Isvara menumpahkan semua air matanya di kamar mandi. Menenggelamkan wajahnya di bathup berusaha agar isakannya tak sampai terdengar oleh pria monster itu.
Tiga puluh menit selesai dengan ritual mandinya Isvara kini mematutkan diri di cermin besar.
Terdapat bayangan seorang wanita bertubuh ramping, tinggi semampai dengan kulit putih pucatnya, hidung mancung dan bibir mungil ranum,juga mata indah bak telaga menyejukkan.
Sayang nasib hidup Isvara tak secantik parasnya.
Muka pucat Isvara ia tutupi dengan sedikit make up. Pergelangan tangannya yang memerah akibat cengkraman bengis Gerald juga ia tutupi agar tidak menjadi bahan pertanyaan nanti.
"Jika kau sudah siap, bawa koper mu dan kita pergi."
Suara seseorang menginterupsi, Isvara menoleh di dapatinya Gerald yang menatapnya kini.
Mereka berdua sama-sama menatap tajam,tak ada yang bicara sampai akhirnya Isvara berjalan Melawati Gerald dan membawa kopernya.
Tiga hari mereka berada di hotel ini, hotel mewah berbintang yang berada di pulau Dewata Bali.
Tempat yang di khususkan untuk bulan madu mereka rekomendasi dari tuan Aryaloka sendiri.
Bulan madu apanya? hanya bualan, tak ada hal yang seperti itu saat pernikahannya pun tak mereka inginkan.
Pernikahan Gerald dan Isvara memang sangat tertutup apalagi dari keluarga besar Gerald. Itu semua tak terlepas dari permintaan Gerald sendiri untuk tidak memberitahu dulu tentang pernikahan mereka.
Hari ini saatnya Isvara menemui langsung dengan keluarga besar wirasena.
Memperkenalkan diri sebagai menantu keluarga mereka.
***
Mobil yang akan membawa mereka sudah datang di pelataran parkir.
"Bawa juga koperku."
"Hah?" Isvara membeo.
"Kau tuli atau memang bodoh,hah heh hah hoh. bawa koper ku!" semprot Gerald Padanya.
"Tapi kenapa harus aku? kau bisa membawa kopermu sendiri."
"Kau sudah lupa peraturannya?" Gerald menurunkan kacamata hitamnya.
"Kau budak dan akulah rajanya. jadi, kau harus mematuhi setiap perintahku," tekan pria itu.
Isvara melotot dengan tinju yang siap ia layangkan pada wajah songong itu. namun Isvara urungkan karna kalau meladeninya,mereka akan menjadi fosil di hotel ini.
"Baiklah tuan muda, sesuai perintahmu." suara Isvara di tekankan dengan gigi yang bergelutuk menahan marah.
Sementara pria yang di tatapnya menunjukkan senyum kemenangan. "Good." lalu Gerald berlalu ke depan.
Isvara berjalan dengan susah payah mengangkat dua koper besar dan berat ke dalam bagasi mobil. hingga akhirnya sopir mobil yang melihatnya merasa iba.
"Mau saya bantuin non?" ijin sang sopir.
"Siapa yang menyuruhmu untuk membantu wanita itu?!" suara Gerald kembali menggelar.
"Tapi tuan ... " ucapan sang sopir berhenti usai mendapat tatapan tajam dari Gerald.
"Maaf ya non."
Isvara menarik sudut bibirnya. "Tidak apa-apa."
Lalu sang sopir berlalu ke kemudinya. tak ingin kena semprot lagi dari tuan muda kejam itu.
"Cepat sedikit, jangan lelet," ucap Gerald yang memperhatikan Isvara mengangkat koper terakhir.
Isvara mencebik. "Dasar tuan muda arogan."
"Kau tadi bilang apa?"
Isvara tersentak buru-buru menetralkan raut wajah. "Tidak,aku tidak bilang apa-apa."
Namun Gerald bukanlah pria yang gampang percaya. pria lalu menghampiri Isvara dan menarik lengannya kasar.
"Aww," Isvara meringis. yang ditekan Gerald adalah bekas lukanya kemarin.
"Sekali lagi kau mencak-mencak di hadapanku,akan ku bungkam mulutmu itu." sentak Gerald.
"Lalu apa, kau akan membukam mulutku dengan batu bata hah," sentak Isvara balik.
Gerald menyeringai. "Sayangnya bukan dengan itu, tapi aku akan membungkamnya dengan mulutku."
Deg! Isvara refleks menutup bibirnya dengan tangan saat Gerald dengan tiba-tiba memajukan wajahnya.
Ingatannya melayang mengingat malam itu, di mana Gerald mencuri ciuman darinya dengan paksa. Padahal itu adalah first kiss-nya.
Gerald lagi-lagi menunjukkan senyum kemenangannya,lalu menjauh dan menyentak cengkramannya di tangan Isvara dengan kasar.
Isvara kembali meringis,luka merah di pergelangan tangannya semakin parah.
"Dasar bajingan." umpat Isvara dalam hatinya.
