Setelah menempuh perjalanan yang lumayan panjang, Isvara dan Gerald akhirnya sampai di kediaman keluarga wirasena.
Isvara terkagum-kagum melihat rumah yang lebih mirip istana ini, sangat luas dan megah. Bahkan ada kolam renang besar di samping garasi.
Sementara Gerald turun dengan ponsel di telinganya,sebelum sampai Gerald sudah menelpon sang ayah agar menemani mereka nanti.
Karna pernikahan ini mendadak dan di sembunyikan,Gerald ingin sang ayah datang dan menjelaskan semuanya pada anggota keluarga nanti.
"Kau tunggu di sini dan turunkan koper. Aku ada beberapa urusan yang harus di selesaikan," ucap Gerald lalu berlalu untuk menelpon seseorang.
Isvara fikir mungkin itu kekasihnya. Tak ingin menebak lagi Isvara menurunkan koper berat itu dari bagasi.
"Aww!" Isvara tersentak, dirinya tak sengaja menabrak seseorang di belakangnya.
"Maaf, maafkan saya," Isvara menunduk beberapa kali, karna oleng ia hampir membuat seseorang terjerembab.
"Tidak apa-apa."
Isvara mengadah, lembut sekali suara itu, fikirnya. Lalu ia mendongak perlahan,menatap sang lawan bicara.
"Hai."
Pria itu melambai padanya, rambut ikal dengan hidung bengir dan tatapan mata teduh, Isvara hampir terpesona menatap wajah itu.
Angin berhembus pelan, saat tatapan mereka berdua beradu.
"Ah, apakah ini kode dari semesta?" Gumam Isvara,ngaur.
"Kau tidak apa-apa?" Pria itu memegang bahunya.
Isvara lagi-lagi tersentak,lalu dengan cepat menguasai keadaan.
"Eh, tidak apa-apa." Isvara tersenyum canggung.
"Harusnya aku yang bertanya begitu, karna aku tidak sengaja menabrak mu."
Pria itu tersenyum. Ah, dia mempunyai lesung pipi, betapa manisnya itu.
"Kau lucu sekali," ucap pria itu lalu berinsiatif untuk menurunkan kopernya dari bagasi.
"Menurunkan barang berat ini adalah pekerjaan pria, sungguh kejam orang yang memerintah mu untuk melakukannya."
Dalam hati Isvara meng-iyakan itu, benar hanya manusia kejam yang memerintahnya seperti ini, yaitu, Gerald.
"Kau pasti pembantu di rumah ini kan?"
"Eh?" Isvara tertegun. Apa? Pembantu? Yang benar saja.
"Ah,itu--"
"Tidak apa-apa, tidak perlu berterima kasih."
"Anu, bukan itu--"
"Ya sudah, kalau begitu aku permisi." Laki-laki itu berlalu begitu saja tanpa mendengarkannya.
Hah, percuma saja Isvara menjelaskan. Apa dirinya semenyedihkan itu hingga di kira sebagai seorang pembantu.
Di tatapannya penampilan di kaca mobil.sepertinya memang Iyah.
"Isvara!"
Isvara seketika membalikkan badan ketika suara yang di kenalnya menyapa.
"Tuan Aryaloka."
Pria dengan tubuh tegap dan kerutan di wajahnya itu menghampiri Isvara.
"Kau disini nak, dimana Gerald?"
"Oh, itu Gerald sedang menelpon seseorang, sepertinya."
Tuan Aryaloka memindai penampilan menantunya ini.
"Jangan memanggil saya 'tuan', panggilah saya 'Papah'."
"Hah?" Isvara menunjukkan mimik wajah polos.
Tuan Aryaloka tersenyum. "Sekarang kamu adalah menantuku, benar kan."
Isvara mengangguk dan hanya tersenyum canggung.
Tuan Aryaloka menghembuskan nafas panjang. "Karna pernikahan kalian berdua terkesan buru-buru dan tertutup, kita harus menjelaskannya nanti pada keluarga besar."
"Kau tidak apa-apa kan dengan ini?"
"Saya mengerti," Isvara tersenyum.
Memang saat pernikahan mereka, Gerald masih dalam ambang emosi karna paksaan. bayangkan saja, mereka baru satu hari bertemu besoknya langsung di nikahkan dengan hanya beberapa saksi dan penghulu.
Tuan Aryaloka beralasan agar Gerald tidak berubah fikiran,maka pernikahan harus segera di laksanakan.
"Papah!" Isvara dan tuan Arya menoleh bersama menatap Gerald yang tengah menghampiri mereka.
"Dari mana saja kau? Meninggalkan istrimu sendirian?" Omel tuan Arya.
