"Raka, tunggu!"
Pria yang di panggil itu menoleh.
"Ada apa?"
Isvara menelisik wajah Raka, tampan dengan tatapan tajam bak elang, Isvara yakin jika pria ini tidak terlalu cuek dia akan menjadi primadona di mana pun tempatnya berada.
"Kamu ngasih Kayra surat?"
Raka mengangguk. Pria jangkung itu mensejajarkan dirinya dengan Isvara.
"Apa motifnya?"
Dahi Raka mengkerut. "Maksudnya?"
"Kamu sudah tahu kan Kayra suka kamu, tapi saat Kayra nyatain perasaannya malah kamu tolak. Terus sekarang kamu malah ngasih dia surat, maksud kamu itu apa? Mainin perasaan adikku?"
Raka terkekeh. "Mikirmu kejauhan."
"Lalu?"
"Belum tentu kan yang ku kasih itu surat cinta?"
"Hmmm, bener juga." Kini malah Isvara yang kelihatan bodoh.
Satu bulan Tinggal di kediaman wirasena ini, Isvara dan Raka baru saling kenal dua hari belakangan, karna Raka juga cukup akrab dengan para pembantu di sini, jadilah dia juga akrab dengan Isvara.
Isvara jadi ingat bagaimana awal mulanya ia bisa akrab dengan Raka.
"Ada yang bisa di bantu?" Tanya waktu itu, saat Isvara kesulitan mengangkat beban berat.
"Eh," Isvara melongo karna tanpa persetujuannya Raka sudah mengambil alih pekerjaannya.
"Raka."
"Eh ... " Isvara melongo lagi.
"Raka,anak sopir pribadi keluarga wirasena," ucapnya seakan sedang memperkenalkan diri.
"Kamu Isvara kan, menantu keluarga ini."
Isvara tersenyum getir. "Bukan lebih tepatnya cuma pembantu."
"Jangan merendahkan diri sendiri,kamu tetap istri dari putra keluarga wirasena, mau bagaimana pun tanggapan mereka, kamu tetap menantu keluarga ini."
Isvara tersenyum, jika di pikir-pikir semuanya terjadi begitu singkat.
"Heh, ngapain senyum-senyum sendiri."
Isvara gelagapan. "Gak.gak apa-apa."
"Eh iya,awas ya kalau kamu sampai nyakitin Kayra lagi," ancamannya.
Raka melongos. "Gak akan."
"Lagipula urusan percintaan aku dan Kayra itu gak ada hubungannya sama kamu."
Isvara mendengkus. "Tapi tetap saja Kayra tuh sudah seperti adikku sendiri, masih ada lah urusannya sama aku."
"Dihh, okelah. Tapi urusin juga tuh kisah percintaan mu sama Gerald."
Isvara lagi-lagi mendengkus.Raka tersenyum geli.
"Kamu kok nyebut Gerald kaya udah akrab gitu?" Tanya Isvara merasa heran.
"Ya kan, pas kecil aku sempet tinggal di sini, jadinya pernah main deh sama Gerald, Samuel,terus Brandon.teman masa kecil lah."
"Wih, keren bisa maen sama anak majikan." Isvara nyengir kuda.
Raka yang gemas menggeplak kepala Isvara. mereka berdua jika bertemu memang sudah seperti adik dan Abang atau Tom and Jerry.
Isvara seperti menemukan sosok kakak laki-laki dalam diri Raka. ia berharap jika memang Raka dan Kayra berjodoh, Raka bisa menjaga Kayra seperti ini.
"Isvara!"
Isvara dan Raka refleks menoleh.
Disana ada Gerald yang menatap tajam ke arah mereka.
Gerald menghampiri keduanya dengan tatapan menghunus bak pedang yang tajam.
Tanpa aba-aba lagi Gerald menggamit tangan Isvara dan menariknya pergi.
Raka yang melihat itu keget namun ia hanya bisa diam.tak bisa melakukan apa-apa.
Menghela nafas lalu melenggang pergi.
***
"Gerald lepaskan, lepaskan!" Isvara terus memberontak berusaha melepaskan tangannya.
Hingga di sebuah ruangan kecil mereka berhenti.
Gerald melepaskan tangannya, lalu berbalik dengan raut wajah yang tak biasa.
"Bisa gak sih gak usah narik-narik tangan!" Ucap Isvara,geram.
Cengkraman Gerald begitu kuat hingga menimbulkan bekas merah di pergelangan tangannya.
"Mahesa atau Raka?!"
Dahi Isvara mengernyit. "Apa maksudmu?"
"Gua tanya, Mahesa atau Raka!" Kali ini Gerald membentak.
