Gerald bangun dalam keadaan kepala yang terasa berat, matanya mengerjap-ngerjap demi menyesuaikan cahaya yang masuk.
Lalu ia memaksakan untuk bangun, namun merasa pusing yang luar biasa.
Gerald tak ingat ia bisa ada di kamar, sepertinya tadi malam dia minum terlalu banyak. Atau emang selalu seperti itu, Gerald adalah peminum berat.
"Apa yang kau lakukan?!" Gerald membentak, ketika melihat tubuh mungil yang membuka gorden.
"Merapikan kamarmu." Jawab Isvara dengan raut datar.
Gerald ingin protes namun ia urungkan karna melihat wajah cantik Isvara yang melirik ke arahnya.
Seketika ada debaran aneh yang muncul, ada apa ini? Kenapa dia merasa deg-degan?
Sementara Isvara kembali melanjutkan pekerjaannya. Biasanya Nela atau Dewi yang akan membersihkan kamar Gerald, namun mereka sedang pergi membeli barang pesanan nenek.
Jadi mau tak mau dialah yang harus menggantikan, karna mbok Minah dan Rita sedang ada pekerjaan masing-masing.
Gerald diam-diam memperhatikan gerak-gerik Isvara yang kini tengah membereskan pakaiannya yang berantakan.
Apa memang rasa yang timbul dan tak enak sejak kemarin adalah cemburu? Tidak, tidak. Samuel salah, dia tidak mungkin jatuh cinta dengan gadis seperti Isvara.
Levelnya terlalu tinggi untuk mencintai gadis itu. Namun, di satu sisi Gerald merasa senang bisa melihat Isvara pagi ini,ada apa dengannya?
Merasa semakin tak beres, Gerald berusaha untuk bangun dari kasur,meski kepalanya masih terasa berat namun ia merasa lebih baik dari sebelumnya.
Gerald hendak melepas kaos oblong yang melekat di badan kekarnya, namun gerakannya terhenti karna terkejut mendengar lengkingan jeritan seseorang.
"Aaaa ... Apa yang kau lakukan?" Isvara refleks menutup matanya.
"Aku mau mandi, apalagi?"
"T-tapi kenapa kamu malah membuka baju di sini?" Isvara masih menutup wajah dengan tangannya.
Gerald tertawa keras mendengar lelucon itu. "Namanya juga mau mandi ya harus buka baju, kau ini bodoh atau bagaimana?"
"Ya maksudku kau kan bisa membuka bajumu di kamar mandi."
Gerald menatap aneh, sejurus kemudian tercetus ide jahil dalam kepalanya.
Lalu Gerald dengan sengaja mendekatkan tubuhnya pada Isvara, semakin dekat, hingga membuat Isvara berjalan mundur.
"A-apa yang mau lakukan hah? Diam di situ!"
Semakin Isvara ketakutan semakin semangat Gerald untuk menjahilinya. Lalu pria itu membuka kaos oblong hingga membuat tubuh dengan otot-ototnya terpampang.
Isvara mengintip dari sela jemarinya, terkejut karna badan Gerald yang polos tanpa busana, wajahnya tiba-tiba memanas dengan debaran jantung yang semakin bertalu-talu.
"Gerald apa yang kau lakukan? Berhenti di situ!"
"Kenapa? kau malu?" Gerald semakin mendekatkan tubuhnya hingga kini jarak diantara mereka sudah tak ada lagi.
"B-berhenti di situ ku bilang!" Isvara mulai terpojok.
Gerald tertawa, lalu satu tarikan dia membuka tangan yang menutup wajah Isvara, gadis itu tentu saja terkejut, mau tak mau ia membuka mata dan menjerit kencang.
"Biasa aja kali, biasanya cewek kalau di beri asupan roti sobek bakal teriak kegirangan, tapi kenapa reaksi kau seperti melihat hantu?!"
