Isvara terkejut sekaligus senang. Orang itu menghabisi para pria bajingan dengan brutal, hingga satu persatu dari mereka lumpuh.
Setelah semuanya sekarat, pria itu mendekati Isvara.
"Kau tidak apa-apa?"
Isvara tak menjawab dan langsung memeluk pria itu dengan erat, ketakutannya Membuat Isvara melakukan itu tanpa sadar.
Pria yang menyelamatkannya tertegun, lalu mulai membalas pelukan Isvara.
"Tidak apa-apa,kau sudah aman," ucapnya, menepuk pelan pundak Isvara.
Isvara tak menjawab, dia menangis di bahu tegap pria itu, sungguh ia tak tahu apa yang akan terjadi padanya jika pria itu tak datang tepat waktu.
Cukup lama mereka berpelukan,isakan Isvara tak sekeras tadi, lalu Isvara yang sadar melepaskan pelukannya.
"Rumah mu di mana?"
Isvara mendongak, lalu tatapan mereka bertemu, pria pahlawan yang sudah menyelamatkannya ini mempunyai wajah tampan, namun sungguh tak asing untuknya.
Pria tampan itu menautkan alisnya seperti tak asing dengan wanita yang sudah ia selamatkan ini.
"Tunggu, bukankah kau yang waktu itu?" Ucap mereka hampir berbarengan.
***
Sementara di kediaman wirasena, seluruh anggota keluarga bangun ketika menyadari Isvara tak ada di kamarnya.
"Kau keterlaluan sekali Gerald, kamu menyuruh seorang gadis berbelanja tengah malam begini?!" Suara tuan Aryaloka membentak setelah tahu bahwa Isvara tak ada di rumah karna menjalani perintah Gerald.
"Aku hanya menyuruhnya membeli beberapa barang,papa tak usah berlebihan, sebentar lagi juga dia pulang," ucap Gerald tampak tak merasa bersalah.
"Gampang sekali omonganmu, bagaimana kalau sampai dia tersesat atau yang lebih parah dia kenapa-napa di luar sana? Ingat Gerald, ini sudah lewat tengah malam!"
"Sayang,sabar," ujar Indira berusaha menenangkan suaminya.
"Bagaimana aku bisa sabar? Anak ini sudah sangat keterlaluan, lihatlah keegoisannya ini?" Tuan Aryaloka menatap nyalang pada Gerald.
"Jika sesuatu terjadi pada Isvara,papa tidak akan memaafkan mu," ujar tuan Aryaloka menunjuk wajah Gerald.
Semua orang hanya diam, seperti menelanjangi Gerald dengan arah mata mereka.
Sementara Gerald bergeming, ntah, ia pun sedikit khawatir pada gadis itu.
Tuan Aryaloka sudah memerintahkan beberapa orang untuk mencari Isvara, sementara mereka sengaja untuk tidak sampai membangunkan nyonya Triani agar wanita sepuh itu tidak khawatir.
Satu jam berlalu mereka menunggu di ruang tamu,hanya tersisa tuan Aryaloka dan istrinya sementara Gerald menunggu tak jauh dari mereka.
Larisa dan anaknya Brinda sudah berlalu lagi ke kamar mereka.
"Males, ngapain nunggu tuh pembantu, paling gak akan balik," ucap Brinda, Arini membalas.
"Benar, Gerald sudah menjalankan rencananya dengan baik, tak perlu susah-susah untuk kita mengusir Isvara,jika Gerald saja bisa melakukan itu."
Lalu keduanya tertawa dan melanjutkan langkah ke kamar masing-masing.
Kayra turun setelah mengetahui kabar kakak iparnya menghilang.
"Pah, kak Vara sudah ketemu?" Kayra menatap khawatir.
Aryaloka menggeleng. "Belum ada kabar."
Kayra menatap tajam ke arah Gerald. "Kak Gerald keterlaluan sekali, Kay tidak akan memaafkan kakak!"
Gerald tertegun. Sebegitu khawatirnya mereka pada Isvara, seketika Gerald merasa tak senang.
Ia benci sebab semua orang di sini menyayangi Isvara, padahal gadis itu orang baru dan hanyalah orang asing keluarga ini. Mantra apa yang di berikan Isvara, hingga semua orang begitu menyayanginya.
Gerald tak suka, ia merasa iri dengan Isvara yang berhasil merebut kasih sayang keluarganya terutama sang adik yang tak pernah berbicara seperti itu padanya,kini malah menatap sengit ke arahnya.
Suara ketukan pintu membuat semua orang yang ada di situ menoleh, Indira dengan sigap membukanya.
"Astaga, Isvara!" Indira menutup mulut demi menahan jeritannya.
"Kenapa?" Aryaloka panik di susul Gerald dan Kayra.