"Cepat masuk atau ku tinggalkan." suara Gerald kembali menginterupsi di dalam mobil.
Akhirnya Isvara memasuki mobil dengan menghentakkan kaki kesal dan mobil pun melaju meninggalkan area hotel.
***
Di dalam mobil tak ada percakapan di antara mereka, Isvara lebih memilih menghadap kaca mobil memperhatikan pemandangan, sementara Gerald sendiri sibuk dengan ponselnya.
"Angkatlah Lau," Gerald berdecak saat telepon tak kunjung tersambung.
Gerald masih berusaha keras untuk menghubungi kekasihnya itu, meminta maaf dan menjelaskan situasinya, lalu dirinya dan Laura akan bersama memperjuangkan cinta mereka.
Berdecak kesal Gerald akhirnya menyerah, percuma Laura tidak akan mengangkat telpon darinya sekarang.
Ponsel Gerald berdering dengan buru-buru pria itu mengangkatnya.
"Ya, halo pah."
Isvara ikut menoleh, rupanya tuan Aryaloka yang menelpon. syukurlah dia tidak akan berduaan lagi dengan mahluk menyebalkan ini.
"Ya, sebentar lagi kami akan tiba di bandara."
"Oke."
Tut! sambungan terputus.
"Apa!" bentak Gerald tiba-tiba saat menoleh kearah Isvara.
Isvara yang kaget langsung menegakkan bahunya.
Isvara mendadak malu, pasalnya ia seperti ketahuan sedang memperhatikan pria itu, padahal tidak sama sekali.
"Jangan bilang kau menguping pembicaraan."
Isvara menoleh, menatap tajam. "Jangan kegeeran, kau ada di sampingku, tentu mau tak mau aku mendengar pembicaraanmu."
Gerald mencebik lalu memfokuskan kembali pandangnya ke depan.
"Cih, jika bukan karna ancaman dari papah,aku tak Sudi memperkenankanmu pada keluargaku."
Lagi Isvara yang fokus menatap ke samping kini menatap kembali tuan muda arogan itu dengan tatapan nyalang.
"Aku tak pernah memaksamu untuk menikahi ku atau memperkenalkan ku pada keluargamu. jika kau menceraikan aku sekarang pun akan ku terima dengan senang hati,"
"Karna itu merupakan kebebasan untukku."
Brakk! Isvara terkejut, Gerald membanting ponselnya sendiri hingga tergeletak mengenaskan.
Keterkejutan Isvara bertambah tak kalah Gerald kini menarik kuat rambutnya, bahkan bisa ia rasakan kuku Gerald yang menancap di kulit kepalanya.
"Menceriakanmu?" Gerald mendengkus. "tidak semudah itu."
Isvara terus meringis kesakitan, ia berusaha melepaskan tangan Gerald dari rambutnya.
"Kau sendiri yang bilang jika pernikahan ini hanya paksaan, Kenapa tidak ceraikan aku saja sekarang dan menikahlah dengan kekasihmu itu."
"Heh, tau diri," mata Gerald berkilat marah, seperti sisi buasnya telah di bangkitkan oleh amarahnya untuk Isvara.
"Menceriakannmu tidak akan semudah itu, kau telah membuat kekasihku menderita dengan pernikahan bodoh ini. akan kubuat hidupmu menderita juga, lalu baru kulepaskan seperti seonggok sampah yang menyedihkan."
*Membuat kekasihmu menderita? apa kau tidak tahu akulah di sini yang menderita karna harus menikahi pria sekejam dirimu*
Gerald menghempaskan tangannya dari rambut Isvara dengan kasar. mereka menatap satu sama lain dengan kebencian yang mendalam.
Jika Gerald berfikir Isvara akan menangis setelah apa yang dilakukannya,maka Gerald keliru besar, dirinya tidak selemah itu.
"Kau harus berfikir dua kali sebelum membuat hidupku menderita."
"Ini bukan dunia novel di mana pemeran wanitanya hanya bisa menangis jika di perlakukan semena-mena," Isvara dengan berani menunjuk wajah Gerald.
"Aku bukanlah wanita yang gampang di tindas."
"Jadi jangan pernah menganggap aku adalah wanita yang tidak berdaya, Ingat itu,tuan muda yang kejam," ucap Isvara tanpa memperdulikan raut wajah Gerald yang seakan ingin menerkamnya.
Sementara sang sopir di depan hanya bisa diam menyaksikan diam-diam pertengkaran dua sejoli itu.
****
JANGAN LUPA LIKE KOMEN DAN TAMBAHKAN FAVORIT AGAR AUTHOR SEMAKIN SEMANGAT UP🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
𝐏𝐂𝐇|||✿༺ d꙰yaa ༻
mantap betul isvara
2022-06-11
1
𝐏𝐂𝐇|||✿༺ d꙰yaa ༻
tapi rata rata dinovel pasti yg cantik ky gini, pasti sempurna pinter+cantik dll. cmn minusnya ngga kaya, abistu nasip nya beh tapi nanti happy ending
2022-06-11
1
Mini Tar
makin seru ceritanya
2022-05-23
0