"A-aku bukan cewek seperti itu,kau tahu?"
"Oh benarkah?" Gerald tersenyum miring.
Lalu tanpa aba-aba lagi Gerald menarik paksa pinggang Isvara dan membawa tubuh mungil itu ke pundaknya.
Isvara sontak menjerit, Gerald menggendongnya persis seperti karung beras.
"Gerald apa yang kau lakukan, lepaskan, lepaskan!" Isvara terus meronta, memukul-mukul punggung Gerald dengan tangannya, namun Gerald tetap bergeming seakan pukulannya itu tak berpengaruh untuk pria itu.
***
Gerald membawa Isvara dalam pundaknya hingga ke luar kamar dan menuruni lift yang ada di istana ini,saat keluar lift ada sang nenek di sana.
"Astaga Gerald,apa kamu lakukan pada Isvara?"
"Nek,tolong aku," Isvara memasang wajah memelas.
"Gerald!" nenek memasang tatapan tajam namun tak ayal ia ingin tertawa.
"Aku hanya ingin membantunya nek,kaki dia terkilir," elak Gerald.
"Tidak nek, dia bohong!" Isvara masih berusaha untuk melepaskan diri.
Nenek geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka ini.
"Tapi bukan begitu cara gendongannya, Isvara bukan karung beras,kau ini!" nenek memukul lengan Gerald.
Gerald melanjutkan langkahnya melewati semua orang yang sedang terduduk santai di ruang tamu, Isvara masih meminta seseorang untuk melepaskannya.
"Mbok Minah,tolong aku!" pada mbok Minah yang mereka lewati.
Lalu ke luar halaman melewati garasi.
"Pak Hasan, tolong aku!" pada pak Hasan, sopir rumah ini. pada Raka yang tengah duduk dengan ayahnya, namun mereka hanya melongo.
Lalu kepada tukang bakso yang lewat, pada jangkrik di pepohonan,pada tupai yang melompat, semua Isvara teriaki.
Hingga akhirnya Gerald berdiri tepat di tepian kolam renang besar di halaman rumah ini, ia menurunkan Isvara dari gendongan.
"Kenapa kau berisik sekali? gendang telinga ku hampir pecah mendengar teriakanmu itu!"
"Kau yang memulai lebih dulu, mengapa membawaku sampai ke sini!"
Pandangan mereka beradu lalu terkunci rapat, Gerald dan Isvara sama-sama memandang tajam satu sama lain.
"Karna aku akan hanya ingin menunjukkan suatu hal padamu."
Lalu mata Gerald menelisik ke sekeliling arah, kemudian terpaku pada pria yang tengah memperhatikan mereka, dia adalah Mahesa yang menatap tak biasa ke arah sini.
Gerald tersenyum devil, inilah yang dia inginkan.
Gerald lalu merengkuh Isvara dalam dekapannya, Isvara tentu terkejut apalagi badan Gerald yang polos lalu menyentuh kulit lengannya.
Deg!deg! jantung mereka memompa cepat.
"Gerald,lepaskan!"
Karna Isvara yang terus memberontak, tubuh mereka berdua tak seimbang hingga jatuh ke dalam kolam.
Byurr!
Mereka terjatuh bersama, wajah Isvara menyembul keluar dari air, nafasnya terengah-engah dengan kedua tangan yang menyangga pada pundak Gerald.
Gerald tersenyum semirik, tetes-tetes air jatuh dari kulit mereka yang basah. Tatapan mereka beradu, Gerald memeluk pinggangnya di bawah air.
"Brengsek kau!" Isvara memaki merasakan dingin yang menusuk kulit. Sementara Gerald hanya tersenyum miring menatapnya.
Mahesa ada di sana melihat semuanya, ia meremat buku gambar di tangan, terlalu sakit untuk melihat adegan Isvara dan Gerald yang terjatuh di kolam renang berdua. lalu dia pergi dengan tatapan sendu.