"Dia pingsan,tolong bantu aku."
Gerald melebarkan mata, dia adalah Mahesa, bagaimana bisa Isvara bisa ada padanya?
"Gerald jangan diam saja."
Gerald mengangguk lalu dengan sigap mengambil alih tubuh Isvara.
"Dia sedingin es, lebih baik kita bawa ke rumah sakit saja," usul Indira.
"Tidak usah Bun, dia hanya syok," ucap Mahesa.
Gerald lalu memindahkan Isvara di sofa panjang ruang tamu.
Indira dan Kayra membawa baskom berisi air hangat dan juga kain untuk mengobati Isvara.
"Astaga ada apa dengan bajunya?" Pekik Indira ketika melihat robekan lengan baju Isvara.
Tak ada yang menjawab, tanpa banyak tanya para pria yang mengerti langsung menjauh, Kayra dan Indira lalu membersihkan tubuh Isvara yang kotor.
"Kenapa dia bisa bersamamu?" Tanya Gerald pada Mahesa.
Tak tahu kenapa ia jadi merasa kesal, harusnya ia berterima kasih pada adik tirinya itu.
"Aku tak sengaja melihatnya ketika dia hampir di lecehkan."
"Hampir di lecehkan?" Gerald memekik.
Mahesa mengangguk. "Aku tahu ini pasti ulah mu kak."
***
Plak!
Tamparan itu begitu nyaring, semua orang menahan nafas.
Sementara Gerald mengusap pipinya yang terasa kebas.
"Kau sudah keterlaluan, bagaimana jika tidak ada Mahesa di sana? apa yang akan terjadi pada Isvara di sana hah?!"
Gerald hanya menunduk, Indira berlari menenangkan sang suami sementara Mahesa tetap diam di tempat.
"Jika begini yang terjadi,aku menyesal telah mempertahankan kalian berdua," Aryaloka terduduk lemas, merasa lelah dengan sikap putranya ini.
"Apa kau sebegitu bencinya dengan Isvara?"
Yang di tanya hanya diam. sementara itu, Arini berjalan menghampiri mereka.
"Sudahlah kak, kenapa kamu terus menyalahkan keponakan ku? toh gadis itu baik-baik saja," ucapnya malas.
"Apanya yang baik-baik saja Arini, kau tidak mendengar penjelasan dokter tadi? dia bisa mengalami trauma yang berkepanjangan."
"Ya tapi dia baik-baik saja kan? apalagi yang harus di perdebatkan,kakak ini terlalu berlebihan."
"Berlebihan? ku rasa kamu salah, Isvara hampir saja di perkosa,ini bukan perkara kecil," ucap Indira.
"Apasih Lo itu gak di ajak," Arini mendelik.
Mahesa geram tak terima ibunya di perlakukan seperti itu.
"Maaf, tapi anda sedang berbicara dengan ibu saya bisakah anda berbicara dengan sedikit sopan," ucap Mahesa.
"Lah anaknya malah marah, ibumu ya ibumu gak ada urusan sama saya."
"Tapi dia juga kakak ipar anda." Mahesa hampir meninggikan suaranya.
Aryaloka menahan Mahesa. "Sudah Mahesa, kemarahan tidak akan membantu."
Indira juga ikut menenangkan putranya.
"Lalu bagaimana keadaannya, apa Isvara sudah bangun?"
Indira menggeleng. "Dia masih tertidur,mungkin karna pengaruh obat bius."
Sebelumnya Isvara sempat terbangun namun gadis itu malah berteriak ketakutan saat ingin di sentuh,hal itulah yang membuat mereka langsung memanggil dokter.
Kemungkinan ada trauma psikis yang di alaminya,hal itu membuat rasa bersalah keluarga ini Padanya semakin memupuk.
"Gerald,mau kemana kau?!"
Teriakan dari Tuan Aryaloka di abaikan oleh Gerald, pria itu terus melangkahkan kaki menaiki tangga.
"Haaah ... anak itu benar-benar susah di atur," Aryaloka menghela nafas panjang.
Di kamarnya Gerald menutup pintu dengan keras, pria itu berjalan ke arah kaca lemari.
Prang! Gerald memukul cermin besar itu dengan tangannya sendiri, kaca itu remuk seketika.
Darah langsung mengalir dari sela jarinya, namun Gerald seperti tak merasakan apapun,selain kemarahan pada gadis yang bernama Isvara.
"Wanita sialan, Isvara kau telah mengacaukan hidupku!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Umi Salsabilla
g bisa dimaafkan ,apapun alasanx 😡😈👿
2022-12-08
2
aang
bukannya merasa bersalah. malah marah2 . ck ck ck
2022-12-07
0
elisa
hah sesak bngt bacanya 🥺🥺
2022-05-25
0