuh item untuk menjalankan misinya.
“Item apa...ku rasa tidak untuk saat ini. Jangan kan untuk membayar semua item tadi, bahkan satu poin pun aku tak punya.” jawabnya sambil memiringkan tubuhnya menghindari Sharp Eye.
“Tenang saja tuan... sistem memberikan kemudahan pada mu. Kau bisa berhutang dulu dan nanti satu mendapatkan poin maka itu akan terpotong secara otomatis.” jawab elang itu menjelaskan panjang lebar mengenai keunggulan sistemnya.
“Tidak... tidak... aku bisa mengatasinya sendiri saat ini tanpa bantuan item dari sistem.” jawabnya sambil melambaikan tangannya menolak tawaran elang itu dan kemudian mencoba menutup matanya setelah elang tadi pergi dari hadapannya
Tak beberapa lama kemudian dia masuk dan menyusul Vivian. Lelaki itu berbaring disebelah Vivian sambil memeluknya dari samping.
Noah yang saat itu baru saja tertidur ini dibangun setelah merasa sesak karena pelukan dari Dion.
“kenapa...lelaki ini menyusul ku tidur di sini ?” batin nya lalu angket tentang lelaki itu dari tubuhnya dan merasa jijik padanya.
“Dion... kau tidur saja di sini aku akan tidur di luar.” jawabnya lalu berdiri dan keluar dari kamar.
Dion segera duduk dan lagi-lagi dia merasa heran dengan sikap janggal kekasihnya itu
“Kenapa Vivian bersikap seperti itu padaku ? Padahal biasanya dia selalu menuruti apapun perkataan ku...tapi kenapa sekarang dia membantah ku ?” batin Dion lagi duduk dan menatap pintu kamar yang masih terbuka setelah gadis itu pergi.
"Ah sudahlah... aku juga malas sebenernya malam ini tidur di sini karena Vika lebih panas dari pada kau saat berada di ranjang.” gumam Dion yang tak peduli dan ambil pusing pada perilaku aneh kekasihnya.
“Hoaem...” Lelaki itu pun merasa mengantuk berat. Dia pun memejamkan mata tanpa mempedulikan di mana gadis itu tidur.
Dalam hitungan menit lelaki itu akhirnya memejamkan mata dan tertidur pulas.
Sementara itu Noah kembali ke ruang tengah dan duduk di kursi panjang yang ada di sana.
“Sepertinya tidak di sini juga nyaman rasanya sama dengan tidur di kamar.” gumam Noah lalu memejamkan mata di kursi yang ada di ruang tengah.
Lelaki itu pun larut dalam mimpinya selama tidur, memimpikan dirinya bersama para gadis yang dikenalnya.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
pusat herba
coba cari sedikit kenapa sikapnya berbeda kan mencurigakan sekali itu
2022-08-09
0
pagoda Tian chen
Pasti Saja beda lha karakter Noah emang beda
2022-05-22
0
dark evil
Iya sayang kau ga tau Dion
2022-05-22
0