Bahkan kosa katanya kini berubah kasar.
"Apa sih, itu bukan urusan kamu!"
"Oh jadi bener lo sama Raka ada apa-apa? Hebat lo ya, bahkan anak sopir pun lo embat!"
Jantung Isvara bergemuruh seketika. "Jaga ya omongan kamu!"
Gerald malah tertawa seraya bertepuk tangan. "Hebat, hebat selain anak tukang korup, lo juga cewek penggoda."
Plak! Isvara menampar pipi Gerald.
"Udah cukup Gerald, udah cukup selama ini kamu ngerendahin aku!"
Seperti ada batu besar yang menghimpitnya, dada Isvara begitu sesak mendengar ucapan pria itu.
"Tapi jangan pernah kamu menghina ayahku!" Ucapnya, sudah ada genangan air mata yang berusaha ia tahan.
Gerald menarik kedua pundak Isvara hingga mereka berhadapan cukup dekat.
Isvara tersentak dengan pupil mata melebar. "Lepaskan!" rontanya.
"Dengerin ini baik-baik, apapun yang lo lakuin di sini, gimana pun itu gua gak perduli, asal jangan pernah mempermainkan hati Mahesa dan Raka!"
Gerald menatap tajam bak sebilah mata pisau, tangannya mencengkram kuat pundak Isvara hingga membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Atau emang lo mau di sebut jal*Ng? jadi, Jangan pernah lakuin hal itu, paham?!"
Lalu Gerald melepaskan cengkeramannya dan berlalu pergi.
Setitik air mata Isvara jatuh tanpa bisa ia tahan. Hatinya begitu sakit mendengar hinaan dari mulut pria itu.
Kenapa dia menjadi lemah seperti ini?
***
Isvara menumpahkan air matanya di dekat dapur.
Tangannya menyanggah pada ujung meja, ia menangis sejadinya di sana, hingga sebuah tepukan mengagetkan Isvara.
Isvara menoleh, ada Mahesa yang kini menatapnya sendu.
"Sama Gerald lagi?" Tanya Mahesa, seperti sudah hafal jika Isvara seperti ini pasti karna Gerald.
"Kamu melihatnya?" Isvara takut Mahesa ada di sana saat Gerald menghinanya.
Karna terakhir kali kedua pria itu hampir berkelahi karna dirinya.
Mahesa menggeleng. "mau sampai kapan kaya gini terus?"
Isvara menyeka pipinya. "Aku gak apa-apa."
"Selalu begitu, kamu seakan menyembunyikan kesedihan mu dan gak mau orang lain tahu."
"Makasih udah selalu perhatian sama aku Mahesa, tapi aku gak apa-apa." Isvara tersenyum manis berusaha menyakinkan pria itu.
Menghela nafas lalu menggeleng, Mahesa mengambil satu tangan Isvara dan membawanya ke dadanya.
Isvara terkejut, bisa ia rasakan jantung Mahesa yang berdetak cepat.
"Kamu dengar? Kalau kamu sedih detak jantung ku bisa berhenti mendadak. Jadi jangan sedih lagi."
Isvara memasang wajah aneh, menarik tangannya dari dada pria itu, lalu seperkian detik berikutnya dia terkekeh.
"Kamu lagi gombal ya?"
"Emang itu gombal?" Mahesa ikut terkekeh.
"Iyah, gombal banget itu. Mau jadi Dilan 1990 kah?"
"Asal kamu Milea-nya, gak apa-apa."
Lalu mereka sama-sama tertawa. Mahesa tersenyum memandang Isvara,ia senang Isvara sudah tak sedih lagi.
"Mau ikut denganku?"
"Kemana?"
"Ke suatu tempat, untuk mengusir kesedihan mu."
"Tapi ke-- eh," belum sempat Isvara bertanya Mahesa sudah menarik tangannya ke depan.
"Ayo masuk nona muda," ucapnya mempersilahkan Isvara masuk ke dalam mobil.
Isvara tersenyum lembut lalu perlahan masuk ke dalam mobil.
Tepat di lantai atas rumah ini, ada yang memperhatikan laju mobil mereka hingga ke luar gerbang.
Gerald, pria itu mengepalkan tangan di balik saku celananya.
"Mereka makin di biarin, makin ngelunjak ternyata."
Gerald memukul kaca jendelanya lalu berjalan mengambil kunci mobilnya dan berlalu ke luar kamar dengan amarah yang siap meledak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Rice Btamban
lanjut kan
2022-05-22
1
Cece Jumi
diam2 ada yg cemburu nih
2022-05-12
7
Ela Permatasari
tuman Gerald.
2022-05-10
1