"Apa? Kamu akan menikahi aku setelah enam bulan?" wanita dengan pakaian minim itu mendesis.
Gerald mengangguk,di tatapnya wanita yang kini mau bertemu dengannya.
Gerald senang Laura masih mau mendengarkannya.kini mereka berada di sebuah cafe mewah.
"Iya, kamu hanya perlu menunggu." Gerald memang sudah menceritakan semuanya tentang perjanjiannya bersama sang nenek.
"Kamu sudah gila ya? Bagaimana jika selama enam bulan itu kamu mulai cinta dengan Isvara?"
Laura sudah tahu tentang seluk beluk istri di atas kertas Gerald itu. Setelah mendengarnya Laura berfikir Isvara bukankah saingannya.
"Itu tidak akan mungkin, aku tidak akan pernah jatuh cinta pada gadis itu," sangkal Gerald.
Namun kenapa hatinya seakan berkata lain?
"Menunggumu setelah kau bersama wanita itu selama enam bulan? Sama saja dengan merendahkan ku Gerald."
"Beri aku waktu," ujar Laura pada akhirnya.
Gerald terlihat kecewa dengan keputusan kekasihnya ini. Mereka sudah menjalin hubungan selama enam tahun, apakah tidak ada cinta lagi dari Laura untuknya?
"Baiklah, mungkin kamu masih bingung dengan semua ini."
Mendengar itu raut wajah Laura berubah,namun tetap memaksakan senyum.
"Kamu tahu kan, aku ini wanita berkelas dan model papan atas, tidak mungkin aku bersaing dengan wanita level rendah seperti Isvara."
Laura lalu mengenggam tangan Gerald. "Ku mohon kamu jangan marah ya."
Gerald menggeleng, dia tidak mungkin marah pada Laura.
"Emm, kita sudah lama tidak bertemu,aku sangat merindukanmu," ucap Laura dengan suara sensual.
"Bagaimana kalau kita ke hotel dan menuntaskan hasrat rindu ini." Laura semakin nakal dengan meraba dada bidang Gerald.
"Lau ... " Gerald menghentikan tangan Laura.
"Kau sudah tahu kan,aku tidak mungkin melakukan itu padamu."
Laura berdecak,ia terlihat kecewa. Inilah yang tak ia suka dari Gerald, pria itu sama sekali tak mau berhubungan intim dengannya. Selama pacaran pun mereka hanya sekedar berciuman atau bergandengan tangan.
Sementara Laura adalah seorang maniak s*k*s. Ia sangat ingin bercinta dengan Gerald.
"Aku hanya akan menyentuhmu setelah kita menikah nanti, kau bersabarlah."
Laura hanya mengangguk,namun dalam hati ia merasa dongkol.
"Huffft, sepertinya aku harus memanggil Samuel lagi," batinnya.
***
Dengan cuaca yang terik Isvara sedang berada di pusat perbelanjaan. Setelah sarapan pagi ia sudah di suguhi oleh tugas pertamanya, membantu pekerjaan para pembantu di sini,lalu sekarang berbelanja mingguan.
Seperti kata Gerald, posisinya di sini memang tak lebih dari seorang pembantu.
Ia jadi teringat ucapan nyonya Arini padanya.
"Di sini kau harus membantu tugas para pelayan, itung-itung balas budi karna kau sudah hidup percuma di sini."
Semua orang diam, seolah-olah membenarkan ucapan nyonya Arini itu.
Nyatanya status dari menantu keluarga ini tak membuat pandangan mereka berubah padanya, dari awal dia hanyalah orang asing yang tak sengaja di nikahkan paksa karna alasan kasus ayahnya.
Tapi tak apa, hanya enam bulan dan dia akan pergi dari kediaman mewah ini.
"Nona muda, anda melamun?" Seseorang menepuk bahunya.
"Eh,gak mbok," Isvara tersenyum menampilkan deretan giginya yang putih.
Isvara tak sendiri di pasar swalayan ini,ada empat pelayan yang membantunya berbelanja.
Ada Mbok Minah,yang katanya pelayan sesepuh di keluarga kolongmerat wirasena, dua pelayan muda Dewi dan Nela,dan satu lagi yang Isvara tak kenal namun tahu, karna pembantu itu yang menjebaknya di kamar Gerald.
Kedua pelayan itu selalu menatapnya sinis berbeda dengan Mbok Minah yang ramah dan hormat padanya, sementara satunya hanya menatapnya datar tanpa mau membantunya.
Isvara mendesah, jika dia tidak bisa akrab dengan mereka, bagaimana dia bisa bertahan di rumah itu?
MbokMinah menatap sebuah note kecil di tangannya lalu menelisik setiap barang belanjaan.