Sementara Gerald tersenyum miring melihat Mahesa yang berbalik dengan wajah yang kaku. inilah yang ia rasakan saat lelaki itu mencoba mendekati Isvara.
Ada Dewi dan Nela yang berdiri memperhatikan mereka.
"Eh itu bukannya tuan Gerald, sama Isvara? mereka ngapain di kolam renang?" Nela berbisik.
"Wah jangan-jangan mereka udah akur nih,aku sebagai Mak comblang mereka merasa bangga," Dewi tersenyum dengan bulu hidung kempas-kempis.
"Gak mungkin lah Wi, gak ada sejarahnya dua orang yang saling membenci bisa jatuh cinta."
"Gak ada yang tahu Nel, kita lihat aja nanti."
Gerald masih setia menatap Isvara yang mengambil nafas dalam, lalu gadis itu hendak beranjak namun lengannya kembali di tarik Gerald.
"Lepaskan!" kali ini ia memandang tajam pada Gerald.
"Kau buru-buru sekali,ayo kita berenang bersama barang sebentar saja," Gerald seakan meledeknya.
"Kau lihat di sana?" Gerald menunjuk dengan arah matanya, Isvara mengikuti.
"Ada teman-temanmu yang memperhatikan kita." ucap Gerald melihat ke arah Dewi dan Nela. Lalu ada Raka dan tukang kebun yang menatap ke arah mereka juga.
"Apa kau tidak merasa malu?" Gerald menatap baju Isvara yang putih dan tembus pandang.
Isvara menyadari tatapan Gerald, langsung saja memeluk tubuhnya yang transparan dengan menyilangkan tangan.
"Brengsek, kau sengaja melakukan ini?"
"Tentu saja, inilah caraku untuk mempermalukanmu, aku akan terus menganggumu hingga tak ada cara lagi untukmu melawan!"
"Bajing*n kau pikir aku akan menyerah padamu setelah ini? tidak akan!"
"Kau terus saja berbicara congkak." Gerald menarik kasar tangan Isvara hingga wajah mereka mendekat.
"Dengarkan aku baik-baik, Aku Gerald angkasa wirasena,akan terus mempermalukanmu, aku akan terus menghinamu di setiap kesempatan, hingga tak ada celah untukmu kabur dan kau akan tunduk padaku!" Gerald menekankan setiap kata-katanya.
"Sayangnya itu tidak akan pernah terjadi, selama aku masih bisa bernafas,aku akan menghadapi setiap siksaan yang kau berikan, kita lihat saja, siapa yang akan tunduk dengan siapa!"
Gerald semakin panas mendengarnya,dia merasa kalah telak, gadis itu pintar sekali membalas ucapannya.
Mereka saling menatap nyalang berkilat tajam.
Gerald bergetar dengan emosi yang meninggi, kuku-kukunya menancap tajam menyakiti pergelangan tangan Isvara.
Isvara meringis, lalu dalam satu hentakan dia menghempaskan tangan Gerald hingga menimbulkan suara cipratan air, Isvara lalu berjalan meninggalkan area kolam.
Nela dan Dewi masih memperhatikan. Nela geleng-geleng kepala.
"Aku kurang yakin dengan omonganmu Wi, lihat, tatapan mereka aja udah kaya mau bunuh-bunuhan," ucapnya menatap Gerald dan Isvara dari kejauhan.
Dewi memandang gamang. "Kamu gak ngerti aja Nel, itu namanya hate to love, kita gak tahu sampai kapan takdir mempermainkan mereka."
Nela tertawa. "Kata-katamu Wi, puitis bener."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Tatik Ajach
bru d bab ini udah bisa d tebak paling jatuh cinta dn gk jadi cerai..
2022-12-06
2
Olga Margaretha Tuwaidan
👍👍👏👏
2022-06-07
0
Olga Margaretha Tuwaidan
👍👍👍
2022-06-07
0