Gerald tak langsung menjawab, malah melirik sinis ke arah Isvara, yang di tatap pun tak kalah sengit memandangnya.
"Tadi aku habis menjawab telepon sebentar," ucap Gerald lalu netranya kembali melirik Isvara.
"Lagian walaupun aku meninggalkannya selama berjam-jam, gak akan ada yang mau nyulik dia," ucapnya pada Isvara.
Isvara melotot,ia seperti direndahkan. Ingin protes, namun suara tuan Arya kembali menginterupsi.
"Sudah, sudah, sekarang ayo kita masuk,"titah tuan Arya sebelum terjadi keributan antara Isvara dan Gerald.
***
Saat memasuki rumah besar ini, dada Isvara sudah mulai berdegup kencang, membayangkan bagaimana reaksi keluarga besar wirasena saat tahu bahwa putra pertama mereka telah menikah dengan wanita biasa, itupun karna paksaan.
Aura mulai berubah saat pelayan keluar dan membukakan pintu untuk mereka. Ternyata semua anggota keluarga sudah berkumpul di sana seakan memang sudah menunggu untuk meminta penjelasan.
Semua tatapan mengarah pada Isvara. Tuan Aryaloka memang sudah memberitahunya tentang silsilah keluarga besar mereka.
Anggota keluarga besar wirasena yang Isvara tahu terdiri dari delapan orang. Selain dari Tuan Aryaloka dan Gerald.
Yang tertua yaitu nenek Gerald, ibu dari tuan Aryaloka, nyonya besar, Triani phameswari.
Lalu istri tuan Gerald nyonya Indira, yang Isvara tahu adalah ibu sambung Gerald dan adiknya. Karna ibu kandung Gerald meninggal saat ia berusia delapan tahun meninggalkan Gerald bersama adik perempuannya. Yang Isvara tahu Almarhumah ibu Gerald meninggal karna berjuang melahirkan adik Gerald.
Lalu ada nyonya Arini, yang Isvara tahu adalah bibi Gerald,adik dari tuan Aryaloka. Nyonya Arini adalah seorang janda yang bercerai dengan suaminya,lalu kemudian hidupnya bersama dua anaknya di tanggung oleh tuan Aryaloka dan sampai kini mereka hidup bersama di satu atap.
Netra Isvara melirik pada gadis yang kini tengah menatapnya, Kayra putri wirasena, adik kandung Gerald yang berbeda jarak 4 tahun lebih muda darinya. Gadis cantik itu tersenyum ke arahnya,yang lalu dia balas senyum kembali.
Lalu Isvara melirik kembali pada dua orang berbeda jenis kelamin namun memiliki wajah serupa, Brandon dan Brinda, kakak adik kembar yang merupakan anak dari nyonya Arini, Isvara taksir umur mereka tak terlalu jauh darinya.
Namun ia mencari satu sosok lagi anggota keluarga mereka. Sepertinya Tuan muda Mahesa tidak ada disini, putra dari nyoya Indira itu tidak terlihat batang hidungnya.
Yang Isvara tahu Mahesa tidak memiliki hubungan darah dengan Gerald alias mereka berbeda Ayah, memang saat menikahi tuan Aryaloka, nyonya Indira sendiri sudah memiliki putra yaitu Mahesa yang kini sudah dianggap anak sendiri oleh tuan Aryaloka.
"Jadi, jelaskan pada kami,siapa gadis ini?"
Isvara menoleh mendengar suara tajam nan tegas itu. Seakan tersengat listrik dirinya mematung ketika nyonya Triani yang kini menghampirinya.
"Aryaloka, jadi ini alasan bisnis yang kau bicarakan?" Nyonya Trisna memandang putranya.
"Dengan diam-diam menikahkan cucu kesayanganku pada wanita yang tidak jelas asal-usulnya?"
"Maafkan aku ibu, tapi aku sudah menjelaskan semuanya kan padamu," kata tuan Aryaloka, berharap sang ibu tidak marah kali ini.
"Menjelaskan apanya? Kau menikahkan sembarang putramu dengan wanita tak jelas ini, sungguh melukai perasaanku."
Mata tua nyonya Triani lalu berpindah memindai penampilan Isvara dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Lihatlah pakaiannya yang kuno dan wajahnya yang pasaran. Bagaimana bisa wanita seperti dia kau jadikan menantu keluarga ini?"
Perkataan nyonya Triani sungguh menyentak harga diri Isvara, begitu tajam dan menyakitkan.
Sementara Gerald dalam hatinya ia tersenyum senang. Melihat Isvara di permalukan sang nenek adalah hal yang sangat ia nantikan.