"Kayanya sudah selesai non, kita sudah bisa pulang."
Isvara mengangguk, dalam hati bersorak karna akhirnya ia bisa beristirahat setelah dari pagi ia mengerjakan semua pekerjaan rumah.
"Biar saya bantu non."
"Wi, biarin aja sih itu kan tugas dia," Nela mendelik melihat Dewi yang membantu Isvara membawa barang belanjaan.
"Bagaimana pun Isvara tetap nona muda kita," ucap Dewi Membuat Isvara tercengang.
Beda lagi dengan Nela yang menatap tak suka.
"Makasih ya wi."
Dewi tersenyum. "Sudah tugas saya non."
Sampai di garasi, mereka menurunkan satu persatu belanjaan dari bagasi mobil,di bantu oleh pak hasan, sopir keluarga ini.
"Wi, saya mau nanya, kenapa ya para pelayan di sini pada gak suka sama saya? Bukan cuma Nela, pelayan yang kemarin ngerjain saya dengan nunjukin kamar yang salah buat saya juga kayanya benci banget."
Kediaman keluarga wirasena memang memiliki empat pelayan yang memiliki tugas di bagian masing-masing.
"Nona muda, mau tahu?"
Isvara mengangguk semangat.
"Itu karna nona menikah dengan tuan Gerald."
Isvara mengernyit. "Apa hubungannya?"
"Di keluarga wirasena, tuan Gerald itu putra yang terkenal paling tampan, populer, dan di gilai semua wanita, mendadak dia menikah dan membawa seorang gadis bersamanya tentu membuat semua fans nya sakit hati, terutama pelayan di rumah ini non,
Waktu berpacaran dengan Laura si model cantik saja semua fans nya selalu di bikin ngamuk apalagi jika dia menikah dan mempunyai istri."
"Makanya non, pelayan muda di sini kaya Nela, Rita, membenci Nona, termasuk saya sih, tapi saya akhirnya sadar, hehehe."
Isvara tersenyum dengan gurauan di akhir ucapan Dewi.
"Sefanatik itu yah? Emang Gerald populer banget?"
"Beuh jangan di tanya non, bahkan pengikut di Instagram nya aja udah puluhan juta, terus banyak banget endorsmen yang minta dia buat jadi model mereka."
Isvara manggut-manggut. "Tapi bukannya keluarga wirasena punya satu putra lagi? Mahesa?"
"Oh tuan Mahesa, beliau juga emang ganteng Non, tapi statusnya di sini bukan anak kandung Tuan Aryaloka, jadi banyak yang tidak terlalu mengenal dia."
"Tapi sejak pertama nginjak kaki di rumah ini aku belum pernah liat dia?"
"Tuan Mahesa emang lagi gak ada di rumah non, dia pergi ke luar kota buat riset kuliah katanya, kepergian nya itu bertepatan pas kedatangan Non kesini."
Isvara hanya ber-Oh ria.
"Sayang,aku belum bisa liat dia," gumamnya.
"Kenapa non? Nona muda naksir ya sama tuan Mahesa?" Dewi memicingkan matanya, menggoda.
"Eh enggak, kamu asal nebak aja," elak Isvara.
"Abisnya Nona muda keliatan penasaran banget sama tuan Mahesa, jadinya kan saya mikir yang enggak-enggak."
Isvara menggeleng kuat, tahu wajahnya saja juga tidak, gimana dia bisa naksir.
"Eh tapi boleh juga sih non, Selain ganteng,tuan Mahesa tuh punya daya tarik tersendiri, dia itu perhatian, suka bercanda,asik orangnya, terus mukanya tuh kaya aktor-aktor Korea gitu non,sodaraan lah sama Lee min-ho."
Isvara tertawa, Dewi memang orang yang humoris.
"Beda banget sama tuan Gerald, yang cuek, dan dingin, terus suka marah-marah."
Isvara mengangguk cepat, mengiyakan. Ia semakin antusias mendengar cerita Dewi tentang dua pangeran wirasena itu.
"Tapi kalau soal ketampanan sih menurut saya masih menang tuan Gerald, sifat dinginnya itu tuh yang jadi daya tariknya, makanya pelayan-pelayan di sini sering nyebut dia 'si pangeran kutub timur' bukan Utara,selatan lagi," ucap Dewi tertawa.
Isvara tergelak, ada-ada saja, pikirnya.
Namu dalam hatinya, Isvara terus memikirkan seperti apa rupa Mahesa, tingkahnya dan kharismanya itu? Isvara ingin bertemu dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Rice Btamban
lanjutkan
2022-05-22
1
Istiqomah Fadhilah
😘
2022-05-12
1
Istiqomah Fadhilah
lageeeeh donk
2022-05-12
1