Gerald memang sudah menebak akan reaksi sang nenek yang seperti ini, neneknya mana mungkin terima dengan keputusan sang ayah yang menikahkannya secara mendadak, neneknya pasti akan membelanya.
"Bu, aku melakukan semua ini demi masa depan yang baik untuk Gerald." Imbuh tuan Aryaloka.
"Jika tidak segera di nikahkan, Gerald akan hancur bersama Laura, wanita itu memberi contoh yang buruk untuk Gerald. Aku memutuskan menikahkannya secepatnya semata-mata hanya untuk menjauhkannya dari Laura."
Gerald mencengkeram erat tinjunya. "Sebegitu bencinya kah papah kepada kekasihku? Hingga tega melakukan ini semua?"
"Diam kau!" Suara tuan Aryaloka naik beberapa oktaf.
Semua orang terkejut, begitupun dengan Isvara yang baru kali ini menyaksikan tuan Aryaloka semarah ini.
"Hidupmu bersama Laura semakin rusak saja, setiap hari mabuk-mabukkan, balapan liar, ke clubing bersama teman-temanmu. sementara kau adalah pewaris tunggal MV group, mau jadi apa masa depanmu?!"
"Tapi bukan begini caranya Aryaloka," suara nyonya Triani menengahi.
"Kau bisa membicarakannya bersama, dan kita akan mencari solusi bersama,bukan mengambil keputusan sendiri dan memaksa putramu," ujarnya.
Nyonya Triani menepuk bahu sang putra. "Sebagai seorang ibu, akulah yang menuntunmu ketika kau mengambil jalan yang salah."
Tuan Aryaloka mengangguk pelan. "Ibu benar, maafkan aku."
Isvara memandang takjub. Beginikah sikap seorang laki-laki gentleman? Tuan Aryaloka benar-benar menghormati ibunya.
Membuang nafas pelan, nyonya Triani menatap Isvara dan anak cucunya yang lain.
"Mari kita duduk dan rundingan masalah ini."
***
"Jadi siapa namamu gadis muda?" Tanya nyonya Triani memulai pembicaraan.
"I-isvara," ia menjawab gugup karna semua mata yang memandang ke arahnya. "Isvara kiraniadi."
"Nama yang cantik," puji nyonya Triani.
"Jadi Isvara apakah kau mencintai cucuku, Gerald?"
Isvara tertegun, di tatapnya tuan Arya yang hanya mengangguk padanya.
Lalu manik hitamnya menatap mata coklat terang milik Gerald, seketika rasa kesal Isvara memuncak dengan hanya menatap mata itu.
"Tidak. Aku tidak pernah mencintai dia."
Semua terdiam. Nyonya Triani memandang bergantian kedua insani yang saling menatap ini.
"Lalu Gerald, apakah kamu mencintai Isvara?"
"Tidak, aku tidak pernah mencintai gadis itu," Gerald menjawab cepat.
"Nenek kan tahu,aku hanya mencintai Laura, hanya dia satu-satunya wanita di hatiku."
Nyonya Triani menggeleng pelan. "Dari tatapan kalian pun, sudah bisa menebak, kalau kalian saling membenci."
"Dua orang yang saling membenci tidak mungkin bisa tinggal di satu atap dengan ikatan pernikahan."
Lalu beliau Menghela nafas, "maka keputusan yang baik adalah, kalian berdua berpisah."
Hening melanda. Semua orang tak ada yang berani berkomentar. di dalam keluarga ini keputusan mutlak selalu di ambil oleh nyonya Triani, ibarat dialah pemimpin utama, apapun yang keluar dari mulutnya tak bisa di ganggu gugat.
Sementara dalam hati Isvara dan Gerald mereka bersorak senang karna keputusan ini.
"Tapi bu, itu tidak bisa. Bagaimana mungkin mereka baru saja menikah lalu di suruh berpisah?" Tolak tegas tuan Aryaloka.
"Papah!" Isvara dan Gerald hendak protes namun segera dihentikan oleh nyonya Triani.
"Itu benar. Sebagai ayah kamu sudah melakukan yang terbaik untuk putramu," ujar nyonya Triani.
"Ibu mengerti, kamu hanya ingin yang terbaik untuk Gerald. Maka dari itu ... " Nyonya Triani menjeda ucapannya sejenak.
"Gerald dan Isvara, kalian berdua nenek kasih waktu selama enam bulan untuk tinggal bersama, jika selama itu, tidak ada cinta di antara kalian berdua, maka kalian bebas menentukan takdir kalian sendiri."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
pasti kebusukan Laura akan terungkai
2023-01-29
1
Risdawati Sanga
lanjut
2022-07-02
0
Rita Puspitasari
lanjut
2022-05-31
0